|1|annoying

84 9 2
                                    

Dila's POV.

Gue gak ngerti apa yang bikin cowok tengil bin ajaib ini mau nganterin gue ngampus di pagi buta kayak sekarang. Biasanya ini anak baru bangun jam 12 siang, karena kelas mata kuliah yang dia ambil lebih sering sore atau malam. Itu pun harus disiram dulu sama Daus atau si sipit Amar. Disiramnya cuma pakai segelas air ya guys, jadi kasur Raka tetap aman sentosa.

Ya, yang lagi boncengin gue naik motornya Vero ini adalah Raka si tukang bacot. Jam setengah tujuh pagi tadi dia tiba-tiba udah stay di depan kamar kos gue sambil bawa dua helm.
Gue hampir jantungan pas dengar dia bilang mau nganterin gue ke kampus dengan sukarela, karena biasanya kalau gue mau nitip ind*m*e ke dia aja harus ada upahnya! Jadi, bukan gue GR ya bro!! Feeling gue, ini bocah pasti ada maunya!!

Ooo kalau kalian bertanya-tanya, apakah mas Vero tidak kuliah? Dia ada kelas sore setiap hari rabu. Okay? Jadi aman-aman aja kalau Raka bawa kabur motor kesayangan cowok itu.

"Dah sampai.." Raka menghentikan laju motornya tepat didepan gerbang kampus gue.

Gue pun turun dari boncengan dan segera melepas helm lalu menyerahkannya ke Raka yang belum sampai semenit ada disini tapi udah jadi pusat perhatian cewek-cewek kampus. Padahal dia lagi pakai helm loh! Semempesona itukah mukanya? Ewh.. andai mereka tahu kelakuan konyol cowok ini.

"Thanks." Baru aja gue mau ngelangkah masuk ke area kampus, Raka malah nahan tangan kanan gue yang mau gak mau bikin gue noleh dan natep muka dia penuh tanda tanya. Eh? Gak penuh juga sih.

"Dil.." suaranya kedengeran serius. Matanya nunjukin kalau dia lagi gelisah. Mungkin ada sesuatu yang pingin dia bilang?

"Apaan sih? Lama lo!" Gue udah gak sabaran karena selama hampir dua menit dia cuma diem kayak orang idiot. Terus, gue males banget daritadi dilihatin mahasiswa lain yang juga baru sampai di kampus.

"Ehm." Raka berdeham. Dia kelihatan bingung antara mau ngomong atau enggak. Sebenernya ada apa sih?!

"Raka! Kelas gue mulai lima menit lagi, sampai gue telat cuma gara-gara lo, gue tebas pala lo!" Kata gue ngancem dia. Ya siapa yang gak emosi kalau ditahan cuma buat didiemin kayak gini?

1 detik...

2 detik...

3 detik...


1 menit...

KALIAN TAHU APA YANG TERJADI???!!!










Dia cuma senyum dan tanpa berdosanya dia berucap "Gue cuma pingin bilang, pulang kuliah nanti gue jemput lo lagi. Jadi... jangan pulang sebelum gue dateng. Okay.."

WHAT THE HELL??!

Gue tercengang setengah mampus. Bahkan sampai Raka pergi gue masih diam mematung di depan gerbang kampus.
5 menit gue terbuang sia-sia cuma buat dengar dia ngomong kayak gitu?! Cih.
Gue gak ngerti lagi kenapa hari ini Raka bersikap manis banget! Mungkinkah dia kerasukan kolak pisang? Eh?
________________

Author's pov

"Din. Kelas siang ya?" Tanya Daus ke Dinda yang lagi asik masak makanan sejuta umat di dapur kos-kosan.

"Iya us." Jawab Dinda seadanya. Cewek itu emang gak terlalu suka berinteraksi sama cowok manapun. Bahkan yang udah kenal lama sama dia sekalipun.

"Gue.. boleh tanya sesuatu gak?" Daus berjalan mendekat dan mensejajarkan tubuhnya supaya berdiri tepat di sebelah Dinda.

Dinda yang masih setia mengaduk isi panci terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Nanya apa?" Cewek itu menatap Daus sekilas.

"Hmm.. pagi ini mendung ya, dingin lagi..

Daus menjeda basa-basinya sebentar lalu terdengar menghela nafas.

"Gue...
Cowok itu menggantung kalimatnya.

"Apa?" Dinda menyela ucapan Daus karena udah habis kesabaran.

"Apa boleh gue minta tolong sama lo?" Daus natap mata Dinda yang juga lagi merhatiin dia.

Jadilah dua anak manusia itu saling tatap..

"T-tolong apa?" Entah kenapa Dinda jadi gugup ditatap sama Daus dengan jarak sedekat ini. Cewek itu pun secepat mungkin mengalihkan pandangannya dari muka Daus.




















"Tolong masakin ind*m*e goreng buat gue? Boleh?" ujar Duas akhirnya diiringin senyuman jahil.

What?!

Mata Dinda membulat sempurna. Cewek berambut ikal itu langsung buru-buru matiin kompor karena air didalam panci hampir aja kering cuma karena dia dengerin omongan Daus yang bener-bener gak penting!!!

Daus tercengir bodoh karena dia sadar udah bikin Dinda naik darah.
"Hehe.. boleh ya din?" Tanyanya lagi seenak jidat.

Dinda diam nahan emosi sambil mindahin makanan nya dari dalam panci ke mangkuk.

"Lo basa-basi panjang lebar cuma buat nanya kayak gitu?! Sini! Lo yang gue masak!" Omel Dinda kesal lengkap dengan tatapan horornya yang dia persembahkan buat Daus.

"Busettt galak banget lo din.." kata Daus ngeri.

"BODO AMAT!" Dinda pun melenggang pergi dari dapur meninggalkan Daus yang masih terkekeh akibat melihat perubahan ekspresi wajah Dinda yang semula gugup menjadi semarah hulk.

"Padahal gue cuma minta tolong.. apa salahnya kan?" Tanya jomblo karatan itu pada inner selfnya. Heum..

______________

Raka's Pov

Udah jam 5 sore. Kelas gue baru aja selesai, untung hari ini cuma ada satu mata kuliah, kalau nggak? Mampus gue di bunuh sama Dila.

Ya, cewek itu udah nge-spam chat gue dari jam 3 sore. Ribuan ancaman dan sumpah serapah udah gue terima dengan lapang dada. Gimana ya, gue sebenernya bisa sih suruh dia pulang aja daripada nunggu gue. Tapi kan.. abang Raka yang tampan ini udah terlanjur janji mau jemput dia, jadi sebagai lelaki yang bertanggung jawab gue harus tetap menepati janji.

Akhirnya gue tetap nyuruh tuh cewek nunggu dengan iming-iming es cream. Hehe...

Lagipula ada hal penting yang harus gue omongin ke dia, dan gue yakin hal ini gak bisa dibicarain di kos-an. Atau yang ada gue bakal di cengin sama dua cucunguk dan ciwi-ciwi rempong seisi kosan.

Yaudah, jangan banyak bacot lagi.
Gue segera lari ke gedung fakultas Psikologi buat nemuin Masver sohib ter thebest sekampus dan sekosan. Iya, Masver itu 'Mas Vero'

"Ver!" Gue nepuk bahu dia yang lagi asik baca buku disalah satu bangku depan Fakultasnya.

Dia kaget dan langsung noleh.
"Ada apa ka?"

"Minjam motor lo bentar dong. Buat jemput Dila.." tanpa basa-basi ya kan.

Vero malah menautkan alisnya dan ngeliatin gue intens gitu. Ihh... masa iya dia naksir gue???

"Tumben lo jemput Dila?" Tanyanya sambil ngerogoh saku kemeja yang dia pakai. Udah bisa gue tebak kalau dia pasti lagi nyari kunci motornya.

Gue tersenyum kikuk. Bingung mau jawab apa.
"I.. iya, udah janji soalnya.." akhirnya cuma itu yang bisa terucap dari mulut gue.

"Nih.." Vero pun ngasih kunci motornya ke gue. Tapi... ada tatapan aneh yang gue lihat dari matanya. Tatapan yang baru hari ini gue lihat dari seorang Vero.

Kayak tatapan gak suka gitu gengs? Apa dia gak ikhlas ya minjamin motornya ke gue, karena gak pernah gue isiin bensin? Atau.. dia beneran naksir gue?! OHLORD! YANG BENAR AJA VERO INI! eh.. atau...???

Tanpa berpikir aneh-aneh lagi gue pun segera nerima kunci motor itu sambil tersenyum lega. Untung aja punya temen sebaik dan sepengertian masver ini. Semoga baiknya gak mengandung maksud apa-apa. Amin dong woy!

"Nanti gue suruh Daus jemput lo ya.." kata gue sebelum akhirnya pergi ke parkiran.

"Iya santai aja.." sahut Vero yang masih bisa gue dengar.

_______________

Kos-kosan Love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang