08 - Happy Wedding

147 5 0
                                    

Akhirnya Karina memutuskan untuk menerima lamaran Fian. Persiapan pernikahan mereka dimulai. Selama persiapan pernikahan ada saja yang terjadi, terkadang itu membuat sedikit keributan di antara Karina dan Fian.

"Aku gak tau Fian. Terserah kamu sekarang mau gimana!"

"Kar. Aku tuh cuma gak pengin kita... Gak harus kayak gini kan?"

"Terus apa? Aku capek Fian. Kita selalu ribut dengan semua ini. Kalo mau batal ya udah!"

"Karina..." Fian memeluk Karina. "Jangan kayak gini sayang. Aku gak mau ini semua batal. Please, kita bisa ngomong baik-baik kan? Maafin aku sayang."

Keributan itu selalu bisa teratasi dengan kesabaran dan rasa kasih sayang Fian yang begitu besar pada Karina.

Pernikahan Karina dan Fian berlangsung di sebuah gedung mewah. Banyak media yang meliput acara sakral itu karena tidak ada satu pun yang ingin melewatkan pernikahan dari dua anak pengusaha ternama, Wijaya dan Hadiwiguna.

 Banyak media yang meliput acara sakral itu karena tidak ada satu pun yang ingin melewatkan pernikahan dari dua anak pengusaha ternama, Wijaya dan Hadiwiguna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara berlangsung lancar, dari acara adat hingga resepsi. Sebelumnya mereka juga telah melakukan foto pra wedding.

"Sayang. I love you! Akhirnya kita sampe juga ke moment ini."

"Iya Fian. Aku juga sayang kamu."

Mereka berdua berpelukan.

Setelah menikah mereka berdua tinggal di rumah baru yang telah dipersiapkan sejak lama oleh Fian. Karina berusaha menahan rasa sedihnya karena sudah tidak tinggal lagi dengan papanya, Pak Wijaya.

 Karina berusaha menahan rasa sedihnya karena sudah tidak tinggal lagi dengan papanya, Pak Wijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang di rumah kita Nyonya Fian Pratama. Semoga kamu suka sama tempat baru kita ini."

"Ehm... Iya Fian. Aku suka kok."

"Kalo suka, kok mukanya keliatan murung gitu? Kenapa sayang? Hemm... Aku tau, pasti karena kamu inget Papa Wijaya kan?"

"Maaf Fian... Aku--"

Fian memeluk Karina, "Karina istriku sayang, sekarang kamu gak sendiri kan? Ada aku. Aku bisa jadi apa pun yang kamu mau. Aku akan buat kamu bahagia."

"I-iya Fian. Aku tau. Aku minta maaf. Mungkin aku yang terlalu kekanakkan."

"Gak sayang. Gak usah minta maaf yaa!" Fian mencium kening Karina. "Wajar kok kalo kamu kayak gitu. Udah... Jangan sedih lagi ya, ini kan malem pertama kita, sayang. Aku pengin kamu juga bahagia."

Mereka melewati malam pertama sebagai pasangan yang baru menikah seperti pada umumnya.

Mereka melewati malam pertama sebagai pasangan yang baru menikah seperti pada umumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, Karina yang baru terbangun begitu tergesa karena ada jam kuliah pagi.

"Ehm... Eehh sayang! Hooaamm... Kamu udah bangun?"

"Iya An... Aku udah hampir telat. Ada kelas pagi."

"Loh Kar, kamu mau ke kampus? Kita baru nikah kemarin loh."

"Aku tau. Emang kenapa? Gapapa kan kalo aku pengin kuliah?"

"Tapi kan Kar, emang kamu gak capek? Istirahat dulu aja lah, aku juga masih cuti ngajar ini."

"Fian, aku gak capek kok. Lagian udah lama aku gak masuk. Please, boleh yaa!"

"Oke deh, kalo kamu maksa. Aku anter kamu yaa!"

Meski baru menikah, Karina tetap ingin segera kembali kuliah. Fian pun tak mau menghalangi kemauan Karina. Beberapa hari kemudian Fian juga kembali mengajar.

---

Waktu terus berjalan begitu cepat, tak terasa pernikahan Karina dan Fian sudah berjalan hampir dua tahun. Karina baru-baru ini melanjutkan S-2 nya. Pernikahan mereka berjalan baik-baik saja tanpa ada badai ataupun penghalang lain dalam keharmonisan rumah tangga mereka.

***

"An, maaf ya! Aku repotin kamu lagi."

"Kamu nih, apaan sih sayang? Mana ada yang repot? Aku cuma pengin kamu cepet sembuh aja yaa..."

Karina merasa benar-benar membuat Fian menjadi sangat tidak beruntung karena telah menikahinya. Karina berpikir Fian seharusnya bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya, bukan perempuan penyakitan yang sering merepotkan Fian dan tidak bisa memberi kebahagiaan pada Fian. Hubungan mereka mulai renggang.

"Kar, kamu dari mana? Aku khawatir banget sama kamu. Kenapa baru pulang jam segini?"

"Aku-aku dari rumah temen."

"Temen yang mana? Tumben sampe semalem ini. Aku dari tadi cari kamu. Kenapa gak kabarin aku? Heemm... Ponsel kamu ke mana? Aku telepon, aku chat, kenapa gak ada jawaban?"

"Maaf. Aku sibuk. Gak sempet ngecek ponsel. Udah ya, aku capek, mau istirahat."

"Sayang... Tapi kan... Tunggu Kar!!"

Fian heran dengan perubahan sikap Karina. Ia seperti tak mengenal Karina lagi. Beberapa kali Fian ingin coba bicara dari hati ke hati dengan Karina untuk memperjelas apa yang sebenarnya terjadi, tapi Karina selalu menjauh. Fian makin bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa.

PRINCE FOR KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang