.
.
.
Tatapan Sehun sulit untuk diterima dan dimengerti oleh Luhan. Dia sosok yang mengintimidatif padanya, seolah olah itu memang sudah seharusnya dia lakukan.
Dia tidak akan menyetujui permintaan tradisi, dia punya hak untuk menolak.
Luhan keberatan, bunyi gelang kakinya dihentak sengaja pada saat dia berdiri. Dan itu langsung memutuskan pembicaraan Sehun dengan Ibu suri.
Perhatian mereka berdua beralih pada Luhan.
Luhan membisikkan sesuatu ke telinga Ibu suri, dan ibu suri menghela napas setelahnya. Dia tahu situasinya akan seperti ini. "Sayang ini tidak melanggar hak-mu. Kau belum punya kuasa kecuali, gelang kaki itu kuberikan untuk memberikan kehormatan untukmu. Tapi, kau tidak perlu khawatir, biarkan kami menyelesaikan pembicaraan ini dengan Sehun."
Luhan melakukan perlawanan. Dan Sehun sedikit terganggu, Putri mahkota semakin berani menunjukkan ketidaksukaannya.
Menggelikan, dia hanya bunga teratai yang belum mekar untuk mempunyai kedudukan kuat di dalam istana. Dan dia sudah menunjukkan bahwa sebatang lilin tidak akan mudah meleleh walau dibakar oleh sumbunya sendiri. Luhan akan membuktikan bahwa kemarahan-nya Oh Sehun tidak memperngaruhinya untuk berjuang, sesulit apapun hidup di Istana.
Melayani yang belum menjadi kewajibannya, sementara pengakuan belum diberikan Oh Sehun padanya.
Luhan tidak ragu ragu mengangkat sedikit dagunya ketika melewati Oh Sehun.
Pintu tertutup.
Sehun benar benar serius menatap kepergian Luhan. "Katakanlah, apa yang membawamu ke sini?" Ibu suri kembali duduk dikursinya.
Sehun mengambil tempat duduknya didepan Ibu suri. "Sejak nenek memberikan gelang itu padanya, dia seperti punya kedudukan yang diakui dalam ketentuan yang berlaku di istana."
"Luhan berhak mendapatkan kedudukan." senyum Ibu suri tenang, membela Luhan dengan gagasan yang berdasar. Dan Sehun tidak menyukai bagaimana Ibu suri menegaskan agung, siapa pemilik sesungguhnya warisan sekaligus pemilik gelar pada seleksi pemilihan calon pendamping putra mahkota 10 tahun yang lalu.
"Nenek, Pemilihan calon putri mahkota pada tahap seleksi, apakah nenek ingin mengubah kebenaran?"
"Tidak ada yang ingin mengubah kebenaran, Karena pada waktu itu peraturan yang lebih kuat berlaku dari keinginanmu sendiri. Kau memprioritaskan masalah pilihan pribadi. Yang melanggar ketentuan itu bukan tradisi kerajaan, melainkan .."
"Dan aku tidak pernah melawan aturan istana. Calon putri mahkota terpilih tidak memenuhi kelayakan, itu yang ingin kau sampaikan padaku..." sela Sehun, sampai terjadi keheningan berat.
Ibu suri agung mengambil napas kuat, perdebatan ini terlalu banyak yang akan dipertaruhkan. Masa depan, nama baik keluarga istana, dan guncangan hubungan dengan para pejabat Negara, serta dengan para politisi.
Masalah ini akan menjadi kehancuran untuk keluarga istana, untuk itu dia mengalah, kejadian ini sudah aman selama 10 tahun berlangsung, meskipun harus mengorbankan kebebasan seorang gadis.
"Aku yakin, kau tiba tiba meminta tradisi malam pertama untuk dilaksanakan, pasti ada alasan yang mendukungmu." Ibu suri mempertanyakan urusan awal Sehun mendatangi kediamannya. Dia menenangkan situasi yang agak rumit, tidak mudah mendebati sudut pandang Oh Sehun.
"Hmm.." angguk Sehun.
Ibu suri tertawa, bahkan Sehun sendiri tidak menyukai tawanya. "Kau menggunakan pilihanmu atau sedang mencoba bernegoisasi denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FIORE || Tamat
Fanfiction🔞🔞🔞 Xi Luhan adalah Putri Mahkota Pengganti, dan sang amarah Putra Mahkota, Oh Sehun. 'Jangan Mendesah jika sedang bercinta denganku.' Oh Sehun. Hunhan gs Genre : Romance/Monarki Modern/Hurt? Mature Area Cover by hannie_gs