4

9K 340 2
                                    

Cahaya matahari yang mengintip malu-malu di balik gorden rumahnya membangunkan Vania dari tidur lelapnya. Vania membuka matanya perlahan dan menyesuaikan matanya pada cahaya yang masuk kedalam kornea matanya. Menghela nafas Vania bangkit dan duduk sambil bersandar pada kepala ranjang kecil yang dia gunakan, melihat jam yang tergantung di dinding yang masih menunjukkan pukul 7 pagi, itu berarti masih ada 2 jam lagi sebelum kafe di buka. Kafe yang dimiliki Tina memang buka pada pukul 10 pagi dan itu membuat Vania tidak terlallu terburu-buru untuk berangkat kerja.

"Kenapa badan ku lemas sekali?." Tanyanya pada dirinya dengan suara serak khas seperti orang yang baru bangun dari tidurnya. Menapakkan kaki di lanta Vania berjalan ke kamar mandi memutuskan untuk segera mandi, saat berdiri sempurna Vania hampir terjatuh jika saja tidak berpegangan dengan dinding. "Aduh. Hampir saja jatuh. Kenapa dengan ku? Apa aku sedang masuk angin? Itu mungkin saja." Setelah merasa mendingan Vania Memutuskan kembali berjalan untuk mengambil obat masuk angin yang ada di toples yang ada di dapur tempat tinggalnya.

Tempat yang di kontrak  Vania memang kecil hanya memiliki 1 kamar tidur dan ruang tamu sekalian tempat bersantainya dan juga dapur yang terhubung langsung dengan ruang makan dan satu kamar mandi kecil, tempatnya memang kecil, namun sangat nyaman dan bersih. 

Setelah meminum obat Vania memutuskan untuk segera mandi. Setelah selesai  mandi Vania menyiapkan sarapan untuk dirinya yaitu menu sederhana seperti biasanya yaitu nasi goreng dengan telur yang di masak setengah matang, aroma dari nasi goreng yang dia buat mengeluarkan aroma yang sangat lezat membuat air liurnya menetes dan memerlukan banyak waktu lagi dia langsung menyantapnya. Setelah makannya habis Vania membersihkan piring dan gelas yang kotor.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Vania memutuskan untuk bersiap-siap untuk segera berangkat bekerja. Setelah selesai bersiap-siap Vania mengambil tas dan keperluan lainnya setelah selesai Vania berjalan keluar rumah. Dalam perjalanan ke halte bis Vania merasa tubuhnya sangat lemah wajahnya juga pucat seperti orang sakit, kepalanya terasa pusing tapi Vania tetap memutuskan untuk pergi bekerja.

❤❤❤❤❤❤❤

Disebuah ruangan yang gelap yang berdinding warna hitam itu terdapat sebuah kasur king size di tengah ruangan, di atas kasur itu ada seseorang yang tertidur bergulungkan selimut tebal, dahinya berkeringat dingin dan bibirnya yang pucat. Romi bangkit dari tidurnya dengan cepat menuju kamar mandi, di depan wastafel Romi memuntahkan isi perutnya.

Hoek...hoek...hoek... Namun hanya cairan bening yang keluar dari perutnya. Setelah memuntahkan isi perutnya Romi duduk lemas di lantai kamar mandi, diaa suddah tidak sanggup lagi untuk berjalan kembali ke atas tempat tidurnya.

TOK...TOK...TOK...

"Romi. ayo turun kita sarapan bersama." Karena tidak mendengar jawaban apapun dari dalam mommynya akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya.

"Rom?" melihat ruangan kamar yang gelap dan tidak menemukan putranya, melihat pintu kamar mandi yang terbuka mommy melangkah ke arah kaamar mandi.

"Ya Tuhan Romi, kumu kenapa nak? mommynya terkejut melihat anaknya yang terduduk tak berdaya di lantai kamar mandi. Tak mampu menjawab Romi hanya mampu menggelengkan kepalanya saja sambil memejamkan matanya.

"Ayo mommy bantu kamu berdiri." Dengan hati-hati Romi bangkit dengan di bantu oleh mommynya, berjalan perlahan sampai di tempat tidur. Berbaring secara perlahan di atas tempat tidur karena kepalanynya yang terlalu pusing.

"Kamu kenapa Rom?" tanya mommynya.

"Aku tidak tau mom kepala ku pusing dan aku muntah-muntah dari tadi pagi. Aku gak tau kenapa aku kayak gini." ucapnya dengan lemah.

"Kamu ini kayak orang hamil aja. Apa jangan-jangan ada perempuan yang kamu hamili ya." tanya mommynya dengan mata memincing.

"Mom jangan bicara yang aneh-aneh."

"Mommy tidak bicara yang aneh-aneh. Soalnya dulu saat mommy hamil kamu Daddy kamu ngalamin apa yang kamu rasakan kayak gini."

"Sudahlah mom aku lagi tidak mau berdebat kepala sangat pusing"

"Ya sudah mending sekarang kamu istirahat dulu dan untuk hari ini kamu tidak usah berangkat kerja dulu kamu istirahat saja sampai kondisi kamu pulih. Mommy akan minta pada pelayan untuk menyiapkan sarapan mu dan obat untuk mu."

"Hmmm." yang hanya di balas dengan gumaman oleh putranya. Setelah mendapat balasan dari puranyaa dia berjalan keluar kamar putranya. Menutup pintu kamar putranya. Berjala perlahan sambil melamun menbuatnya hampir menabrak pelayan yang sedang menjalankan pekerjaannya.

"Eh... Maaf"

"Tidak apa-apa nyonya" jawab pelayan dengan kepala tertunduk

"Tolong buatkan sarapan dan obat sakit kepala, lalu antarkan ke kamar Romi"

"Baik nyonya" 

Setelah memerintahkan pelayan untuk mengantarkan sarapan kekamar Romi.

Camilla kembali berjalan kembali ke ruang makan dan melihat suaminya yang duduk di meja makan dengan koran di tangannya.

"Dimana Romi? Kenapa dia tidak turun?"

"Dia sedang tidak enak badan, dia muntah-muntah dan pusing sejak tadi pagi katanya"

"Kenapa bisa?"

"Ya mana aku tau" ucapnya cuek sambil mengoleskan selai ke roti tawar.

"Sudah kayak Daddy aja waktu Mommy hamil aja"

"Apa Daddy merasa begitu juga?"

"Emangnya kenapa Mom?"

"Apa anak kita udah menghamili anak orang dad? kalo iya siapa dad"

"Kamu ini apa-apaan sih mom, mana mungkin anak kita menghamili anak orang."

"Ya mungkin aja dad karena waktu mommy ke apartemennya mommy lihat ada noda merah di seprei kamar anak kita dan hari ini Romi mengalami apa yang daddy rasain waktu mommy hamil. Bukankah itu suatu kebetulan dad?"

"Mungkin saja mom. Tapi siapa?" ucapnya heran.

"Ya mana mommy tau dad."

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang