🌻 5.) Awal 🌻

208 22 52
                                    

"Awal yang membahagiakan tidak selalu menentukan akhir yang sama pula."
- Altana Giovan Angkasa -

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Pagi telah menghampiri, sinar matahari yang menembus korden putih sedikit mengganggu tidurnya.

"Al, bangun Nak, sudah pagi lho. Nanti telat salahmu sendiri." teriak nenek Ami dari luar kamar Alta.

"Iya Nek, ini udah bangun," sahutnya dari dalam kamar yang masih dalam keadaan mengantuk. Wajar saja, dia pulang telat karena mengikuti perlombaan kemarin sehingga membuatnya sedikit lelah.

Namun, semua lelahnya seolah terbayarkan. Bagaimana tidak? Dia berhasil menyabet gelar juara I dalam perlombaan di bidang mata pelajaran Fisika kemarin. Prestasi? Sudah tidak diragukan lagi. Tapi hati? Sungguh, sampai saat ini belum ada yang mengerti sama sekali.

Alta bukanlah seseorang yang dingin apalagi beku, bukan seorang yang nakal, juga bukan seseorang yang sangat easy going kepada siapa saja. Dia hanyalah seorang Alta.

Setelah selesai mandi, tak lupa Alta menarik tas dan kunci mobil yang terletak di atas meja belajarnya. Lalu turun ke bawah menghampiri kakek dan nenek disana.

"Kek, Nek. Alta berangkat," pamitnya kepada dua orang yang selama ini bisa dibilang menjadi orang tua Alta.

"Hati - hati, jangan ngebut di jalan." jawab kakek mengingatkannya.

"Iya, Kek. Assalamu'alaikum." ucap Alta sambil salim kepada mereka.

"Wa'alaikumsalam." ucap mereka bersamaan.

Tak lama bagi Alta untuk sampai ke sekolah. Cukup membutuhkan waktu 10 menit. Bukannya mengebut, tapi memang jarak rumah dengan sekolahnya tidak terlalu jauh.

Mobilnya dia parkiran di luar sekolah. Parkiran di lingkungan sekolah hanya khusus untuk murid yang membawa roda dua. Jadi, Alta menitipkannya di luar sekolah.

Saat berjalan menuju gerbang. Di samping gerbang terlihat seseorang yang tidak asing sebelumnya. Alta berniat ingin menghampirinya.

"Maaf Ra, bunda cuma bisa nganter disini. Soalnya ada kepentingan mendadak di kantor. Gapapa kan?" sembari membantu Kara turun dari mobil ke kursi roda.

Kara mengangguk saja sebagai jawaban. Dia tidak mau terlalu merepotkan setiap hari untuk mengantar sampai ke dalam.

Alta telah sampai di depan gerbang, dan dia berjalan ke arah samping. Tetapi, seseorang yang ingin ditemuinya tadi ternyata baru saja masuk ke dalam mobil.

Sepertinya ibu itu sedang buru - buru - batin Alta ditempat. Dan benar saja, mobilnya langsung melaju pergi dari sana. Tidak jadi menemui ibu tadi, Alta berjalan masuk.

Melihat perempuan dengan kursi rodanya, lantas ia langsung menuju kesana. Dengan sigap, Alta segera membantu mendorong kursi rodanya. Dan hal itu membuat Kara terkejut.

"Maaf membuat terkejut. Bolehkan saya bantu?" Alta mulai bersuara di tengah keheningan.

Siapa sih orang ini, tiba - tiba mengagetkan saja - batin Kara dalam hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang