Memasuki mobil dan langsung melaju menuju apartemen. Jennie sama sekali tak berani membuka suara melihat bagaimana tatapan datar dan sikap dingin yang namja itu perlihatkan. "Dad—"
"Diam," potong Yoongi langsung membuat Jennie membisu.
"Daddy ... I'm sorry," rengek gadis itu sambil menunduk takut.
Sungguh, bagaimana jika Yoongi sangat marah dan berakhir membunuhnya? Dia tak ingin mati secepat ini.
"Diam dan ikuti perintahku," balas Yoongi datar. Tak ada sedikitpun nada belas kasih dari suaranya. "Daddy benci anak nakal."
Jennie hanya terdiam, memilin tangannya sendiri untuk mengabaikan rasa takutnya walaupun sangatlah sulit. Mobil mereka akhirnya berhenti di basment apartemen, Yoongi keluar dari mobil itu lebih dulu dan menyuruh Jennie untuk tetap mengikutinya.
Gadis itu menurut, mengikuti langkah Yoongi dari belakang dan hanya menunduk tak berani menatap punggung pria itu. Auranya begitu berbeda, sangat gelap dan menyeramkan. Hukuman apa yang dia dapatkan? Dia sungguh takut bahkan hanya untuk membayangkannya.
Memasuki ruangan apartemen mereka, gadis itu tetap mengikuti Yoongi dari belakang hingga mereka akhirnya sampai di kamar. Pria itu menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatap Jennie sambil melipat tangan di depan dada, "Pilih nomor, 1, 2 atau 3?"
"Untuk—"
"Bisakah kau cukup menjawabnya saja?" balas pria itu malas. "Aku memberimu kartu untuk bersenang-senang, bukan malah melanggar aturan."
"Tiga Dad," lirih Jennie pelan.
Yoongi tersenyum miring, langkahnya mendekat ke arah Jennie lalu mencengkram pipi gadis itu dengan satu tangannya dan memaksanya bersitatap dengan mata dingin Yoongi. "Pilihan yang sempurna sayang," ujarnya lalu menyeringai.
"Buka seluruh bajumu dan sisakan bra serta bawahannya saja," ujar pria itu sambil berbalik menuju salah satu pintu berwarna merah legam di dalam kamar tersebut. "Aku akan pergi untuk mengambil hadiah khusus untukmu."
Yoongi lalu berhenti di hadapan pintu merah gelap itu dan berbalik menatap Jennie sebelum membuka pintunya. "Kau belum membukanya?" tanyanya mendapati Jennie yang bahkan belum membuka kancing bajunya sama sekali. "Jika aku yang membukanya sendiri, kau akan terluka baby." Pria itu tersenyum tipis, senyuman tipis yang entah mengapa terasa sangat mengintimidasi bagi Jennie.
Gadis itu akhirnya menuruti ucapan Yoongi. Dia membuka seluruh bajunya dan menyisakan kain yang memang hanya menutupi bagian dada dan bawah pusarnya, beberapa detik setelah Yoongi datang membawa sebuah cambuk dan tali berwarna merah di genggamannya.
Jennie memundurkan langkahnya takut sambil berucap pelan, "Dad, apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya dengan nada bergetar.
"Jangan lari karena cambukku bisa meraih lehermu dan menyeretmu, Baby." Jennie membeku sambil meneguk salivanya takut, air matanya menetes tanpa sadar. "Ouch, jangan menangis." Pria itu akhirnya sampai di hadapan Jennie, menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya lalu mengecup lembut bekas air mata itu. "Itu takkan membuatku iba sayang."
Seringainya kembali terbentuk sempurna.
Jennie takut, sungguh!
Gadis itu menerjab kaget ketika tangan Yoongi mengusap bahu polosnya, dengan cepat tangan itu membalikkan tubuhnya dan mendorongnya ke bawah hingga tangannya kini bisa bertumpu pada kasur dan bagian belakang tubuhnya bersentuhan dengan adik kecil kesayangan Yoongi.
Pria itu tersenyum kecil, tangannya beralih mengusap lembut bokong gadis itu sambil bergumam pelan, "I love your ass," ujarnya meremas benda itu pelan membuat Jennie mendesah tanpa sadar. "But, kali ini bukan desahan yang ingin kudengar sayang." Nada suara namja itu berubah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Sugar Daddy [YOONNIE]
Romance[ Complete ; mature ] Ini hanyalah sebuah masalah pilihan. "Ahjus-" "Call me Daddy or I'll kill you." Start : 21 November 2019 End : 07 Mei 2020 ©2019, baejennie_ & kamelzy1