Naila Zahratunnisa

15 1 0
                                    

Adzan berkumandang. Naila melirik jam tangan nya yang menunjukkan pukul 12.05 WIB. Ia bergegas menuju mushola kampus tanpa Jingga.

Setelah menyelesaikan sholatnya, Naila pun menuju pelataran mushola untuk beristirahat sejenak menenangkan kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Bagi Naila, rumah Allah adalah tempat terbaik untuk menenangkan diri.

"Assalamu'alaikum Nai." ucap seorang laki-laki yang tak lain adalah Julian.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa?" sahut Naila.

"Ah gpp, aku kebetulan lewat terus liat kamu sendirian. Jadi aku kesini. Sekalian neduh. Boleh aku duduk?"

Naila terdiam dan memandang wajah laki-laki dihadapannya sekilas lalu menatap pada mahasiswa lain yang berlalu lalang. Ia tidak mau berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya.

Apalagi seisi kelas sudah tau kalau Julian itu suka sekali menggodanya. Naila tidak ingin ada fitnah yang terjadi ketika ia berkhalwat dengan Julian di tempat suci yang seharusnya menjadi tempat ibadah bukannya tempat maksiat.

Naila beranjak dari tempat duduknya.

"Umm, an... kita ke kantin aja ya. Tadi Jingga ke kantin duluan."

"Hm, oke."

Naila berjalan mendahului Julian yang mengekor di belakangnya.

Julian tau betul kalau Naila adalah wanita yang  memegang syari'at agama sehingga ia tidak akan mau mendekati seseorang yang bukan mahram baginya.
......

Mata Julian menyapu setiap sudut kantin untuk mencari gadis rambut hitam kecokelatan dengan model kuncir kuda.

Nihil.

Naila dan Julian tidak menemukan Jingga disana.

Julian mengeluarkan ponsel disaku nya dan mencari nomor Jingga lalu menelfon nya.

"halo... Kau dimana?"

"..."

"Oke aku sama Naila kesana sekarang."

Tut.. tut.. tut...

Julian memutuskan telfon.

"Ayo kita ke kelas. Si kuncir kuda itu sudah disana."
Julian menatap Naila sekilas lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku.
Naila mengangguk dan berjalan dibelakang Julian.

..........

Jingga menghela nafas pelan setelah mendapat telfon dari Julian.

Ia masih memikirkan bagaimana waktu itu Julian begitu perhatian pada Naila dan mengacuhkan nya. Walaupun setelah nya lelaki itu kembali membuat Jingga menahan malu dan merasa heran disaat bersamaan karena tingkahnya yang kadang begitu hangat dan kadang menyebalkan.

Dddrrrtt....ddrrttt.. Ddrrrttt...
Handphone Jingga kembali bergetar.

"Halo ma...."

"..."

"Iya aku masih ada kuliah ma, kenapa?"

"..."

"Apa?! A-aku segera kesana ma..."

Jingga menutup telfon dan bergegas meninggalkan kelas.

Hari ini Jingga membawa mobil sendiri sebab supir mereka Pak Bambang pulang kampung untuk menghadiri acara pernikahan keponakannya.

Karena terburu-buru ia pun tanpa sengaja menjatuhkan handphone nya.

"Ah shittt!!!," umpat Jingga. "Kenapa hp ini mati disaat genting begini." sambungnya.

Syahadat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang