Pagi yang cerah menyambut pagi Aren yang sedang berada dimeja makan."Ren, kata Revan lo ada yang naksir ya disekolah" ucap Arda memecah kenehingan.
"Bener ren? Kok kamu ga bilang papah"
"Ha? Aren bingung" sahut Aren tak memperdulikan omongan abangnya.
'tukk'
Arda memukul kepala Aren menggunakan garpu miliknya.
"Abang tolol" ucap Aren spontan.
"Omongan kamu ren! " sambung Angga memeringati putri bungsunya itu.
"hahahaha sukurin" sahut Arda terkekeh.
"Kamu juga Ar, yang baik sama ade nya"
"HAHAHAHAHA SUKURIN" ucap Aren mengulangi perkataan Arda tadi.
"yaudah lanjutin sarapan kalian, papah berangkat dulu" ucap angga dan menyalami kedua anaknya itu.
"Kok pagi banget pah? " tanya Arda heran.
"Ada yang perlu papah 'handle'" jawab angga sambil berlalu dari hadapan Aren dan Arda.
"bang, kapan ya Papah bisa full time bareng kita kanyak dulu ada 'bunda'" ucap Aren lirih..
"Papah bisa kok dek, itu juga demi kebutuhan kita" ujar Arda dewasa.
"Lebay" sahut Aren didepan wajah Arda.
"Aren berangkat" pamit Aren yang sudah bergegas keluar rumah. Sebelum Arda menjitaknya lagi.
"Jangan lari lo! Abang anter dek" teriak Arda menyusul Adeknya keluar rumah.
AREN POV'
"Bang sekolah dulu ya" pamit Aren sambil mencium pipi Arda terlebih dahulu.
Gue keluar, berpapasan dengan Revan dan Vano.
Arda yang melihat Revan dihadapannya ikut keluar bersama Aren.
"Weh bang, makin cakep aja lo" ucap Revan ber 'tos' ria dengan Arda.
"Pasti dong, main ke rumah lo" sahut Arda bangga.
"Oh iya bang kenalin ini Vano. Calon ade ipar" ujar Revan sambil melirik Aren yang masih berada disebelah Abangnya.
Gue menatap Revan 'tajam'
"Gue Vano bang, temennya Revan" ucap Vano mengukurkan tangannya
"Arnest, panggil aja Arda. Lo pacarnya adek gue? " tanya Arda tanpa beban menerima uluran tangan tersebut.
Gue spontan nginjek kaki Abang gue.
"Auh! Sakit ogeb! " keluh Arda sambil melihat Aren.
Aren menatap Arda tajam
"Apa? " sarkas Aren kepada abangnya."Doain aja bang" jawab Vano sambil melirik ke Aren.
Aren tanpa berniat melihat wajah ketiganya lagi, segera berjalan menuju kelasnya.
11 Ipa 1
"MY BABYYY! " suara kara yang pagi pagi sudah menggelegar seisi kelas.
"Alay lo" sarkas Rayya sambil menyumbat kupingnya yang perih mendengar suara Kara itu.
"Dua" ucap Gika Menunjukan jari berbentuk 'V'
"dan, Tiga" sahut Aren sambil meletakan tasnya.
"eh, ren. Lo katanya sepupu an sama revan ya?" tanya Kara malu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINSYA
Teen FictionYa, awalnya hanya menjadi detektif mimpinya. Yang kemudian menemukan cintanya lewat perantara mimpi itu. Mimpi yang selalu mengganggu nya. Lika-liku perjalanan hidup siAren, yang tidaklah mudah. Karena disatu sisi ia terbebani dengan mimpi-mimpinya...