G.I.N.O -03-

8 3 0
                                    

Selamat Membaca 💌
.
.

Mendapatkan tak semudah Mengharapkan. Kenyataannya saja Siel harus terjebak diantara sekumpulan orang yang sedang beradu mulut. Belum lagi mereka harus menghadapi Pria tua pelupa itu.

"Kek, kakek kan yang Nyeret-nyeret kita kesini! Kakek cepet kasi tau petunjuk nya kek!" Wendy bersikeras membujuk kakek yang memberi nya Game boy Gratis kemarin.

"Kalian anak- anak muda lebih baik Tidur dirumah. Tidak baik main ke tempat seperti ini." Kakek itu kembali meminum Wine nya.

"Ya ini gara-gara kakek tau!" Randy tak terima.

"Kapan?" Kakek itu bertanya sambil menyalak  rokoknya.

"Udud we tuluy, inget ka batur mah heunteu." (Rokok tross, inget orang lain enggak) Gumam Andra.

"Astagfirullahaladzim, Ya Allah ampuni hambamu ini." Memang ya Randy baru ingat Tuhan bila sedang ketimpaan musibah saja.

"Ahh iya kakek ingat kamu, dan adik mu si cadel itu ya. Hahaha. " Kakek itu menunjuk Siel.

"Iya kek , tolong kami kek. Tolong kami, kami gamau mati." Siel segera beranjak dari tempatnya dan berlutut di depan pria tua itu.

"Hah, kalian beruntung, kakek dulu seperti kalian." Cerita si pria tua itu mulai menarik perhatian.

"Beruntung? Maksudnya kek? Kita kan  bakal Mati kalo ga menangin game ini." Pada Game umumnya bila gagal melaksanakan misi, maka karakter mati.

"Jika kalian gagal dalam 12 hari,  Kalian akan Mati. Hahahah" Siel tiba-tiba mengingat kata-kata si penyihir wanita itu sebelum benar-benar menghilang.

"Kakek dan teman-teman kakek kalah. Teman kakek yang lain sudah mati. Kakek? Terikat perjanjian dengan nenek-nenek yang pertama kali menyambut kalian. Perjanjian antara Mati atau menetap selamanya disini."

"Kakek pikir akan lebih baik disini, Tapi ternyata lebih baik mati. Hera, Hera hanya mencari tum- akhh kepalaku!" kakek berdasi hijau itu jatuh.

Diam kamu! Kamu beri tahu mereka, kuhancurkan sekarang juga!

"Ka..kakek tak bisa lanjut, sebelun kakek hilang ingatan kalian akan mendapat kekuatan sihir. Ambil batu ini. Simpan baik-baik."

"Untuk makanan atau item lainnya, kalian harus membunuh karakter Dwarf. Manusia kerdil itu akan  menghasilkan poin yang bisa kalian tukar dengan bahan makanan. Oh ya setelah ini pergi ke ONg Aren'a . Kalian harus bisa  -akh.. kalian kalahkan monter jelek itu. Dapatkan petunjuk selanjutnya."

"Oh ya, Dulu kakek seorang Clairvoyance" setelah itu si pria tua terjatuh dari kursi goyangnya.

Kelima pemuda itu mencoba mencerna baik-baik kata-kata sang kakek yang terburu-buru. Siel mengambil batu berwarna Hijau.

Belum lama , batu yang Siel genggam melebur menjadi debu.

"Lah ini knp ? Woy gw ga mau ganti rugi asuransi ye. Biar kakek aja." Siel seakan tak mau bertanggung jawab atas hancurnya berlian hijau tadi.

"Telekinesis, hmm menarik" Elle berdiri dibelakang Siel. Membuat kelima remaja itu terkejut.

"Seriusan lo bisa gak si gak muncul tiba-tiba kek siluman?!" Randy mengelus dadanya.

"Hemmm.. aku yakin kalian gak bisa ngelanjutin game ini tanpa bantuan ku, hahaha." Elle mulai melayang. Tunggu, melayang?

"Anjir bocil Setan!" Teriak Wendy.

Randy dengan tampang sok gagahnya langsung mendekati Elle yang melayang 1 meter diatas tanah dan menaikkan tangan nya sambil memejamkan mata mirip seperti orang yang ingin meruqyah.

"Allahumma lakatsumtu wabika-"

"Salah,Gagang panci!" Wendy  pun meniru gaya yang dilakukan Randy.

"Allahumma Barikklana fimma-"

"Lo yang salah Taplak Meja!" Randy menoyor kepala Wendy.

"Lo yang sal-"

"Kalian yakin gak mau lanjutin misi ini? Oh silahkan bertengkar. Aku tak peduli. Lagipula-" Elle yang sedang bergaya ala orang yang berbaring di pantai menghentikan omongannya.

"Ok..ok Elle. Ayo kita lanjutin." Oca mengambil keputusan.

...

"ONg Aren'a"

"Whoaa keren pisan euy tempat nya. Kayak tempat buat gulat-gulat gitu." Andra memandang takjub tempat didepannya.

"Norak lo Serbet Warteg." Wendy berucap.

"Korbankan jiwa kalian untuk mendapatkan jiwa yang lainnya" Elle lekas pergi dan meninggalkan sekelompok pemuda itu dengan sejuta tanda tanya.

"Dan terjadi lagi..." Andra bergumam.

"Betewe lo dapet magic-magic gitu ya? Dapet apasi tadi lo, Emm Telesinekisis kan?" Tebak Randy.

"Telenikisenis" Ralat Wendy.

"Telelesikinesik" Oca bantu menjawab.

"Telekisinisines" Andra tak mau kalah.

" Telekinesis Yang bener, dulu waktu gw lagi iseng-iseng buka internet gw nemuin beberapa 'kelebihan' yang bisa aja manusia dapetin.  Telekinesis, kalian mau tau apa itu?" Tanya Siel dia Akhir kalimatnya.

"Apaan tuh?" Tanya mereka kompak.

"Gw bisa ngendaliin benda tanpa menyentuhnya sedikitpun"

"Kalian! Kemana saja?! Ayo cepat para penonton sudah menunggu."

...

Kalau dipikir ini memang sebuah kota masa depan. Layar hologran, gedung-gedung. Mungkin kalian bisa membayangkan kota masa depan seperti di Film Doraemon Stand by Me.

"Apa?! Jadi kita suruh ngalahin Hulk segede itu?! Gamungkin!" Wendy memekik.

"Dari awal, kalian bukannya sudah mengikat kontrak?" Tanya si Pria.

"Om gila ah?! Kita disini gara-gara nenek-nenek bau menyan tau gak? Oh ya jangan lupain aki-aki kolor ijo itu!" Wendy terus saja berteriak di depan wajah si Pria.

Dandanan nya bahkan lebih mirip Bartender penjaga klub malam.

"Ahh, iya. Hera, wanita tua itu memang benar-benar!" Si pria memijat pelipis nya.

"Ok..ok  sekarang kalian,"

....

TBC




Game is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang