CIKa Part 2

1.7K 157 15
                                    

Cika demam, 40,1°C. Bunda memberi kompres hangat pada leher dan ketiak Cika. Mungkin Cika demam karena kehujanan dalam keadaan perut kosong.

"Bunda, pelakor itu apa?" Tanya Cika dengan bibir bergetar, Cika menggigil.

Bunda menarik nafas panjang sambil membetulkan letak selimut Cika. Bunda berpikir keras memilih kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Cika. Pertanyaan yang mudah dijawab jika yang bertanya orang dewasa tapi sangat sulit dijawab jika yang bertanya anak kecil seperti Cika.

"Besok ya Bunda jawab, sekarang Cika minum obat dulu terus bobo."

"Kata Erika, Ayah punya pelakor, pelakor itu apa, Bun?"

Cika memaksa, tangannya yang hangat menggenggam erat tangan bunda, meminta jawaban.

"Ayah punya teman perempuan selain Bunda." Hati-hati bunda menjawab, khawatir Cika bertanya lebih jauh lagi.

"Kenpa Ayah sering pulang ke rumah teman barunya sebelum pulang ke rumah kita? Kalau pulang sekolah Cika main ke rumah teman sekolah Cika dulu, Bunda pasti marahin Cikas, kenapa Bunda tidak marah sama Ayah?"

"Cika sayang, Cika kan masih kecil, jadi Bunda khawatir sama Cika. Ayo bobo ya, sini  Bunda kelonin."

Bunda memeluk Cika yang terbaring lemah. Hawa panas dari tubuh Cika terasa juga di tubuh bunda. Bunda mengecup kepala Cika lembut, sudut mata bunda menghangat, ada tetes-tetes bening yang jatuh dari mata bunda yang luput dari penglihatan Cika.

"Bunda ..."

"Iya, sayang."

"Bolehkah Cika benci Ayah?"

Pertanyaan Cika seperti memecah malam yang sunyi, menampar hati bunda hingga terasa sakit.

"Cika anak kesayangan Ayah dan Bunda, jadi Cika juga harus sayang sama Ayah dan Bunda."

"Cika sayang Bunda."

Cika semakin merapatkan tubuhnya pada bunda. Kepala Cika terasa pusing, terbayang kembali apa yang tadi Cika lihat saat mengintip bersama Erika dari balik jendela kamar Erika. Saat ayah turun dari mobil, ada perempuan setua bunda yang keluar dari dalam rumah dan menghampiri ayah, memeluk ayah. Perempuan yang berdandan menor itu tersenyum genit pada ayah, mencium tangan ayah lalu ayah mencium kening perempuan itu, sama persis dengan yang sering dilakukan ayah pada bunda kalau akan berangkat atau pulang kerja. Cika tidak suka melihat itu, Cika tidak suka ayah direbut perempuan itu, Cika tidak suka ayah pulang ke rumah itu dan tidak pulang ke rumah ini. Cika tidak suka ayah berbohong pada Cika dan bunda.

"Cika benci Ayah," desis Cika dengan gigi gemerutuk. Hati bunda terasa disayat sembilu saat mendengar gumaman Cika, nyeri.

"Kenapa Cika yang harus terlebih dahulu mengetahui semua ini?" protes bunda dalam hati. Bunda mengkhawatirkan kondisi psikologis Cika. Apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar akan terekam di memorinya dan akan terus ingat sampai Cika dewasa. Anak sekecil Cika tidak seharusnya melihat kelakuan ayahnya yang seperti itu karena bisa jadi Cika akan kehilangan sosok ayah yang dihormatinya, penghormatan Cika pada ayah bisa saja berkurang, Cika akan kehilangan figur ayah yang sempurna untuknya. Emosi Cika pun akan terbelah antara benci dan merindukan ayahnya yang jarang pulang tepat waktu. Cika mungkin akan menjadi orang yang sulit percaya pada orang lain. Cika akan beranggapan bahwa orang yang dicintainya bisa berbohong atau menyakiti Cika. Saat Cika melihat ayah tidak setia pada bunda, mungkin Cika akan melihat bahwa pernikahan itu bukanlah sebuah janji yang sakral. Jadi, Cika bisa saja beranggapan bahwa kesetiaan itu tidak penting. Bahkan mungkin, Cika akan bingung memahami apa arti dari belajar mencintai seseorang, kesetiaan, dan pernikahan itu sendiri. Cara pandang itu bisa terus melekat hingga nanti Cika dewasa. Kekecewaan yang berat seorang anak perempuan terhadap ayahnya bisa menjadi salah satu pemicu  anak itu membenci semua laki-laki hingga tumbuh dewasa, ia akan mencintai perempuan lagi dan takut mencintai laki-laki yang dianggapnya sebagai mahluk yang hanya bisa menyakiti perempuan. Dampak paling mengerikannya adalah terjadi kelainan orientasi seksual, saat dewasa ia menjadi penyuka sesama jenis.

CIKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang