Jingga Prasenja

17 2 0
                                    

Jingga sedang menyesap moccachino yang baru saja ia pesan dari pelayan. Ya, Jingga sangat menyukai minuman itu. Awalnya dia bukanlah pecinta kopi, namun sejak Julian sering mengajaknya ke cafe ini dan dia tidak terlalu menyukai minuman bersoda, maka ia putuskan untuk mulai mencintai kopi.

Jingga menatap layar ponselnya dan melihat kearah pintu masuk cafe itu, namun seseorang yang ditunggunya tak kunjung datang.

"Kemana sih anak itu, udah sejam kita nungguin dia." ia mengalihkan pandangannya keluar cafe dan mengaduk-aduk minumannya.

"Sabar ngga, mungkin dia kejebak macet." sahut Naila yang sedari tadi membaca novel lalu tersenyum menatap Jingga sekilas.
Jingga hanya terdiam dan melanjutkan menyesap minumannya yang mulai dingin.

"Sorry-sorry... Aku telat ya?" tanya laki-laki yang mengenakan kaos berlengan panjang dan memakai celana denim dengan sepatu kets berwarna hitam-putih.

"Kamu telat satu jam tau gak!" Jingga menggerutu pada Julian yang datang dengan sedikit basah kuyup.

"Ya, maaf... Aku kejebak hujan tadi. Lihat, bajuku saja basah begini." sambungnya sambil menunjukkan baju dan rambutnya yang memang terlihat basah.
Jingga terlihat tidak perduli dan menatap Julian dengan datar.

"Kamu gak apa-apa pakai baju basah gitu Julian? Nanti sakit loh." Naila bersuara dan menatap Julian dengan khawatir.

"Hm, perhatian banget sama aku Nai, jadi pengen-" Julian menatap Naila dengan tatapan genit.

"Pengen apa?!" Jingga menyela adegan dihadapannya dan menatap Julian dengan kesal.

Entah apa yang membuatnya kesal saat ini. Apakah karena Julian yang datang terlambat atau karena Julian yang terus-terusan menggoda Naila sahabatnya.

"Kamu kenapa sih marah-marah mulu Jingga sayang?," Julian menatap Jingga yang kini juga menatapnya. "Maksudku peliharaanku tersayang." ia terkekeh dengan ucapan nya sendiri.

Jingga mendengus sebal. Ia berharap sifat menyebalkan Julian ini menghilang. Atau sekalian saja dia menghilang supaya Jingga bisa bernafas lega tanpa gangguan makhluk idiot satu ini.

"Kalian mau pesan makanan lain gak?" Julian menatap Jingga dan Naila secara bergantian.

"Aku gak terlalu nafsu makan An." jawab Naila sambil tetap membolak-balikan novel ditangannya.

An adalah panggilan yang kadang terucap dari Naila untuk Julian. Walaupun Julian kadang merasa aneh dengan panggilan itu tapi ia menyukainya karena itu berarti dia memiliki panggilan kesayangan dari gadis berhijab syar'i tersebut.

"Hm... Kamu harus banyak makan Nai, nanti kamu sakit. Kamu kan ada maag."
Tutur Julian dengan wajah menunjukkan kekhawatiran.

"Aku gpp An, lagian disini cuma ada kopi sama minuman soda yang ada nanti asam lambung aku naik."
Naila menoleh sekilas pada Julian, lalu kembali fokus membaca novel ditangannya.

"Ya udah biar aku beliin kamu makanan diluar."

Belum sempat Naila menjawab, Julian sudah berdiri dan bergegas keluar dari cafe itu.

Jingga yang tau sifat Julian memang selalu suka cari perhatian pada Naila pun tetap memandang keluar dinding cafe yang terbuat dari kaca. Ia berusaha menemukan kedamaian hari ini. Tapi itu tidak akan dia dapatkan kalau dia berada bersama Julian seharian.

Ia menatap kerumunan mobil yang tiba-tiba berhenti dan membuat jalanan macet.

Perasaannya tak enak. Tapi ia tetap berusaha mengenyahkan semua itu. Ia rasa sedang merasa tidak enak badan sekarang. Bukan badan saja, tapi hati juga begitu.

Syahadat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang