SI ABSEN TIGA

2 0 0
                                    


.

.

.

Tau William deandels ??

Iya , jenderal belanda yang membuat orang pribumi untuk kerja rodi membangun jalan dari anyer sampai penarukan .

Nah sekarang aku tau bagaimana sengsaranya kerja rodi . 

 inilah contoh nyatanya . sekarang tepatnya pukul 12.00 WIB , ditengah panas teriknya sang surya yang membuat kulit yang gosong makin tak terlihat. si William deandels versi wanita sedang memberikan kelas kami mata kuliah keperawatan anak .

Jujur saja awalnya aku berfikir mata kuliah ini tak akan semenjengkelkan mata kuliah anatomi fisiologi milik dosen sebelah , tapi ternyata benar , jangan suka menebak sesuatu yang belum pernah dicoba , dan lihatlah sekarang ,, kami membahas anak-anak dengan suasana yang mencekam bak menonton film horror paling seram sedunia.

Aku hanya mampu membayangkan mau jadi apa anak yang mau kita rawat nanti kalau kami belajarnya pun sesadis ini . aku hanya mampu menggeleng singkat , sambil terus focus ke depan . bisa bahaya jika sampai aku lengah barang sedikit .

.

.

Waktu mencekam telah terlewat. Semua yang awalnya selalu menunjukkan urat kini telah kembali tenang. Atau mungkin untuk beberapa orang saja , karena buktinya untuk anak-anak yang mendapat Kartu undangan cantik untuk datang keruangan  dari si William deandels akan sedikit menghabiskan waktu adu urat dengan beliau untuk beberapa jam kedepan.

"hah .. dasar " gumamku samar, yang kemudian disahuti oleh salah satu temanku

"gila yah , aku kira kita bakalan seneng-seneng karena ini menyangkut anak-anak . tapi kenapa jadi kek uji nyali dirumah kosong gini sih kita ?" ujarnya sambil sesekali mengusap lengan kanannya , merasa kebas karena mendapat cubitan maut dari beliau.

Aku hanya menggeleng singkat , dan reflek tanganku meraih lengan kiriku yang juga ikut kebas karena hadiah beliau.

"ehh.. minta perhatiannya bentar dong. Ada beberapa pengumuman nih " ucap seorang anak cewek yang kutahu adalah salah satu ketua angkatan kami .

aku melirik kedepan dengan ekspresi biasa sementara anak-anak lain ada yang langsung menyimak dan ada yang masih berbicara lantang , sontak saja hal itu membuat orang yang kutahu bernama A itu menghampiri mereka dan mengintruksikan untuk diam.

Ketika semua mulai tenang dia akan mulai bicara. Dan semua tetap sama. Pembicaraan itu lagi. Membuatku menatap jengah kedepan.

Yah, pembicaraan tentang lab dan hal-hal yang membuatku jengah.aku memutar bola mataku tanpa sadar.

Menggumamkan mantra dalam kepala yang selalu kuulang.

"udah jalanin aja " ucap malaikat dalam otakku. Aku mengulang seperti mantra harry potter. Membayangkan perdebatan antara malaikat dan iblis didalam otakku seperti film spongebob yang kutonton tadi pagi. Aku menggeleng . saking sibuknya memikirkan tentang mailkat atau pun itu yang mencoba menyemangati diriku sendiri, hingga kau tak dapat menangkap apa yang ia ucapkan tadi.

"hah menyebalkan" lagi-lagi ucapan itulah yang kuulangi diotaku.

Ketika semua sudah kembali pada bangku masing-masing , aku terdiam cukup lama dan melihat – menyimak seksama apa yang teman-temanku ucapkan . hingga mendapat satu kesimpulan.

"ah , mereka sedang mengghibah rupanya "

Aku kembali menyandarkan punggungku , memasang headset ku dan memutar lagu andalan ku. Aku memandang sekilas si A yang kini tengah sibuk dengan sebuah kertas. Dia Nampak sedang berkerut.

Hal itu mengingatkan ku pada awal pertama aku bertemu anak itu . hari itu awal masuk kelas dan kami hanya berkenalan . dan hal pertama yang kulihat adalah ,

' dia anak yang manis.'

Tapi melihatnya sekarang . kurasa manis saja tidak cukup. Aku tersenyum miring dan menggeleng pelan. Merasa aneh dengan pemikiranku sendiri.

Sebenarnya jauh lebih pada merasa janggal dengan passion orang yang memang ingin berada disini. Bukan malah sepertiku yang merasa terdampar dan memaksakan diri.

Aku rasa aku terlalu lama mengamati anak itu hingga suara tangis salah seorang dari kami datang .

"si nenek lampir menyuruhku bikin makalah, mana banyak lagi" ucapnya sambil sesenggukan menahan tangis..

"hah.." desahku lelah . lagi-lagi si William deandels itu benar-benar menghancurkan hariku .

Aku segera menelungkupkan kepala disela tanganku dan memilih tidur.

.

.

How To Be a NurseWhere stories live. Discover now