Chapter 3

5.9K 507 88
                                    



*

*

*

Memanjakan sesuatu yang belum biasa dilakukan selama puluhan tahun. Dia bangun satu ruangan dengan lelaki yang diatur oleh keisengan tradisi.

Di luar jendela besar bermaterial kaca bening menunjukkan hujan pagi masih mengguyur dengan lembut. Selembut dekapan lengan yang berada dipinggangnya. Selimut yang dipakai oleh mereka tidak bisa menghangatkan pagi ini.

Luhan melepas lengan Sehun dari pinggangnya, dan dia berusaha tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu tidur Oh Sehun.

Luhan mengambil remote AC di nakas, dan menaikkan suhunya. Ini membantu menghangatkan suhu di ruangan itu.

Luhan berjalan ke kamar mandi.

Matanya yang tidak ramah, terbuka. Aroma manis putri mahkota tiba tiba meninggalkan ranjang. Sehun mengintip dari anak rambutnya yang berjatuhan didahi. Dia tidak melepas kepergian putri mahkota ke kamar mandi.

Mendesah dengan malas.

Sehun bangun dan duduk dipinggir ranjang.

Apa yang menggoda darinya semalam? Semuanya dan yang baru dia pandang sejauh ini, masih sebatas keistimewaan gairah.

Sehun berjalan ke mini bar, memasukkan lipstik yang diberikan oleh ibu suri agung sebagai hadiah untuk Luhan ke gelas yang berisi alkohol. Sehun tidak tahu produk mana yang membuat ibu suri agung untuk terpikat membelinya.

Dari karakternya, merah terlalu agresif untuknya. Dia bukan si mawar merah, tapi. Menarik senyum dibibirnya, dia adalah bunga teratai yang lebih berbahaya dari pada bunga mawar merah berduri.

Dia seperti terlatih saat berbicara, dari adat yang tidak boleh dibuang. Dia beretika tinggi, dan tingkahnya yang tidak boleh diabaikan, adalah dia tidak terbebani menjalankan hukumannya.

Sehun mencoba mengabaikan setelah mendengar pintu dibuka. Sehun memutar kursinya, menatap Luhan dengan eskpresi seakan tidak peduli.

"Kau akan dipanggil ibu suri agung setelah keluar dari kamarku." Sehun berbicara acuh, dia mengangkat bebannya dari kursi.

Dia berjalan menghampiri Luhan yang berdiri tenang menyambutnya. Dia tidak terancam sekalipun Sehun mengacungkan ujung pedang, lalu mengarahkan ke jantungnya.

Dia terlahir sebagai Fiore baru.

Sehun berdiri menjulang tinggi didepan Luhan, "Kalau bisa menghindari, hindari masalah itu lebih baik."

Luhan menjaga matanya tidak menarik perhatian Oh Sehun. Dia mengangguk, lalu memberi hormat pada Sehun. Dia berbalik, dan hendak pergi. Sehun menahannya, Luhan tetap memunggungi.

Sehun menyentuh helain rambut Luhan.

Luhan mengernyit alisnya terganggu. "Kau tidak bisa menyentuhku diluar perintah tradisi, yang mulia."

Suaranya keluar saat perbuatan yang tidak disenanginya melakukannya. "Rambutmu tidak basah," Sehun tersenyum, "Itu bisa dicurigai. Ingatlah, aku sedang menolongmu. Sebaiknya kau mendengarkanku."

Sehun melangkah kehadapan Luhan. Masih ada penghalangnya, kebebasan itu masih bertahan pada aturan yang belum hilang. Cadarnya terbuat dari sutra. "Atau aku disebut si pembuat masalah. Dan, tidakkah kau tertarik tinggal denganku sarapan."

.

.

.

Para penjaga kediaman Ibu suri agung membukakan pintu, mereka lalu membungkuk hormat.

FIORE || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang