"oke" jawab Arda mengakhiri Telpon nya.
"Untung lo mau beliin novel gue bang" ucap Aren seyum-seyum sendiri.
~~~
"Denger-denger lo deket sama kak haicho ya bang? " tanya Aren sambil sibuk mencari novel fiksiremaja.
"Apaan? Kakaknya si Vano itu? Cih" jawab Arda berdecih.
Ya, mereka kini sedang berada ditoko buku, surganya para hobi membaca. Seperti Aren, sangat suka novel fiksiremaja. Setelah tadi menyelesaikan urusannya.
"Terus nama lo kenapa jadi arda? Bukannya Arnest? " ujar Aren ngaco masih sibuk melihat novel-novel.
"Goblok! Lo kan ade gue. Terus ngapain lo nanya gitu su? " jawab Arda kesal, gemas dengan adek nya yang satu ini.
"yuk bang bayar! " ucap Aren membawa 10 tumpukan buku novel ditangannya.
"Buset banyak banget! Habis uang jajan gue! " sahut Arda dibelakang Aren.
Aren memberikan setengahnya ke Arda sambil berlalu kekasir.
"Tenang aja, setengahnya gue yang bayar!" ujar Aren bangga.
"Totalnya jadi sembilan ratus sembilan puluh ribu rupiah, mau bayar cash atau debit? " ucap Mbak-mbak kasir didepan Aren.
"Hampir sejuta cuma buat beli novel" sahut Arda bengong melihat total belanjaan Aren.
"Kek orang susah lo" ucap Aren menatap tajam Arda.
"Pacaran udah berapa lama mbak? Mas sama mbak nya cocok. Ganteng sama cantik. " jelas mba kasir didepan Aren sambil malu-malu.
Aren dan Arda saling memandang satu sama lain.
"Haha, sudah 5 tahun mbak" jawab Aren memulai sandiwaranya sambil menghadap kearah arda.
"Lama banget mbak, ketemunya dimana? Mau saya kalo dapet kanyak masnya mah" tanya mba kasirnya menatap ke Arda genit.
"Dari kecil saya udah ketemu mbak" jawab Arda mengedipkan matanya ke Aren. Tanda dia mendukung sandiwara Aren.
"Iya mbak hihi" sahut Aren membalas ucapan Arda.
"Jijik jingan!" umpat Aren pelan menatap wajah Arda.
"Matamu dek" membalas umpatan Aren pelan, hanya berbisik.
"Nih mbak uangnya. " ucap Aren mengakhiri sandiwaranya.
"ini mbak, terimakasih"
<•<•<•
"dek, gue mules nih. Lagian udah jam segini lo ngajak gue makan. Tolol lo" ucap Arda duduk dihadapan Aren.
Mereka sedang berada ditempat makan cepat saji. Aren sedang menyantap burger dan kentang gorengnya itu dengan lahap.
"Ngapain lo ngomong sama gue kalo lo kebelet berak? " sahut Aren menatap Arda sinis.
Pasalnya sekarang Aren sedang makan, dan Arda mengucapkan kata yang mengarah ke 'itu'.
"yaudah tunggu sini. Gue mau setor" ucap Arda melenggang pergi dari hadapan Aren.
Saat sedang asik-asik nya melahap makanan milik Aren. Seorang cowo berhoodie hitam duduk dihadapan Aren.
"Aren ya? " ucap seseorang dihadapan Aren itu.
Aren mendongak menatap pria dihadapannya itu. "iya, kenapa? " sahut Aren menatap wajahnya orang didepannya, dan kembali beralih pada makanannya.
"lo masih marah sama gue? " tanya pria dihadapannya itu.
" marah? O gak kok" jawab Aren menyantap makanannya lagi.
"Lo sendiri? Lo makan semua ini? "
Tanya pria dihadapannya Aren. Masih terus berkicau seperti burung."Lo bisa di—" sahut Aren kesal terpotong oleh ucapan kakaknya yang baru kembali dari toilet.
"Loh, Algan? Temen smp nya Aren kan? " tanya Arda saat melihat siapa orang yang duduk dihadapan Aren itu.
"Bang Arda? Wah udah lama kita ga ketemu bang"
<•<•<•
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
VINSYA
Teen FictionYa, awalnya hanya menjadi detektif mimpinya. Yang kemudian menemukan cintanya lewat perantara mimpi itu. Mimpi yang selalu mengganggu nya. Lika-liku perjalanan hidup siAren, yang tidaklah mudah. Karena disatu sisi ia terbebani dengan mimpi-mimpinya...