Aku terlambat bangun pagi dan harus lari - larian menuju kampus. Sepanjang jalan, bukan sekali kakiku menabrak - nabrak. Entah gerobak mamang jualan burjo, meja ibu - ibu yang jualan nasi uduk, tong sampah orang lain, belum lagi motor yang diparkir sembarangan.
Kalau kayak gini, aku suka pengen deh dikasih kekuatan kayak Captain Marvel, yang kalau dia terbang nabrak apa aja, semua yang ditabrak hancur. Kan seru tuh. Tinggal kutabrak aja hubungan Buana dan Chrissy, hancur deh. Hehehe.
Eh enggak ah, aku kan enggak mau jadi penghancur hubungan orang. Tapi kalau hubungan mereka hancur, ya aku tetap senang.
Aduh, kelas pagi ini pak Taufik. Aku enggak boleh telat atau bisa - bisa dipermalukan satu universitas.
Sampai depan kelas, kulihat Ony sedang mengemut lolipop sambil nonton yutup. Pasti dia nonton beauty vlogger yang sedang merekomendasikan skin care baru dan dia akan meracuniku untuk membelinya bersama di Sociolla.
Hemmpphh.
"Haduuh, On, hah. Huuuuhh. Pak Taufik belum datang cuy?" Hidungku pasti kembang kempis berebut udara.
Ony melepas lolipopnya dan menggeleng.
"Kenapa lau? Maraton yes?"
Aku mengangguk dan segera berjalan tertatih masuk ke dalam kelas. Mengambil tupperware Pita dan meneguknya.
"Gue kira telat. Hampir aja."
Aku mengelus dada yang--rata. Kalau kata si anak kampret Gio sialan.
"Masih setengah jam lagi kali. Tumben amat lu." Pita menunjukkan jam tangannya.
"HAH? Bukannya ini jam setengah sembilan ya?" Aku kembali melihat jam tanganku.
Sial! Jam tanganku mati dan jarum jam menunjukkan pukul setengah sembilan sejak tadi.
Aku luruh bersandar di kursi dan merutuki kebodohanku.
Udah nabrak - nabrak, sakit, capek, pegel, dan ngos - ngosan. Tahunya enggak telat. Sue!
"Nih!"
Tahu - tahu Gio sudah menjulang di depanku. Di atas meja, dia meletakkan 3 buah tiket Synchronizie Fest.
"Wiiihh. Mantul Kakak. Lo rebutan di mana?"
Dia duduk di kursi depan.
"Dipisahin Willy, gue kan request."
"Siapa aja pengisi acaranya, Yo?" Pita membaca tiket itu dengan mata menyipit.
"Banyaklah. Burgerkill, Jason Ranti, Didi Kempot--"
"Wiiiiih, Lord Didi Kempot."
"Cendol dawet, cendol cendol dawet!" Ony mulai bernyanyi yang diikuti seisi kelas dengan riuh.
"Elo bawa mobil ya. Gue enggak bisa jemput sama anter. Gue sama Irene." Pesan Gio.
"Tanggal 3 kan? Yodah santai, entar gue ambil mobil di rumah."
"Dianter Chandra aja." Gio menyebutkan asisten mami yang sebenarnya ingin kuhindari.
"Gue aja. Enggak percaya banget sih lo!" Aku mencibir tidak terima ke arah Gio.
Namun, dia menunjuk Ony dan Pita bergantian.
"Kalau lo berdua mau hidup lama, jangan biarkan setan kecil ini nyetir. Percaya sama gue!" Dia berujar kurang ajar.
Dih enak aja!
"Jangan percaya sama dia. Musyrik tahu! Percaya sama Tuhan dan kitab suci aja." Aku menyanggah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROCKING
ChickLitNamanya Tosca. Tapi dia memanggil dirinya sendiri dengan nama Oca. Anak gaul Senoparty yang berjiwa ambyar. Tipe cewek EDM tapi masih bisa goyang juga dengar lagu Pamer Bojo-nya The broken heart Godfather. Apalagi dengan teriakan cendol dawet, Oca t...