3. TERTANGKAP BASAH

5.5K 107 1
                                    

#cermin
Jumlah kata : 240

[Des, besok petang ya, di cafe donat mal Amoralsye, penting!]
Segera kuskrinsyut pesan dari Jun sebelum dihapus Desi.
[Besok aku tugas ke luar kota, menginap.]
Kukirim pesan itu, supaya istriku merasa bebas bertemu Jun.
[OK, aku pasti datang.]
[Dandan cantik, ntar kan mo foto bersama, yang kelihatan segar.]
[Apa aku harus ke salon dulu, luluran.]
[Woiii ... luluran! Emang mau pamer body?]
[Kalau kau mau. Mas Pram ke luar kota, aku bisa ikut menginap di hotel.]
Darahku mendidih, kuskrinsyut, muntab! Kugebrak meja tanpa sadar, sekretarisku kaget.

Ada klien penting datang di akhir jam kerja, ngobrol panjang lebar nggak sadar waktu. Waktu aku sampai di mal Amoralsye sudah pukul setengah delapan, semoga mereka masih di sana. Irfan dapat orderan di belahan kota yang lain, tak bisa cepat ke sini memata-matai mereka.

Di cafe donat itu, Desi sedang berbincang akrab dengan seorang lelaki. Tinggi kurus, berbeda denganku yang tegap, apakah ia sudah berganti selera?
Sesekali istriku tertawa genit. Ia berkerudung, tapi mengingatkan pesannya tadi, ia mau pamer body, darahku mendidih. Kudatangi mereka.
"Mas Pram?" Desi kelihatan kaget dan panik.
Aku sudah muntap, mengepalkan tinju siap menghajar si Jun! Istriku memegang kedua tanganku, berusaha menenangkan.
"Mas, ini tidak seperti yang kaukira."
"Sudah jelas di depan mata, kau masih berkilah?"
Tangan kiriku mencengkeram krah si Jun, siap melayangkan tinju kananku, waktu suara lembut mengalun meredakan emosiku.
"Mas Pram ..., lepaskan dia."
Kulepaskan si Jun dan menoleh ke pemilik suara, perempuan cantik dari masa laluku.
"Junarti!"

Surabaya, 4 Januari 2020
- fiksi -
#NWR

CURIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang