Aku bangun karena suara panggilan telepon di hapeku. Nama mami tertera di sana. Kubersihkan tenggorokan sebelum menjawab telepon mami.
"Halo?"
"Baru bangun kan kamu?" Tanya mami dengan suara hampir berteriak.
"Maaammmm, masih pagi tahuuuu." Aku mengulat di atas kasur, tangan kiriku menyenggol seseorang.
Membuatku kaget dan mencerna keadaan.
Oh iya, si Genta senior kampret itu semena - mena menitipkan ceweknya di kamarku. Cewek itu bergumam pelan dalam tidurnya. Aku turun dari kasur mengendap - endap agar dia tidak terganggu.
"PAGI DARI MANA! KEBIASAAN KAMU YA CLUBBING SAMPE PAGI, SAMPE ENGGAK INGET WAKTU! MANDI CEPETAN!"
"Mau kemana sih Miii?" Aku berjalan ke jendela, sambil berbisik.
Sementara dengan semangat '45 mami menjawabku dengan full power sound miliknya.
"ASTAGA OCAAAAAA, HARI INI ADA GATHERING MAMI. KAMU LUPA? CK CK CK. TUH KAN, NGEKOST MALAH JADI SEMENA - MENA. ACARA MAMI YANG HARUSNYA KAMU IKUT DATENG. ACARANYA MULAI JAM SEPULUH, SEKARANG UDAH JAM BERAPA OCAAAAAA?!!"
Aku garuk - garuk kepala sambil mencari jam dinding di kamar yang ternyata menunjukkan pukul sembilan dua puluh delapan menit.
"Yah, aku enggak usah dateng deh ya Mam. Oca masih ngantuk. Hooaaammm."
"ENGGAK ADA! MANDI SEKARANG CEPET! DATENG KE SHANGRILA. MASA MAMI BIKIN ACARA, ANAKNYA ENGGAK ADA YANG DATANG."
"Maaammmmmm, maleessss. Ibu - ibu semua."
"Ada yang bawa anak!"
"Maaaammmmm," aku mulai merengek demi bisa menolak acara mami yang aku berani jamin enggak jauh bosenin dari melihat Gio dan Irene grepe - grepean.
"Mami bilangin papi kamu ya, enggak mau dateng di acara - acara Mami."
"Ihh Mami maaahhhh."
"Cepetan siap - siap sekarang, jangan ngebut bawa mobilnya. Awas aja kamu bawa mobil kayak orang kesetanan. Dah ah, Mami lagi milih sepatu." Tandas mami dan langsung memutuskan sambungan telepon.
Aku mengacak - acak rambut, kesel. Maunya nolak, tapi kalau udah diancam akan bilang ke papi, aku takut. Peraturan papi, aku boleh melakukan apapun atau beli apapun yang kumau (selama dalam konteks positif tentu saja), asalkan harus selalu hadir di acara keluarga dan acara - acara resmi yang diadakan mami atau papi. Atau jadi perwakilan mereka jika ada undangan penting dan mereka sedang berhalangan hadir. Papi mengajarkanku untuk menjaga hubungan dengan keluarga dan para relasi.
Karena papi bilang, relasi sama dengan rezeki.
Di atas kasur, cewek SK II itu sudah duduk sambil memeluk salah satu bonekaku.
"Cuci muka lo sana! Skin care enggak ngebantu muka iler lo!" Usirku, dia berdecak judes.
Aku kembali naik ke atas kasur dan menutupi diri dengan selimut. Ingin teriak, tapi yang bisa kulakukan adalah menggigit bagian dalam selimut yang menutupiku.
"Udah, datang aja. Lo enak punya ortu deket, kalau gue jarang ketemu sama ortu gue." Cewek itu malah menyuruhku pergi.
Kubuka selimut dan menatapnya kesal.
"Bosen tahu!"
"Yang penting datang dulu kali, nanti lo bisa pergi kalau udah setor muka."
"Lo enggak tahu mami gue!"
Dia menghela napas. "Kalau saran gue, lebih baik lo datang dulu. Nanti bisa kabur. Gue pinjem kamar mandi lo!"
Dia bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi. Membuatku semakin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROCKING
ChickLitNamanya Tosca. Tapi dia memanggil dirinya sendiri dengan nama Oca. Anak gaul Senoparty yang berjiwa ambyar. Tipe cewek EDM tapi masih bisa goyang juga dengar lagu Pamer Bojo-nya The broken heart Godfather. Apalagi dengan teriakan cendol dawet, Oca t...