Cure the pain

32 3 0
                                    

“Gue baru kali ini ketemu sama cewek yang bodoh kayak lo”
Putri, sahabat Ema mengomel begitu masuk ke kamar Ema di Virginia Mason Medical Centre. Saat itu jam makan siang. Ema baru saja disuapi oleh seorang suster cantik berambut pirang.
Ema merengut. “Gue kan cuma mau ngambil boneka gue, si Pipo yang gue piara dari bayi.”
“Gila, gila, gila...” Putri makin keras reaksinya. “Lu tau nggak kalo lo nggak ditolong sama orang mungkin lu udah gak di sini sekarang!!”
Ema terdiam. Oh, ya penolongnya, ‘The Saviour’. Dia tidak tahu penolongnya itu ada di mana sekarang. Katanya sih langsung pulang setelah mendapat perawatan. Dan dia tidak ingin identitasnya dietahui oleh Ema. Ema memejamkan matanya untuk membayangkan sekilas.
“Gue pengen ketemu ama yang nolong gue,” kata Ema.
“Kalo udah ketemu emangnya mau lo apain? Kawinin?” kata Putri sambil mengupas apel yang baru saja ia ambil dari meja Ema.
Kawin? Ah.... sekelebat ingatan itu datang lagi.
Ema melamar Louis malam itu. disinari cahaya rembulan, diatas kapal The Woodmark II yang sedang berjalan menyusuri Lake Washington.
“Louis, would you marry me?”
Karena Ema mencintainya, dengan apapun resikonya, dengan kelebihan dan kekurangan Louis.
Mata Louis bersinar kaget, sesaat meredup kemudian dia tersenyum.
“Yes, in one condition.”
“What?”
“Kamu harus bikin banyak anak untuk aku.”
Ema bahagia, “Maunya berapa?”
“Sebelas.”
Senyum Ema menghilang.
“Hoi! Hoi!” Putri menepuk pipi Ema. “Mau lu apain kalo ketemu emangnya??? Ditanya malah ngelamun!
Gimana sih....”
Ema mengerjap “Oh! Ya gue mau ngucapin makasih laaah....”
“Ah gak seru lo” cibir Putri.
“Oh iya ngomong-ngomong rambut blnde lo lucu juga.... ala Inul Daratista haha....”
Shut up!” Ema refleks memegang rambutnya. Ternyata proses pewarnaan rambutnya berjalan cukup sukses hingga sekarang rambutnya jadi seperti rambut Indian yang diwarnai sebelah kanan pirang, sebelah kiri hitam.
“Gimana nih?! Gue kayak orang gila!”
“Udah... cuek aja, jaman sekarang orang Amerika yang Don’t juga banya. Jangan mau yang Do aja dong hahaha....”
Ema mencubit tangan Putri, “Lu kebanyakan baca Glamour!”
Tiba-tiba...
“Assalamualaikum...”
Ema dan Putri berpegang-pegangan sambil salig sikut. “Jin mana tuh, Ma?” Putri melotot.
“Hush, udah buain pintu aja. Ga mungkin ada suster dari sini yang ngasih salam kayak gitu.” Ema mendorong Putri yang tambah sewot.
Pintu terbuka. Putri bercakap sesaat dengan tamu misterius itu. buket mawar besar diterima Putri. Putri mulai berjalan ke arah Ema dengan air muka tampak aneh. Tampak ia sedang gugup.
“Ini Ma, dari Louis...” Putri menyodorkan buket mawar. Di belakangnya muncul sosok lelaki yang dirindukan Ema hingga saat ini, yang masih belum dapat dilupakannya. Louis tidak berubah, masih dengan senyumannya dan.....

*CRACK*
“Emh, Ma dari Louis dan Bella...”
Ternyata Louis tidak datang sendirian!! dia bersama ‘wanita-ganjen-perusak-hubungan’ itu!!!
“Aaahh... Louis.... Bella..  nice to finally meet you” kata Ema sambil melakukan tatapan 3 detik dari unjung rambut ke ujung kaki Bella. “Dan makasih buketnya ya.” Buket pemberian Louis diangkat dengan tangan kanannya yang masih memar. Ema meringis.
Louis tersenyum perhatian, “No problemo, Baby...”
Aiiih.... he stil call me Baby! I’m still his Baby!
Ema cengar-cengir puas sambil menatap Bella. Bella rupanya tidak mau kalah. “Ema gimana sih kejadiannya semalem? Kasihan sekali kamu... bahkan rambutmu pun tidak terselamatkan!”
Refleks Ema memegangi rambutnya. Putri menahan tawa.

###
“Hahahahaaa....” tawa renyah Bunda Fira membahana mengelilingi apartemen eksklusif miliknya di Newport Square Apartment.
Letakya di utara Seattle, agak jauh dari tempat tinggal Ema yang di pusat kota. Tapi pemandangannya indah, dan ini merupakan tempat yang paling baik untuk beristirahat setelah kebakaran yang mengerikan itu.
“So, Louis dan pacar barunya bahkan sempet ngejek lu gitu?” Bunda Fira menyesap teh hangatnya setelah mendengar cerita kocak dari keponaknnya itu.
“Ya gitu, deh Bun...” Ema memasang tampang cemberut. Perban masih melingkar di di kepalanya. Ema belum dapat kembali ke apartemannya yang sedang direnovasi dan pindah untuk sementara waktu ke apartemen Bunda Fira yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri.
“Uuuhh.... kasian...” Bunda Fira mengelus rambut Ema dengan sayang. Rambut itu masih belang. Half blonde dan half black. Insting Ema mengatakan untuk mempertahankan rambut freak nya itu.
“So apa yang akan lu lakuin but nutupin rambut gila ini?” Bunda Fira mulai berjalan ke arah balkon untuk mengecek pekerja yang sedang membetulkan jendela apartemennya.
“Hats,” jawab Ema sambil meraih remote control dan menyalakan televisi. Berita di TV masih seputar kampanye presiden dan badai, yang namanya mirip nama anak laki-laki yang membelah 3 negara bagian. Kabarnya akan ada badai susulan yang namanya  mirip nama anak perempuan.
Hats? Setahu Bunda, lu Cuma punya satu topi kan??” Bunda Fora berteriak dari balkon.
“yup, I don’t care. Warannya natural dan masuk ke mana aja, so gamasalah kalo dipake tiap hari hehehe...” Ema masih asyik mengganti-ganti channel.
Whattt?!?!” Bunda Fira masuk tergopoh-gopoh dan langsung mematikan TV.
“Kamu jangan bikin malu nusa dan bangsa, mau pake topi saru lebih dari seminggu! Ayo sekarang kita belanja!”
Bunda Fira menikah dengan orang bule pengusaha sukses pemilik Production House, Smith Enterprise. Kantornya berada di lantai 47 Bank of America Tower di kawasan bisnis Central Business District di daerah pusat kota Seattle.
Bunda Fira juga terbiasapergi ke pesta-pesta black tie penuh selebriti, bukan sembarang selebriti pula. Pilihan baju, sepatu, perhiasan, tas, hingga warna lipstik yang dipakai pun ngaruh banget buat reputasi suaminya. Nggak heran, kalo Ema diangap akan mempermalukan Bunda dan suaminya jika memakai baju sembarangan dimuka umum. Tabloid yang jumlahnya banyak banget di Seattle, pasti akan menjadikan Ema sasaran empuk. A Don’t from Smith Family, mungkin kira-kira begitu judul artikelnya.
“Bunda, tadi aku bohong Bunda....! au punya banyak topi kok...”
“Bohong.”

###
Bunda Fira memilih menghentikan mobil Mercedes CLK 43 Convertible-nya untuk parkir di depan butik langganan Cindy Crawford. BELLE GRAY. Tulisan berwarna kuning emas menghiasi pintu depan pintu butik yang berlokasi di downtown kota Seattle. Seorang wanita bule pemilik butik datang menyambut dengan senyum lebar.
“Psst, Bunda.. aku pikir Belle Gray adanya di New York??” Ema berbisik.
“Ini branch nya baru buka!” jawab Bunda Fira singkat sambil melambai ke arah pemilik butik.
“Halo Fira....!Apa kabar?” Bunda Fira dan pemilik butik saling bertukar salam.
“Keponakanku yang nakal ini ternyata henya mempunyai satu topi untuk menutupi rambutnya yang freak!”
Wanita bule itu menatap Ema dari ujung rambut sampai ujug kursi rodanya. Agak canggung Ema mencoba melihat ke arah lain. “Dia kelihatan oke Fira... ! tapi kalo kamu tetap pengen liat kolekssi topiku, silakan masuk saja.” Ema dan Bunda Fira memasuki bagian lain dari toko Belle Gray yang cozy.
Tiba di ruangan sebelah seperti tiba di hutan topi. Isi ruangan itu adalah topi dalam cberbagai macam ukuran dan warna seta model yang aneh-aneh. Ema langsung pusing melihatnya.
“Oke, saya akan membiarkan kalian berdua memilih.... sementara itu, kalian minum apa nih? Saya punya anggur putih, tapi kayaknya kalian nggak minum itu kan...”
“Teh aja... makasih,” Bunda Fira terlihat sudah asyik melihat-lihat.
“Aku juga...” sahut Ema buru-buru.
“oke, sampai ketemu di ruang sebelah ya...”
Setelah pemilik butik itu hilang dari pandangan Ema langsung memegang tangan Bunda Fira. “Bunda ...! ini mah topi-topinya kebagusan, gak pantes dipake buat kuliah!”
“Berisik aja lu. Pokoknya lu pake yang gua pilihin. Gak bakalan nyesel deh. Pasti terlihat lebih gaya daripada sekarang!”
Dua jam tida puluh menit dan tiga cangkir teh kemudian.
“Kamu kelihatan cantik sekali sayang!” Bunda Fira menatap Ema dengan mata bersinar setelah Ema mencoba salah satu topi pilihannya.
Topi itu seperti topi Queen Elizabeth untuk ke gereja dengen tulisan kecil berwarna turquoise ‘Belle Gray’ di sebelah kirinya. Satu-satunya topi yang dimiliki Ema hanyalah topi berbentuk ‘kupluk’ yang biasa dipakai anak pecinta alam untuk naik gunung.
“Bunda! I seriously can not wear this!!!












Here is our lovely Ema, ♡♡♡♡Halo 2020, semoga dia baik sama kita, nggak jahat kaya si 2019 (-_-')And yeah, feel free to write your feeling, respons, and coment here

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Here is our lovely Ema, ♡♡♡♡
Halo 2020, semoga dia baik sama kita, nggak jahat kaya si 2019 (-_-')
And yeah, feel free to write your feeling, respons, and coment here...
Thanks for reading guys, I'm really thankyou for it♡♡♡

Look! I'm on fire!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang