Bagian 3 : Posisi Penting

1.7K 227 50
                                    

Bagian 3
Posisi Penting
┈┈┈┈․° ☣ °․┈┈┈┈

Menjadi Istri di usia muda bukanlah sesuatu yang mudah. Kinnas harus beradaptasi dengan segala hal yang baru, karena kini ada seorang yang harus Kinnas layani setiap harinya. Satu bulan sudah usia pernikahan mereka. Kinnas mulai memahami dan mengenal lebih banyak seperti apa seorang Jagat Martaka itu. Jagat ternyata malas mandi, tetapi ia selalu wangi. Jagat ternyata sangat berisik, tetapi ia menyukai itu. Jagat ternyata banyak makan, tetapi tubuhnya tidak berubah menjadi gemuk begitupun dengan perutnya. Pipi Kinnas selalu memerah ketika melihat Jagat keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk di pinggangnya. Jagat ternyata memiliki suara yang merdu, serak-serak basah yang membuat jantungnya berdetak dengan cepat apabila mendengar Jagat bernyanyi. Dan yang paling Kinnas sukai, Jagat begitu perhatian dengan dirinya. Jagat akan selalu memprioritaskan dirinya. Salahkah Kinnas jika ia merasa sangat senang?

"Mas Jagat" Kinnas mengguncang tubuh Jagat dengan pelan. Sekarang masih pukul satu dini hari.

"Hmmm" Jagat hanya berdehem kemudian kembali tertidur. Kinnas mengerucutkan bibirnya.

"Mas.." Kali ini Kinnas menepuk-nepuk pipi Jagat. Perlahan mata Jagat terbuka. Ia mengucek matanya supaya kesadarannya bangkit sepenuhnya.

"Hm, kenapa, Nas?" Tanya Jagat dengan suara seraknya.

Kinnas tak langsung menjawab, hal itu membuat Jagat mengubah posisinya yang semula tidur kini duduk seperti Kinnas sekarang.

"Itu..." Kata Kinnas ragu-ragu.

"Itu apa?"

"Aku pengen Indomie buatan kamu kayak waktu itu" Lanjutnya ragu-ragu.

Jagat tersenyum dan mengacak rambut Kinnas.
"Bentar yah, aku ke dapur dulu"

Dengan cepat Jagat keluar kamar menuju dapur untuk membuat Indomie permintaan Kinnas, Istrinya.

Kinnas tersenyum lebar,  lihatlah Jagat ternyata tak menolak permintaannya padahal ini sudah dini hari.

Bolehkah Kinnas merasa menjadi istrinya Jagat bukanlah sesuatu yang buruk?

***

Kinnas berdiri menatap dirinya di cermin. Ia mengelus perutnya yang masih rata itu. Didalam sini ada buah hatinya dan Jagat. Kinnas menunduk dan terus mengelus perutnya dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.

Usia kandungannya sudah 8 minggu. Ia kini sudah mulai menerima dirinya yang mengandung diusia muda, dan ia tak menyesal memiliki seorang anak diusia ini. Toh, dia sekarang sudah menjadi seorang istri bukan seorang perempuan yang hamil tanpa suami.

Suara pintu terbuka membuat Kinnas menoleh ke asal suara, tampak Jagat menyembulkan kepalanya.

"Ayo, katanya mau kerumah Mama"

Kinnas mengangguk, kemudian berjalan mengikuti Jagat.

"Kita bawa apa kerumah, Mama?" Tanya Jagat.

"Beli buah aja nanti di Istana Buah" Kata Kinnas, ia mengambil kardigan berwarna hitam yang ia letakkan di atas sofa kemudian memakainya.

"Yaudah, kamu duluan masuk mobil. Aku mau kunci semua pintu sama jendela" Ucap Jagat. Kinnas menuruti perintah Jagat dan keluar menuju mobil mereka.

Satu jam lebih akhirnya mereka sampai di rumah orang tua Kinnas sebelumnya mereka juga telah mampir ke istana buah membeli beberapa buah untuk buah tangan ketika mengunjungi orang tua Kinnas.

Mereka di sambut dengan hangat oleh orang tua Kinnas, seberapa kecewa pun orang tua terhadap anaknya mereka tetaplah menyayangi anak-anaknya terlepas bagaimana mereka menunjukkan kasih sayang tersebut.

"Kamu apa kabar, sayang?" Tanya Risma, Mama Kinnas setelah merepa cipika-cipiki. Kinnas tersenyum kemudian menanggapi, "Baik, Ma. Mas Jagat selalu jaga Kinnas"

"Ya iyalah, wong Jagat bojomu, nduk" Jawab Risma kemudian mereka tertawa bersama. Fokus Risma kemudian beralih pada sesuatu yang dipegang Kinnas, "Kamu bawa apa?"

Kinnas mengangkat kantong plastik yang ia bawa, "Buah untuk Mama sama Papa"

"Ndak usah repot-repot, lain kali ndak usah bawa apa-apa"

"Malu ah, masa ngunjungi ortu tangan kosong, sih"

"Yaudah kalo begitu, sana bikin teh dulu buat Papa sama Suami kamu" Suruh Mama Kinnas.

Kinnas dengan malas menanggapi, "Ck, Ma. Kan ada Bi Inem"

"Hus, kamu ini. Sudah jadi istri ndak boleh malas-malasan" Tegur Mama Kinnas.

"Iya deh, Kinnas kedapur dulu Ma" Akhirnya Kinnas menuruti perintah Mamanya lalu menuju dapur untuk membuat teh.

Jagat masih merasa canggung duduk berdua dengan Papa mertuanya seperti ini. Jagat ingat saat dirinya dan Kinnas menjumpai orang tua Kinnas dan mengaku bahwa dialah yang menyebabkan perut Kinnas terisi hasil spermanya, di tonjok hingga bibirnya robek dan matanya kanannya yang berwarna kebiruan.

Saat itu ia merasa memang pantas mendapatkan itu karena telah merusak anak perempuan satu-satunya keluarga, Bapak Harianto Wijaya.

"Gimana, Kinnas manja nggak sama kamu?" Tanya Papa Jagat random. Jagat tersenyum tipis kemudian menjawab, "Nggak Pa, Kinnas nggak manja sama Jagat"

"Ah, boong kamu. Kinnas tuh manja sekali anaknya" Jagat menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia mesti menjawab apa pasalnya memang Kinnas tak menja dengan dirinya. Mungkin belum kelihatan manja karena mereka baru bersama selama satu bulan dan tidak mengenal dengan baik sebelumnya.

"Tunggu aja beberapa bulan lagi, pasti kelihatan kok. Kalo Kinnas itu manja banget anaknya" Lanjut Papa Kinnas kemudian tertawa.

Jagat jadi ikut tertawa, Papa Kinnas yang berada didepannya ini berbeda dengan Papa Kinnas yang ia temui pertama kali. Ia sedikit melemaskan tubuhnya yang sedari tadi kaku dan tegang duduk berdua dengan Papa mertuanya.

Kinnas datang membawa nampan berisi dua gelas teh dan kue kering. Ia dengan telaten meletakkannya di meja.

"Makasih anak Papa" Ucap Papa Kinnas. Jagat tersenyum ketika Kinnas melihat kearahnya, "Makasih, Nas" Kinnas mengangguk kemudian pergi kembali ke dapur untuk meletakkan nampan.

Jagat masih menatap Kinnas hingga punggungnya tak terlihat lagi, "Cantikkan anak Papa?" Pertanyaan Harianto membuat Jagat tersentak.

Dengan kikuk ia mengangguk, "Ya iyalah. Siapa dulu Papanya. Itu sperma terbaik dari yang terbaik. Dan hasilnya ya Kinnas" Ucap Harianto bangga.

Jagat sedikit tercengang dengan perkataan mertuanya tak tau harus merespon apa.

Harianto memanggil Jagat dengan jari telunjuknya, menyuruh mendekat pada dirinya. Jagat mendekatkan telinganya kepada Harianto karena tampaknya Harianto ingin ini hanya dirinya yang mengetahui.

"Posisi itu penting untuk hasil yang bagus" Bisik Harianto, Jagat yang mendengar itu mendelik kemudian dengan cepat kembali duduk ke sofa.

Tawa Harianto pecah melihat muka cengo plus tak habis pikir Jagat.

Ini benar-benar Mertuanya kan?

•••

Halo, akhirnya aku update juga setelah berbulan-bulan.

Ada yang kangen Jagat-Kinnas?

Jangan lupa vote dan komen,
See you!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young Parents | Mina • MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang