Dia suka mengopi, tapi tidak bersamamu
Dia suka jalan-jalan, tapi bukan jalan dengamu
Dia suka apa saja yang juga kau sukai,
tapi dia tidak menyukaimu.Disforia Infersia
Tak terasa sudah menghabiskan waktu terlalu lama bersama buku-buku tebal di perpustakaan kampus. Tempatnya yang sunyi ditambah pengharum aroma citrus membuat siapapun betah berada disini.
Dengan earpod yang ku kenakan, lantunan piano Yiruma menari indah di kedua telingaku. Lantunan piano darinya selalu membius siapapun yang mendengar sekalipun itu aku.
Kemarin, ajakan Gandhi belum ku jawab hingga hari ini. Hari yang sudah di janjikannya, kamis.
Tanpa bilang maaf dan mengabarinya terlebih dahulu. Sejahat itukah aku?
Setelah mengembalikan buku pada rak yang semestinya, masih dengan earpods yang menempel di telinga. Aku memutuskan untuk ke Mini Market yang jaraknya tak jauh dari perpustakaan kampus untuk membeli es krim. Panas sekali siang ini, bukankah cocok jika sambil menikmati dinginnya es krim?
Saat mengantre di kasir, aku melihat seorang laki-laki yang semalam nonton anime sampai larut malam ada di depan Mini Market sedang menikmati minumannya.
Setelah membayar, aku menghampirinya.
"Yuk nonton!"
"Yuk!" Gandhi dengan semangat menjawab dan memutar badannya ke arahku.Semangat sekali, sebelumnya aku tidak pernah melihat ia sesemangat ini.
"Mager."
"Jadi ga? Kalau ga jadi ya udah deh," ia melanjutkan seruputan kopinya."Ngumpulin mood dulu."
Aku segera duduk di depannya, karena merasa tidak enak hati atas ucapan 'mager' yang ku ucap tadi.
Eh, tunggu dulu? Salah tidak dengan kata itu?
Ya mager saja. Disertai dengan alasanku kemarin.
"Keluar yuk!" ucapnya tiba-tiba.
Tentu saja aku sedikit terkejut, dan tertawa. Dia terlalu mengemaskan.
"Hahaha, keluar kemana?" sebenarnya aku tau apa maksudnya.
"Tau ah."
"Diajak nonton ga mau tapi ke Mini Market," lanjutnya."Cuma beli es krim." ucapku sambil menunjukkan es krim dalam genggaman
"Do not be angry," lanjutku.
"Santai aja."
"Aku kira kamu jadi nonton sama orang lain.""Sebenarnya nunggu kabar kamu dari tadi pagi. Eh, ga ada kepastian."
Perasaanku saat ini seperti dicambuk, bumi seakan berhenti berputar, dan jantung seakan ikut berhenti berdegub. Aku tidak enak hati, ternyata dari tadi ia menunggu kabar dariku yang justru menghabiskan waktu terlalu lama di dalam ruangan beraroma citrus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Suara
Jugendliteratur"Mencintai tidak semudah itu," ucapmu kala itu. Begitu juga dengan melupakan, melupakan yang tidak perlu ada di ingatan. Kenangan yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Imaji selalu bermain kala aku memikirkan seseorang yang tak bisa ku gapai dengan...