Hellowhaa~💃
Happy New Year's Eve manteman semua~🎉🎊🎆
Makasih banyak untuk semua yang uda sempetin maen kemari di malam taun baruan ini, kasih support berupa votes juga komenan, love you guys~🥰💞💓
Happy Reading~:)
•
•
•
Orang-orang selalu mempertanyakan kenapa aku bisa bertahan dengannya.
Mereka kerap melihat sisi buruknya.
Berandalan, tak bisa diatur, dan selalu membuat onar kemanapun kakinya menjejak.
Sementara aku?
Aku adalah orang yang taat peraturan, disiplin, dan selalu menjadi panutan teman sejawatku.
Dan orang-orang kerap mengatakan aku pasti sudah habis-habisan dibodohi olehnya. Sebab, mereka bilang, yang tegak pun jika terus bergaul dengan yang bengkok, lama-kelamaan bisa ikutan bengkok.
Namun, dalam hubungan antara dua orang, siapakah orang luar, hingga merasa berhak untuk menghakimi kami? Menilainya sebelah mata?
Kurasa, aku memang sedikit keras kepala. Sedikit.
***
"Namjoon, ini sudah yang ketiga kalinya kau tertangkap, mencorat-coret tembok bersama Taehyung. Kau tahu, kan, aku tidak bisa selalu mengeluarkanmu dengan mudah. Aku lumayan bosan mendengar teguran mereka."
Seokjin menghela napasnya kasar. Menurunkan dua makanan siap saji yang baru saja dibelinya. Berkencan dengan pria, yang lebih muda pula, memang tidak pernah mudah. Apalagi kalau prianya modelan Namjoon.
Beberapa orang sempat menoleh, berbisik pelan sembari menunjuk-nunjuk ke arah mereka. Seokjin sih tidak peduli, tetapi lain cerita dengan Namjoon. Ia mengangkat garpunya, mengarahkannya sambil lalu ke pasangan yang berbisik paling dekat dengan mereka, "Mau kucongkel mata kalian?"
"Namjoon," panggil Seokjin memperingatkan. Pasangan itu kabur, tak berniat berurusan dengan orang bertampang preman ini.
"Sikapmu inilah yang membuat orang salah persepsi tentangmu," helaan napas Seokjin terdengar di sela-sela gumaman serta gelengan kepalanya. Merasa pasrah sampai tahap tak tahu lagi bagaimana mesti menasihati Namjoon.
Namjoon diam saja. Ia menancapkan garpu plastiknya ke arah daging sapi berbalut saus kecap entah apa—padahal itu beef teriyaki, tapi, mana Namjoon peduli, yang dirasanya kecap, ya berarti daging sapi kecap. Ia mulai mengunyah daging sapi itu sambil memasukkan sesendok besar nasi putih hangat ke dalam mulutnya. Tampak sangat menikmati makanannya.
Seokjin pun menopangkan pipinya, memperhatikan Namjoon makan dalam diam. "Bagaimana kalau kau menginap di rumahku malam ini?" tawar Seokjin tiba-tiba, membuka topik baru yang sukses membuat tangan Namjoon yang asyik menyuap makanan pun terhenti.
Setelah hening beberapa lama, suara Namjoon terdengar pelan, "Untuk apa?"
Seokjin mengangkat bahu, mulai menyantap makanannya sendiri, dimulai dari salad sayur berselimut mayonaisenya. Bunyi kunyahannya terdengar samar, "Menginap, ya menginap. Memang ada tujuan apa?" Seokjin malah balas menjawab dengan pertanyaan lainnya.
Tak lama, ia melihat pipi Namjoon mulai bersemu. Oh, sudah mulai, batinnya.
Namjoon yang mengenakan topi kupluk pun menggelengkan kepalanya, membiarkan ujung-ujung rambut pirang di lehernya ikut bergerak. "Aku mau pulang saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uno A Miles [NamJin]
FanfictionOne word that rising my imagination about Namjin. My little gift for you, our Namjin Shipper. Welcome aboard ╰( ̄▽ ̄)╭ Fallinbunny, 5 Desember 2019