"Din.." Amel yang berjalan di samping Dinda menyikut pelan lengan sahabatnya itu."Kenapa?" Tanya Dinda sambil menoleh natap Amel.
"Tuh.." Amel menunjuk ke arah cafe yang ada di seberang kampus mereka dengan dagunya.
Dinda pun mengikuti arah pandangan Amel natap Cafe itu. Sebuah Cafe sederhana yang gak terlalu besar dengan desain yang cukup kreatif bertema ala-ala candy.
"Kenapa sih? Lo mau mampir ke Cafe dulu?" Tanya Dinda memastikan.
Ya, dua cewek mungil itu baru aja keluar dari kampus. Sebenarnya jam pulang mereka udah sejak 1 jam yang lalu, tapi mereka mutusin buat ke perpus dulu, sekalian nyicil tugas yang udah numpuk setinggi monas.
Amel menggeleng cepat.
"Bukan itu!" Sanggahnya."Terus..?"
Amel malah diem dan terus natap ke arah salah satu jendela Cafe.
"Masa lo gak lihat sih?"Dinda mendengus sebal.
"Gue lihat, di seberang ada Cafe kan?"Amel tak menanggapi Dinda dan malah tersenyum tipis, manik hitamnya terlihat berbinar memancarkan kebahagiaan.
"Mel! Ini udah jam tujuh malem, please cepetan bilang ada apaan! Gue mau pulang, okay? Jangan sampe lo buang-buang waktu gue cuma buat bilang hal gak penting, kayak yang dilakuin Daus tadi pagi!" Hmm. Keluar kan ocehan expressnya.
Amel menoleh ke arah Dinda yang mukanya udah merah padam.
"Lo gak lihat ada malaikat?" Tanya Amel yang masih mempertahakan senyum manisnya.Dinda mengerutkan keningnya heran.
"Mel, gue tahu skripsi lo revisi terus. Tapi please jangan gila ya, ini Jakarta bukan akhirat! Jadi gak akan ada malaikat disini. Tolong jangan kebanyakan halu kayak Dila sama Am.." Seketika Dinda berhenti nyerocos saat sadar siapa yang ada dibalik jendela Cafe, orang itu yang daritadi diperhatiin sama Amel? Amel bilang dia malaikat?!... what the.."Pffttt...
"HAHAHAHAHAHAHA!!" Dinda yang selera humornya anjlok langsung ketawa ngakak tak tertolong bikin Amel mendelik kaget.
"Din! Apaan sih?! Kok lo ketawa?" Tanya Amel sewot sambil narik tangan Dinda menjauh dari keramaian.
Karena suara ketawa Dinda yang mirip orang kesurupan itu berhasil menyita perhatian semua orang yang tadi berada gak jauh dari tempat mereka berdiri."Hahh.. hahaha.." Dinda masih aja ketawa sambil megangin perutnya yang mungkin udah terasa keram. Dari sudut matanya mengalir butiran bening saking ngakaknya tuh cewek.
Amel masih gak ngerti, emangnya apa yang lucu sampai Dinda ketawa ngakak gini?
"Dinda! Woy! Ketawa lo lebih ngeri dari kuntilanak, sumpah!" Amel mengguncang tubuh Dinda supaya sahabatnya itu segera menghentikan suara tawanya yang menyeramkan.
"Mel... Lo bilang Amar malaikat?.. hahah....haha" Cewek dengan rambut dikuncir ekor kuda itu masih aja belum puas ketawa. Dan ketawanya cuma karena Amel bilang si sipit Amar itu malaikat.
She is so crazy, kan?"Ish! Jangan gitu dong! Gue malu tahu.." Bibir Amel mengerucut sebal.
Dinda pun dengan susah payah berusaha menghentikan aksi tertawanya sambil menghapus air mata yang sempat mengalir dari kedua kelopak matanya.
"Pffftt... sejak kapan lo naksir Amar hah?" Tanya Dinda masih dengan sisa-sisa tawanya."Shuutt!" Amel menempelkan jari telunjuknya pada bibir mungil Dinda. "Jangan keras-keras bloon!" Katanya kemudian.
Dinda mengangguk paham dan segera menepis jemari Amel supaya menjauh dari bibir berharganya.
"Cepetan cerita! Sejak kapan lo naksir Amar?" Dinda mengulangi pertanyaannya dengan setengah berbisik.
_____________
![](https://img.wattpad.com/cover/210193706-288-k770152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Love story
De Todokisah tentang delapan anak manusia yang menghuni sebuah kosan ditengah padatnya kota jakarta. penuh suka duka hingga akhirnya mereka jatuh cinta.