1. Kemarahan Ara

583 65 4
                                    

Jangan lupa Vote dan komen yaa..

Happy reading..

Gadis berambut cokelat yang mengenakan seragam sebuah SMA itu menaiki sepeda nya menuju sekolah, tak ada yang istimewa di diri gadis itu, selain kecantikan serta otak nya yang lumayan pintar, di luar itu, ia hanyalah seorang gadis sederhana dengan latar keluarga yang terbilang biasa biasa saja, ayah nya yang pekerja kantoran, serta sang ibu yang memiliki pekerjaan sebagai tukang laundry.

Gadis itu-- Ara, Arabella Chalondra. Tinggal sendiri dengan mengkos di sebuah kosan khusus wanita, berdalih tak ingin menyusahkan orang tua nya, gadis itu lebih memilih untuk tinggal sendiri, meskipun uang makan serta keperluan lain nya masih di tanggung oleh keluarga nya.

Kadang kala Ara berfikir untuk mencari kerja sampingan, hitung hitung untuk menambah uang saku nya, namun usulan itu selalu di tolak oleh orang tua nya, karena takut jam belajar Ara yang akan bentrok jika gadis itu benar benar bekerja.

Dan di sini lah Ara, sudah berdiri di di depan sebuah sekolah menengah swasta yang terbilang cukup elite untuk sepantaran nya.

Gadis itu berjalan masuk dengan menuntun sepeda sport milik nya, memarkirkan nya di barisan khusus sepeda.

"Ara!" Ara segera menoleh, mendapati sosok sahabat nya -- Tyas.

Ara tersenyum ceria, berlari menghampiri Tyas di lorong, dan menggandeng lengan sahabat nya itu menuju kelas.

"Udah ngerjain PR belum Ra?" Tyas menatap Ara dengan santai.

Ara tersenyum, dan mengangguki nya, "udah dong, masa belum. Ntar yang ada pak Andre yang killer itu ngamuk lagi." Mereka kemudian tertawa terbahak bahak. Mengingat sosok guru Fisika mereka yang bernama Andre tersebut, yang terkenal dengan kekilleran nya.

"Ganteng sih Ra, tapi sayang. Killer nya udah akut banget." Timpal Tyas lagi.

Dan kedua orang itu kembali tertawa terbahak bahak, mengabaikan sesosok lelaki yang sedari tadi terus mengamati mereka dari kejauhan.

________________________

"Ra. Abis ini kamu sibuk gak?" Tyas menghampiri meja Ara,

Saat ini sudah jam pulang sekolah, dan mereka baru saja bersiap untuk pulang, di karenakan mereka yang mengikuti extrakulikuler yang mengharuskan mereka untuk pulang terlambat dari anak anak lain yang kebanyakan bolos untuk kegiatan tambahan tersebut.

Ara diam sejenak, mengingat ingat jadwal nya hari ini, namun nihil. Jadwal nya kosong.

"Gak kok, kenapa emang nya?" Ujar nya balik bertanya.

Tyas tersenyum "Kalo gitu gimana kalo kamu temenin aku ke Gramedia? Kata nya di sana lagi diskon besar besaran. Ada beberapa buku yang lagi ku incer. Makanya temenin aku yaa.."

Ara menggaruk tengkuk nya yang tak terasa gatal. Gadis itu agak malas untuk pergi kemana pun.

Sebenarnya Ara bisa saja menolak ajakan itu, namun melihat ekspresi Tyas yang seperti itu, membuat Ara mau tak mau ikut. Meskipun rasa nya tubuh gadis itu sudah begitu lelah akibat bermain volly tadi, juga Mengingat suasana hati nya yang sedang down akibat ingat akan kejadian Mamba kemarin.

"Ara!" Suara berat itu mengalun persis di telinga kedua gadis itu.

Ara menghela nafas pelan, ia sangat tau pemilik suara berat tersebut. Bahkan tanpa menoleh ke asal suara pun gadis itu sudah bisa menebak siapa sosok pemilik suara tersebut.

"Disini kamu rupa nya." ujar sosok tersebut.

Itu Mamba, lelaki itu tampak bersidekap dengan tubuh menyandar ke kusen pintu. Menampakkan wajah dingin nya sambil menyorot punggung Ara di sana.

Tyas tersenyum kaku. Menyenggol bahu Ara yang sedari tadi tak mau repot repot untuk sekedar monoleh apalagi berbali memandangi sosok Mamba.

Mengabaikan sikutan Tyas. Ara masih betah untuk berkutat pada kegiatan nya yang tengah membenarkan tali sepatu nya.

"Pssttt.. Araa!" Lagi. Tyas menyikut bahu Ara hingga menyebabkan gadis itu geram.

"Apa lagi?!" Ara menjawab dengan ogah ogahan, terlihat dari ekspresi masam yang di tampilkan oleh Ara.

Tyas tersenyum kikuk. Namun ada rasa lega saat melihat Ara yang sudah berdiri dari posisi nya, dan beralih menatap Mamba.

"Aku mau pergi sama Tyas. Kamu pulang sendiri aja. Lagian aku juga bawa sepeda kok." Ujar Ara dengan tanpa ekspresi sedikit pun.

Mamba berjalan mendekat, rahang lelaki itu terlihat mengerat mendengarkan penolakan Ara. Ini bukan Ara nya!

"Ayo bareng. Aku juga mau ke toko buku." Ujar Mamba. Berusaha memaksakan agar sebuah senyum terbit di bibir nya.

Ara menghela nafas lelah. Sudah berapa kali gadis itu menegaskan. Bahwa dirinya tidak suka di ganggu saat sedang marah.

Ya. Ara tengah marah dengan lelaki itu. Saat kemarin Ara yang tidak sengaja menjumpai Mamba yang tengah berjalan ria dengan salah satu teman sekelas lelaki itu--Andien. Di sebuah Mall.

"Ajak Andien aja sana. Males banget pergi bareng sama kamu. Ayo Ty. Kita pergi." Ara berlalu, menarik tangan Tyas yang nyata nya hanya bisa mrnlongo melihat sikap penolakan yang di layangkan oleh Ara.

"Makan tuh andien!"

Bruk.

Ara dengan sengaja menghantam'kan bahu nya ke bahu Mamba. Membuat lelaki iti sedikit bergeser dari tempat nya semula.

"Ara!!" Mamba menggeram.

Namun tak di hiraukan gadis itu. Ara malah berlari pontang panting. Masih terus menarik Tyas menuju parkiran sepeda. Bergegas untuk meninggalkan sekolah mereka.

"Kamu berani banget sekarang sama Mamba Ra!?" Tyas merasa terkagum kagum mengingat perlakuan sahabat nya tadi.

Ara mengangguk anggukan kepala nya dengan malas. "iya. Lagian aku udah muak." Ujar Ara.

"Cowok kayak Mamba emang kadang kadang suka kurang ajar. Bagus kamu ngelawan gitu Ra. Jadi dia gak bakalan berbuat semena mena lagi sama kamu." Tyas kemudian tersenyum melihat sahabat nya tersebut.

Begitu pun Ara yang mengangguki nya dengan semangat. Merasa setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Tyas tadi.

***********

Gadis itu mengayuh sepeda nya dengan perlahan. Terlihat raut wajah nya sudah sedikit lebih mendingan di bandingkan saat di sekolah tadi.

Ia kemudian turun dari sepeda nya. Dan menuntun sepeda tersebut, berjalan memasuki area rumah kost nya.

Mata indah itu membulat kala mendapati sosok yang seharian ini selalu mengganggu nya, itu Mamba.

Ya. Lelaki itu kini sudah tediri tepat di depan pintu kamar kost nya. Dengan tangan bersidekap di depan dada.

Gadis itu--Ara, hanya mampu menghela nafas nya, dan berusaha mengabaikan Mamba yang sejak tadi terus terusan menatap gadis itu dengan tajam.

"Dari mana aja?! Kok baru pulang sekarang?!" Suara dingin Mamba menusuk indra pendengaran Ara, namun gadis itu justru dengan santai nya mengabaikan ucapan itu. Menganggap nya hanya sebagai angin lalu.

Ara mendekat ke arah Mamba, bersiap membuka kunci pintu, sebelum lelaki itu kembali menghimpit Ara, menghalangi gadis itu untuk terus masuk dan mengacuhkan nya.

"Minggir!"

"Gak! Jangan kaya anak kecil dong Ra!" Ara tersenyum sinis. Dan menepis Mamba dengan kasar.

"Iya aku emang kaya anak kecil. Jadi mulai sekarang, jangan pernah berhubungan sama aku lagi. Pacaran aja sama Andien. Kita putus!"

********


Hai.. Gimana chapter kali ini?
Jangan lupa Vote yaa.. Biar aku makin semangat nulis nya..

See you..

POSSESSIVE MAMBATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang