23 - Seduce

50 3 0
                                    

Karina terbangun dari tidurnya. Ia masih mencoba mengerjapkan mata untuk menyesuaikan pandangan sembari mengumpulkan nyawa. Ia melihat ke arah jendela, tampak sinar matahari yang mencoba masuk masih terhalang korden.

Karina bermaksud bangun, meregangkan otot-otot tubuhnya, dan hendak membuka korden jendela. Namun, ia kesulitan. Ia masih merasakan dekapan erat dari seseorang.

Kemudian, Karina menoleh ke sampingnya. Tampak si pemilik tangan dan tubuh kekar yang menghalanginya bangun kini masih terlelap. Karina mencoba lepas dari cengkeraman orang itu secara perlahan.

Pergerakan Karina yang sudah diusahakan sepelan mungkin, ternyata tetap mengusik ketenangan pria itu.

"Hmm, Kar... Kamu udah bangun sayang," ucap dokter Andrew.

"Ehh iya Drew, ini udah pagi."

"Maaf ya, semalem aku jadi tidur di sini sama kamu. Harusnya aku balik ke sofa. Maaf, aku ketiduran."

"Gapapa kok Andrew.."

"Tapi kamu tenang aja sayang, aku gak macem-macem sama kamu kok."

Karina menyunggingkan bibirnya ke atas.

"Gimana keadaan kamu sayang? Semalem kamu panik banget karena mimpi buruk, aku takut banget sayang, aku takut kamu kenapa-napa."

"Aku udah lebih baik kok."

"Baguslah. Eh iya, jam berapa sekarang? Aku harus siap-siap ke rumah sakit," tukas dokter Andrew sembari mengecup kening Karina.

Dokter Andrew bergegas pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Saat dokter Andrew keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk sepinggang dengan tubuh atasnya yang terekspos, Karina yang melihatnya seperti begitu terkejut.

Karina memang meyakini kalau dokter Andrew adalah kekasihnya. Namun, untuk melihat tubuh dokter Andrew tanpa balutan kaos atau kemeja, Karina belum bisa membiasakannya. Itu sebabnya ia agak risih, takut, atau apalah nama perasaan tak nyaman itu.

"Sayang, kamu yang siapin setelan kemeja itu buat aku? Makasih yaa.. Aku serasa punya istri sekarang," gumam dokter Andrew.

"..."

Karina diam saja. Dokter Andrew menyadari kalau Karina saat ini bahkan tak ingin menatapnya. Ia pun tahu alasannya. Dokter Andrew justru menggunakan kesempatan ini untuk menggoda Karina.

Selangkah demi selangkah, dokter Andrew mulai mendekat. Ia pun memeluk Karina dari belakang. Masih dengan kondisi yang sama.

"Karina sayang," bisik dokter Andrew di telinga Karina. "Kamu kenapa?"

"An-Andrew... Kamu belum pake baju?"

"Memang kenapa? Kamu gak mau liat aku?"

"..."

"Sayang, kalo kamu udah jadi istri aku nanti kamu juga bakal liat ini tiap hari. Apa kamu gak takut? Hm," canda dokter Andrew.

"Andrew apaan sih? Sekarang mending kamu pake baju deh."

"Gak mau ah. Kita liat aja sampe kapan kamu gak mau liat aku kalo aku begini terus.."

"Ihh Andrew! Ya udah biar aku pergi aja," ucap Karina sembari melepaskan diri dari dekapan dokter Andrew.

Saat Karina sudah hampir melangkah keluar, dokter Andrew menarik tangannya. Menahan agar Karina tetap di sana. Dokter Andrew menarik Karina untuk mendekat dan kini Karina pun jatuh ke dekapannya. Wajah Karina sukses menempel pada dada bidang dokter Andrew yang masih polos tanpa balutan sehelai kain pun.

Karina begitu terkejut, "ANDREW!!"

"Apa sih? Gapapa kan? Ini gak berbahaya sama sekali. Aku udah mandi sayang, gak akan bau. Justru kamu yang bau kan, karena kamu yang belum mandi!"

"Andrew, lepasin!"

"Biasanya kamu nyaman kalo aku peluk kayak gini.."

"Ini gak lucu, Drew."

"Emang gak lucu sayang. Gak ada yang lagi ngelawak di sini. Aku nyaman kayak gini Kar!"

"Drew.. Kamu--"

"Kenapa kamu setakut ini sayang? Ini gak bahaya. Kalo kamu mau tau, ini yang bahaya, aku akan tunjukkin ke kamu," bisik dokter Andrew kemudian mendorong Karina hingga terbaring di atas ranjang.

Dokter Andrew mendekat dan mulai menindih Karina. Ia mengunci tubuh Karina dan menahan kedua tangan Karina dengan tangannya.

"Gimana sayang?"

"Ka-kamu mau a-apa, Andrew?"

"Selanjutnya apa Kar? Apa aku harus buka baju kamu juga? Atau .... " Andrew makin mendekat, bibirnya hampir menyentuh leher Karina.

"Andrew jangan!" Karina begitu panik.

Sedetik kemudian, dokter Andrew mencium pipi Karina dan melepaskannya. Ia berdiri berkacak pinggang sambil tertawa.

"Sayang, kamu lucu banget kalo ketakutan kayak gitu. Sumpah! Haduh, kamu bikin aku gak bisa berhenti ketawa Kar!"

Karina hanya cemberut, ia begitu kesal dengan sikap jahil dokter Andrew.

"Oke sayang. Maaf ya.. Habis kamu sendiri yang mancing aku buat goda kamu."

"Sama sekali gak lucu tau!"

"Oke maafin aku. Aku minta maaf yaa.. Please jangan ngambek gitu ya! Sorry Kar," mohon dokter Andrew.

"..."

Dokter Andrew mencium kening Karina, "Maaf sayang, sekarang kamu mandi dulu gih! Nanti kita sarapan sama-sama. Aku sayang kamu, Karin!" Dokter Andrew mengecup singkat bibir Karina.

Karina yang pipinya sudah bersemu merah itu langsung berlari ke kamar mandi.

"Jangan berakhir! Aku gak mau ini semua lenyap. Aku mohon. Tuhan, biarkan dia tetap di sisiku," gumam dokter Andrew dalam benaknya.

PRINCE FOR KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang