I'm on Fire

49 3 0
                                    

“HUHUHUU...”
Suara tangisan Ema melengking dari arah kamar mandi salah satu apartemen Vantave Park, Seattle.
Maklum kisah cintanya yang unbreakable dan unsinkable bersama Louis akhirnya karam juga seperti kapal Titanic hampir seabad yang lalu. Mungkin ini yang mananya ‘perfect-couple-breakup-syndrome’. Dua tahun bersama dan mencoba selalu tampil mesra di tiap acara, yang banyak dihadiri teman-temannya , membuat Ema muak. Meskipun hubungannya tidak sehat sama sekali, tapi dia harus tersenyum dan bertingkah seperti wanita paling beruntung di dunia.
Sekarang setelah mereka putus, tetap saja kenyataan bahwa dia kehilangan seorang pria yang membuatnya tidak mandiri selama bertahun-tahun membuat tubuhnya sedikit limbung.
“Hhhh.” Di dalam bath tub, Ema mengibas-ngibaskan rambutnya, tak mau terkenang lagi dengan peristiwa buruk itu.
Dia memperhatikan rambutnya yang hitam pekat, panjang, dan lurus. Orang yang patah hati cenderung untuk melakukan hal bodoh atau dramatic change pada dirinya. Hanya untuk memperlihatkan pada dunia bahwa ‘I’m-fine-and-alive-but of course-in-crazy-way’. Ema meraih botol pewarna rambut dan pelan-pelan membukanya. Sebelum memulai, diperhatikannya sekali lagi perlengkapan yang dibutuhkan untuk mewarnai rambut.
1. Sarug tangan
2. Sisir
3. Baju dekil
4. Handuk butek
5. Kantong plastik besar serta penjepit rambut
6. Timer.
Sebelah bagian rambutnya telah tiga puluh menit tertutup dengan cream pewarna ketika terdengar bunyi yang memekakan telinga.
“Kriiiiiiiiiingggggggg.....” Alarm kebakaran berbunyi.
“Damn! Saat yang tepat untuk latihan kebakaran!” Ema mendengus. Dengan langkah gontai Ema keluar dari kamar mandi, melangkah ke arah jendela di kamarnya di lantai tiga dan menengok ke bawah. Orang-orang yang panik berlarian keluar.
Seorang polisi membawa megaphone dan berteriak-teriak, “ini bukan latihan.... saya ulangi .... ini bukan latihan!!!”
Dengan panik, Ema segera berlari, meraih mantel yang berada di dekatnya termasuk Pipo, boneka monyet kesayangnnya. Tergesa ia membuka pintu apartemen dan segera menuju Emergency Exit. Baru beberapa langkah, Ema merasakan semburan hawa panas. Ternyata api berasal dari salah satu kemar di lantai tiga, dan sekarang kamar itu telah menutupi jalan Ema menuju pintu keluar. Sekila Ema dapat melihat rok bunga-bunga Mrs. Debby menghilang di bali pintu menuju tangga darurat, tepat saat potongan pintu kamar seseorang terbakar habis dan mulai berjatuhan. Dengan ngeri Ema meloncat kebelakang. Nyaris tak bisa berpikir dan pani luar biasa, Ema hanya bisa tertegun ketika api mulai mencoba mencolek tubuhnya.
Raungan sirene pemadam kebakaran mulai mendekat, dan menyadarkan Ema dari kekagetannya. Dengan tertatih-tatih, shock dan panik karena asap yang semakin pekat, dia kembali ke kamarnya dan menuju jendela.
Help me....!!!” pekiknya kencang pada orang yang ada di bawah.
Please help meeee......” Ema mulai menangis sambil mencengkram kuat-kuat pinggiran jendela.
Hold on ma’am,” teriak salah satu pemadam kebakaran berseragam kuning. Alat-alat untuk menolong Ema mulai dipersiapkan. Setiap detik seperti setahun bagi Ema yang merasa ketakutan. Napasnya mulai sesak.
Uhukk...hukk... help me, I’m going to die” Ema histeris, terbatuk-batuk oleh asap yang kian mencekik dan menimbulkan bau gosong aneh yang membuat semut pingsan.
Akhirnya setelah lima menit yang mencekam, salah satu dari pemadam berhasil naik ke tangga dari mobil pemadam, untuk menjemput Ema. Dengan tubuh gemetar dan lemas, Ema pasrah ketika ia ditarik untuk naik ke tangga itu juga dan langsung diselimuti. Dia merasa telah aman dan selamat. Tapi....
“Tunggu, ada yang ketinggalan, ada yang jatuh, saya harus mengambilnya...!!! sangat penting!!” Ema mulai mencoba berdiri dan meggapai ke arah jendela kamarnya yang mulai mengeluarkan asap hitam.
“Ma’am, tenanglah, saya yakin apartemen anda telah diasuransikan,” cegah mas-mas pemadam it.
“Tapi... tapi... asuransi manapun tidak akan bisa menggantikannya!!!”
Dengan membabi buta, Ema mencoba meraih ke atas. Tangga sekarang sudah mencapai lantai satu apartemen. Tidak mungkin lagi baginya. Namun segala gerakannya yang agresif telah membuat tubuhnya goyah dan terpeleset dari tangga itu.
Anggota pemadam kebakaran it tidak sempat meraihnya. Tubuh Ema jatuh. Sosok lelaki berlari menyambut tubuh Ema. Yang terjadi kemudian, tubuh mereka bertumbukkan dan mereka berdua terjerembab ke tanah yang lembab.
Couple down, couple down... repeat, we have couple dowm situation...!”

Look! I'm on fire!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang