Julian menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia merasa waktu yang baru saja ia lewati hampir saja berhenti.
Ia merasa bersalah atas kejadian di rumah sakit beberapa waktu yang lalu. Hampir saja nyawa nenek Jingga melayang karena ego Julian.
Sejak kejadian 2 hari yang lalu itu pula, Jingga selalu menghindar dari nya.
Hari ini, Julian pergi kekampus pagi-pagi sekali supaya bisa bertemu dengan Jingga.
Ia berharap gadis itu tidak mendengar percakapan antara dia dan neneknya.
.....Sesampainya di kampus, Julian memarkirkan mobil nya dan berjalan menuju kelasnya di ruang 2.12 lantai 2. Ia menyesuri lorong dan kini telah berdiri di depan ruangan tersebut.
Pintu telah terbuka, namun tidak ada sosok Jingga disana. Hanya ada 2 orang makhluk di dalam kelas saat ini, yaitu Aaron dan si studi oriented -Tiara.
Julian menghelas nafas. Ia mendudukan dirinya di kursi lalu mengeluarkan handphone dari saku celana untuk mencoba menghubungi Jingga.
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi.
"Shit!"
Julian menangkupkan wajahnya.Apa yang sebenarnya terjadi pada si kuncir kuda itu? batin Julian.
"Tumben dateng pagi." ucap Tiara tiba-tiba.
"Suka-suka aku dong. Kamu sendiri, tumben perduli sama orang lain." jawab Julian.
"Ih santai kali, gak usah ngegas!!!" Tiara meninggikan nada bicaranya sambil menatap tajam ke arah Julian.
"Lah, aku gak ngegas kok. Ini kan di dalam ruangan. Dan aku gak lagi nyetir jadi apanya yang mau di gas?"
"Dasar idiot! Jangan ajak aku bicara lagi!" Tiara kembalikan badan dan kembali membaca bukunya yang ia keluar kan beberapa menit yang lalu.
"Yang ngajak ngobrol kamu tu siapa kepang kuda? Kamu sendiri kok yang tiba-tiba nyeletuk, kan" Julian berdecak.
"Arghh!!! Bisa diem gak sih?!" Tiara memicingkan matanya dan menatap manik mata Julian dengan berapi-api.
Sementara Julian mendengus geli. Apa sih maunya cewek ini?
Aaron yang menyaksikan pertunjukkan dihadapannya hanya terkekeh sendiri dengan dua manusia yang seperti memiliki dendam kesumat satu sama lain itu.
Ia sedari tadi memperhatikan Julian yang nampak begitu gelisah.
"Lo kenapa bro?" Aaron menepuk pundak Julian dan langsung duduk di sebelah nya.
Julian hanya menggeleng pelan. "Bukan apa-apa."
"Bro, kalau lo ada masalah cerita sama gue. Siapa tau gue bisa bantu lo cari solusinya. Secara, gue kan Aaron Shahab sang mentor cinta ternama sejagat kampus dunia nyata, dunia maya dan dunia gaib."
Julian hanya tertawa kecil mendengar sedikit kalimat menggelikan yang di ucapkan cowok bermata biru yang asli berasal dari jawa tengah itu.
"Bisa aja lo laron."
"Apa ini soal Naila?" Tanya Aaron dengan penuh kekepo-an.
Julian tak bergeming.
"Atau... ini soal Jingga?"
Julian menghembuskan nafas pelan.
Aaron mengangguk dan mengerti sekarang, bahwa Julian memang sedang mengalami masalah krisis yang berhubungan dengan Jingga.
"Lo ada masalah apa sama Jingga brother?."
"Gue gak tau ron. Tiba-tiba aja si Jingga diemin gue. Telfon gue gak di angkat. Chat gak di bales. Dan lo tau kan, udah 2 hari dia gak masuk kuliah. Gue khawatir ada apa-apa sama dia." Tutur Julian dengan wajah yang menunjukkan kegetiran.
Aaron tersenyum-senyum sendiri mendengar ucapan Julian.
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri? Kemasukan lo ya?"
Ia tak menghiraukan ucapan Julian dan malah tertawa kecil.
"Eh sumpah nakutin lo laron! Kalau masih cekikikan, gue tabok pake ni kamus !" ucap julian sambil mengambil ancang-ancang untuk melemparkan kamus pada wajah Aaron.
Aaron pun menghentikan tawanya.
"Hm... jadi gini bro, lo tau gak yang lo rasain sekarang ini disebut apa?"
Julian mengernyitkan dahi.
"Yang gue rasain sekarang?"
"Iya... Emosi yang lagi lo rasain sekarang itu, lo tau gak apa artinya?"
"Maksud lo apaan sih gue gak ngerti."
Aaron menepuk jidat nya pelan lalu menatap Julian yang nampak tidak paham dengan arah pembicaraan nya.
"Hadeh. Pantesan ya Naila gak mau sama lo. Masa sama perasaan sendiri aja gak peka!"
"Gue bener-bener gak ngerti maksud lo laron! So maksud lo gue gak peka sama perasaan gue sendiri itu apaan..."
Aaron mencebik. "Sekarang gue tanya deh, lo lebih takut kehilangan Naila atau Jingga?"
"Ya gue gak mau kehilangan dua-duanya lah."
"Eh Fir'aun, rakus amat... Pilih satu aja."
"Hmmm..." Julian nampak berfikir keras.
Aaron memperhatikan setiap gerak-gerik Julian. Ia menunggu kalimat selanjutnya yang akan di lontarkan teman karibnya itu.
"Gue..."
Drttt...drttt....drrttt
Smartphone Julian bergetar diatas meja.
Nama Bunda Laras, tertera disana."Halo Assalamu'alaikum Bun."
"...."
"Iya Bun, ini udah di kampus. Ada apa bun?"
"...."
"Apa?!"
"...."
"I..iya bun, Julian langsung kesana sekarang."
"...."
"Wa'alaikumussalam."
Raut wajah Julian nampak semakin gusar.
"Ada apaan bro?"
"Nnti ajalah gue ceritanya, gue buru-buru mau kerumah Jingga dulu. Kalau dosennya udah masuk, bilang aja gue izin. Dah!"
Tanpa menunggu balasan dari Aaron, Julian langsung berlari keluar kelas meninggalkan Aaron bersama Tiara yang masih sibuk dengan bukunya.
"An! Mau kemana?" Naila berpapasan dengan Julian yang nampak sangat terbuka-buru.
Julian berhenti dan mengulas senyum pada Naila. "Hm aku mau kerumah Jingga Nai. Kamu mau ikut?"
"Kerumah Jingga? Ada apa? Jingga sakit?"
Naila nampak khawatir.Julian menatap Naila dengan tatapan kekhawatiran.
Naila tau saat ini, pasti telah terjadi sesuatu pada sahabat nya itu.
........
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat Cinta
SpiritualHijrah adalah cahaya yang harus di jemput. Apabila pintu dan jendela hatimu tertutup lantas bagaimana caranya kau akan tersentuh cahaya itu? Jingga adalah gadis tomboy yang bersahabat dengan Naila dan Julian. Naila yang dikenalnya sejak ia memasuki...