The other side

27 2 0
                                    

Saat itu langit cerah. Joko dan kedua teman satu apartemennyanmengendarai Honda Civic butut. Yang sudah pantas untuk diikutsertakan ke acara Pimp My Ride nya Xzibit. Dengan jendela terbuka, mereka menyusuri Jefferson Street. Mereka baru pulang dari kampus mereka, Seattle University yang biasa disebut Seattle U, selepas mengerjakan paper GUI Interface & Applications, tugas dari Profesor Reeder.
“Gila jam 8 kita baru pulang dari perputakaan ... kayak anak pinter aja hahahaha...” Basuki yang bicara, salah satu dari puluhan anak Indonesia yang belajar di Seattle U.
“Untuk mengubah video mode pada Sistem Operasi DOS kita menggunakan interrupt tenth service nol dengan nilai AL diisi dengan mode video yang diinginkan.dan video mode 13th merupakan mode dengan resolusi 32X200 dengan 265 warna” Nick mulai membaca kertas-kertas paper ditangannya. Bue satu ini dapat dengan mudah beradaptasi dengan 2 orang Indonesia yang sudah menjadi teman satu apartemennya selama setahun.
Joko menyeringai dan menepuk pundak Nick. “Hei lu gak mau seluruh dunia mendengarkan omong kosong kita kan?”
“Dalam hal ini, gue mau semua orang tau! Gue udah muak gitu loooh................!”
Joko dan Basuki tertawa keras hingga membuat seorang nenek yang sedang berjalan di terotoar menoleh dan menatap mereka dengan tatapan aneh.
“Lu tau dari mana soal ‘Gitu Loh’?”  Basuki menyeka air mata gelinya.
“Temen-temen cewek lu kan suka ngomong gitu, jadi gue pikir itu pasti istilah yang bagus!”
“Ngomong-ngomong artinya apa sih?”  Nick bertanya seperti bocah yang selalu ingin tahu.
“Hm, agak susah untuk diterjemahkan ke English,” kata Joko bingung sambil menatap Basuki. “Apa artinya Bas?”
Basuki mengangkat bahu. “Itu akan tetap jadi misteri buat Nick hahahaa...”
Nick mengedikkan bahu sambil terus mengemudikan mobilnya.
Saat berbelok di persimpangan mereka melihat sekerumunan orang yang melihat ke satu titik didepannya. Dengan ngeri Joko, Basuki, dan Nick mulai menatap ke titik yang sama. Asap hitam membumbung ke langit, warna kemerahan menyembul keluar dari balik balik jendela-jendela apartemen Vintage Park di lantai 3. Warna gedungnya coklat abu-abu sudah tidak tampak jelas lagi.
Holly...” Nick terperanggah dan buru-buru memarkirkan mobilnya tak jauh dari apartemen itu. segera satu persatu dari mereka berlarian menuju kerumunan orang.
“Ada orang gak ya di situ?” Basuki melihat keatas.
“Kayaknya ada satu cewek deh.” Joko menunjuk ke atas.
Sekitar satu meter dari Joko dan kawan-kawannya berdiri, seorang anggota pemadam kebakaran sedang bediri di ata tangga yang menyatu dengan mobil pemadam, memegangi gadis yang terlihat panik menggapai-gapai ke atas, arah yang seharusnya dihindari.
Terdengar pekikan eras dari gadis itu ketika ia terpeleset. Beberapa orang yang melihat mengeluarkan pekikan yang sama kencangnya. Tangan anggota pemadam kebakaran di atas sana sekuat tenaga berusaha memegangi tangan gadis itu tapi tidak dapat bertahan lama. Joko merasakan tubuhnya berlarian ke depan. Dan dalam hitungan detik menyambut sesuatu yang tidak pernah diduganya.
Sayup terdengar suara Basuki, “Jokooooo.... jangan matiiiii.....!”

###
Ruangan serba putih. Joko terbangun, menyadari seorang suster berambut pirang dengan tanda pengenal bertuliskan Susan, sedang membersihkan lukanya.
“Dimana aku?”
“Virginia Mason Medical Center.”
“Apa yang kulakukan di sini?”
“Kamu adalah pahlawan!” suster Susan mengeluarkan ‘Cinderella-smile-nya’.
Joko tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Susan.
Samar-samar dia mengingat tentang paper Profesor Reeder dan ingat pemadam kebakaran.
“Kamu menyelamatkan nyawa seorang gadis. Dia orang Indonesia juga! Kamu menjadi ‘bantal’ baginya saat dia terpeleset dari lantai 1 apartemennya.”
Joko melotot. “Firts floor? Woooo...... I’m glad to be alive!”
Dia mulai mengingat peristiwa itu samar-samar. Secara logika dan nalar, dia tidak mungkin bisa menyelamatkan gadis itu dan tetap bisa ngobrol dengan suster cantik ini.
“Teman-temanku mana??”  Joko celingukan.
“Di luar. Saya panggilkan dulu. Istirahatlah jangan terlalu banyak gerak ya!” suster Susan mulai berjalan keluar dari kamar.
Joko menghela nafas panjang dan terdiam. Dipandangi seeliling kamarnya. Kamar bernuansa biru muda, satu set kursi dan meja tamu, kulkas kecil, televisi. Mungkin lebih asyik dari kamarnya sendiri. Joko tersenyum kecil.
“Hey Bro, kayaknya lu seneng-seneng aja di sini,” Nick menyembulkan kepalanya dari balik pintu dan tersenyum lega melihat Joko baik-baik saja.
Basuki mendorong Nick untuk masuk. “Gue heran ama lu, dapet ide dari mana lu bua ngerelain kepala lu nyungsep di tanah demi nyelametin cewek secakep itu?”
“Emang cakep ya?” kata Joko sambil menyengir.
“Aduh...” cengirannya membuat luka di keningnya tertarik.
Easy.. jangan banyak nyengir dulu ah!” Basuki mengernyit. “Dan iya emang cewek itu cakep. Anak Indo juga.”
“Iya, tadi Suster Susan bilang gitu juga sama gue. Eh, by the way, dimana dia sekarang? Dia baik-baik aja kan?”
“Dia baik-baik aja kayaknya, tadi gue tanya ama Suster Susan. Konon Cuma terkilir dan luka ringan lainnya.”
“Suster Susan manis juga ya.” Nick main nyambung aja. Kedua temannya menatap penuh dendam.
Nick spontan membela diri. “What?! What are you looking at? A chick, blonde, and a nurse! What more can ypou ask for?!”

###
Dokter bule berusia setengah baya memasuki kamar Joko. Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh pagi. Kedua temannya yang masih terkantuk-kantuk segera menyingkir keluar.
What an interesting night you had, Mr. Onasis.” Joko hanya mengangguk sopan.
“Saya ingijn menjelaskan kondisi anda secara umum.”
Hening sejenak, dokter itu membolakbalik buu catatan yang diberikan oleh suster Susan.
“Kelihatannya anda tidak masalah yang berat pada tubuh anda. Hanya gegar otak ringan, lecet-lecet, dan sedikit memar. Ini keajaiban.” Dokter itu tersenyum.
Thank God!” Joko meringis, “Jadi kapan saya bisa pulang?”
“karena luka kamu tidak serius, kamu sebenarnya bisa puang segera.”
“Oh! Saya akan pulang siang ini kalau begitu!”
“Ok, saya harap kamu cepat sembuh. Daftar obatnya akan diberikan suster Susan. Tagihannya dapat diurus di depan. Jaga diri dan ...... jangan  kembali lagi ke sini ya!”
“hehehe.... mudah-mudahan Dok!”
Suster Susan tersenyum dan berjalan keluar bersama dokter itu. tak lama kemudian kedua sobat Joko mengintip, dengan wajah mengantuk, dari pintu dan bergegas masuk.
“Gimana? Apa kata dokter?” suara Basuki.
“Baik, katanya gue udah bisa pulang sekarang!”
“Hebat! Ok, jadi sekarang kita bisa siap-siap?” kali ini Nick yang bicara
“Tunggu! gue harus nunggu suster Susan dulu!”
“Lu mau ngerayu suster Susan dulu ya? Dasar ganjen.” Basuki merengut.
“Nggaaaaakk! Curigaan aja nih! Gue Cuma pengen pamitan hehee.”

###
“Oke, let’s go dude!” Nick menepuk pundak Joko yang duduk di kursi roda. Formalitas, karena semua orang yang masuk rumahsakit yang hendak check out dari rumahsakit ini pun diangkut dengan kursi roda sampai di mobilnya.
“Duluan aja, aku mau ngeliat dia. Cewek yang semalem.” Joko melirik suster Susan. “Tolong  Suster anter saya ke kamarnya.”
Suster Susan mengangguk dan tersenyum.
“I’ll see you guys at the car.” Joko melambai e arah kedua temannya yang hanya bisa egedikkan bahu.
Suster Susan mulai mendorong kursi Joko melewati kamar demi kamar di lorong yang lengang. Beberapa suster lalu lalang dengan kesibukan masing-masing. Mereka berhenti di sebuah kamar yang di pintunya berelabel ‘Ms. Ema’.
“This is it,” suster Susanberbisik seperti tidak mau mengganggu eheningan lorong itu.
Pelan-pelan ia membuka pintu kamar sambil mendorong kursi Joko. Joko merasakan jantungnya berdebar kencang. Suster Susan membuka tirai penutup di sekitar tempat tidur Ema. Sesosok wanita terlihat tidur dengan tenang di atas tempat tidur itu. pelan-pelan Joko mendorong ursinya mendekat.

She’s a Princess!.

Joko tercekat. Rambut wanita bernama Ema itu tergerai dengan warna pirang di sebelah kanan dan waran hitam di sebelah kiri. Mirip rambut Christina Aguilera. Meskipun tidak mengikuti aturan tetapi sangat indah dan anggun seperti putri tidur dari negeri dongeng yang sedang menungu untuk dibangunkan oleh Prince Charming. Joko mengkhayal, saat itu ia mengenakan baju ala pangeran dan mengendarai kudanya. Perlahan ia turun dari kursi rodanya dan berjalan mendekati sang putri. Sebentar lagi putri akan terbangun karena sentuhan sang pangeran...
“Joko kamu gak boleh jalan dulu!” suster Susan melihat Joko yang turun dari ursi roda dan berdiri di samping tempat tidur Ema.
“oh. I’m sorry.” Joko terlihat agak malu dan buru-buru kembali e kursinya.
“Gimana? Udah cukup kan? Kalau nanti dia bangun saya sampaikan kalo kamu menengoknya.” Suster Susan tersenyum.
“Uh, tidak perlu suster! Saya pikir, dia tidak erlu tahu siapa saya.”
“Kamu yakin??” suster Susan mengerutkan kening sambil mendorong kursi roda Joko keluar dari kamar Ema.
“Yakin. Dia tidak perlu tau informasi apapun tentang saya. Please...”
“As your wish Mr. Onasis...”





Our  pendekar dadakan  Joko wkwkwkwk♡♡♡♡Ada yg nunggu? Kolom komentar terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Our  pendekar dadakan  Joko wkwkwkwk♡♡♡♡
Ada yg nunggu? Kolom komentar terbuka .... jadi feel free to write your feelings here♡♡♡ thanks for reading guys♡♡♡

Look! I'm on fire!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang