Dokter Andrew melihat sosok gadis pujaannya menuruni tangga. Setelah Karina mandi, ia tampak lebih segar. Tetap cantik seperti biasa. Itulah yang ada di benak dokter Andrew saat ini.
"Karin, ayo kita sarapan dulu sayang! Aku dah siapin sarapan spesial buat kita," ucap dokter Andrew.
Karina pun mengangguk sambil tersenyum, ia mendekat ke arah meja makan.
"Ayo, kamu duduk di sini, terus cobain makanannya," lanjut dokter Andrew sembari menarik salah satu kursi untuk mempersilakan Karina duduk.
"Sandwich?" tanya Karina.
"Ya, tapi ini bukan sembarang sandwich, ini sandwich spesial. Karena apa? Karena ini dibuat pake cinta."
"Hm, astaga Andrew. Ini masih pagi, jangan ngegombal mulu."
"Oke-oke. Sekarang kita makan ya. Kalo menurut kamu gak enak, silakan komen apa kurangnya. Tapi kalo ini beneran enak, jangan ragu buat kasih pujiannya. Paham kan sayang?"
Karina mulai memakan sandwich buatan dokter Andrew.
"Gimana Kar?"
"Lumayan."
"Cuma lumayan?"
"Iya deh. Ini enak kok."
Sejenak mereka berdua hanya fokus dengan sarapannya. Kemudian dokter Andrew kembali bicara.
"Sayang, nanti kamu ikut aku aja ke rumah sakit ya!"
"Buat apa Drew? Aku kan baik-baik aja."
"Aku kan harus kerja Kar, dan aku gak mau ninggalin kamu sendiri di sini."
"Kalo kamu mau kerja, ya udah gapapa. Aku gapapa kok di sini sendiri. Kamu tenang aja!"
"Aku gak mau ambil risiko soal kamu. Aku gak pengin kamu kenapa-napa."
"Andrew.. Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa jaga diri sendiri."
"Gak sayang. Pokoknya kali ini kamu harus nurut sama aku yaa!"
"Tapi Drew, nanti aku malah gangguin kerjaan kamu."
"Gak kok. Udah diputusin, kamu ikut aku. Titik, gak ada protes-protes lagi," tegas dokter Andrew.
Dokter Andrew mengajak Karina ke rumah sakit tempat praktiknya. Dokter Andrew hanya tak ingin jauh dari Karina. Ia menghindari kemungkinan buruk jika Karina jauh darinya dan tiba-tiba mengingat sesuatu, ia tak ingin Karina meninggalkannya.
Kini mereka berada di ruangan dokter Andrew di rumah sakit.
"Nah, sayang.. Kamu bisa tunggu aku di sini. Aku udah nyiapin beberapa snack dan minuman kesukaan kamu kalo kamu laper. Hm, terus kamu bisa pake laptop aku buat nonton film, ehm drakor mungkin kalo kamu bosen. Terus kamu bisa rebahan di ranjang itu kalo kamu pengin istirahat," jelas dokter Andrew.
"Ehm, tunggu deh. Apa aku suka drakor? Aku gak inget."
"Entah ya sayang, aku juga gak tau."
"Kok gak tau sih? Kamu kan harusnya tau apa yang aku suka!"
"Eh maksudnya, kalo soal itu aku gak tau. Soalnya aku gak pernah liat kamu nonton drakor."
"Gitu ya? Hm, berarti aku gak suka dong."
"Ya kali aja kamu bisa jadi suka nanti. Coba aja kalo kamu lagi bosen nanti, atau pake laptop aku buat apa pun gapapa kok, mungkin kamu mau main game atau buka situs apa pun, silakan. Ehm, kalo kamu mau mandangin foto-foto aku juga boleh kok, buka aja, aku banyak simpen foto aku di galeri laptop aku. Hehe.."
"Dasar ke-PD-an! Siapa juga yang mau liatin foto kamu? Yee.. Liat muka aslinya tiap hari aja udah bikin bosen."
"Jadi bosen nih? Bosen ya?" goda dokter Andrew sambil menggelitiki pinggang Karina.
"Oke, stop Andrew! Iya-iya gak bosen kok. Please, udah Drew! Udah ih, geli tau!" Karina begitu merasa kegelian.
Dokter Andrew berhenti, kini ia memeluk erat tubuh Karina, "Jangan pernah bosen sama aku ya sayang! Aku sayang banget sama kamu. Aku gak akan bisa hidup tanpa kamu."
---
Sudah hampir satu jam semenjak dokter Andrew meninggalkan Karina di ruangannya karena dokter Andrew harus menangani pasien. Karina mulai bosan, ia bahkan sama sekali tak tertarik pada laptop dokter Andrew.
Karina memutuskan untuk pergi jalan-jalan keliling rumah sakit, tadinya ia ingin memberitahu dokter Andrew lebih dulu, tapi Karina mengurungkan niatnya karena merasa akan mengganggu pekerjaan dokter Andrew jika harus menghubunginya sekarang.
Ketika Karina mulai berkeliling, seperti terbesit suatu memori di otaknya. Karina merasa tak asing dengan rumah sakit ini. Ia merasa sudah sering berada di sana. Tiba-tiba teringat olehnya moment ketika pertama kali dokter Andrew merawatnya di sana. Di mana saat itu Karina mengalami kelumpuhan dan dokter Andrew yang menjadi dokternya. Akan tetapi, Karina merasa aneh, mengapa saat itu ia seperti tak suka dirawat dokter Andrew, bahkan sangat tidak suka sampai ke tingkat ill feel, ingin menjauh dari dokter Andrew.
Dan.. Karina merasa kepalanya makin berat. Karina hampir terjatuh. Namun, dokter Rafin menangkapnya.
"Karina kamu gapapa?"
"Dokter--"
"Ya udah, kita ke ruangan aku ya! Biar aku periksa kamu."
Dokter Rafin menuntun Karina ke ruangannya. Ia membantu Karina berbaring dan mulai memeriksanya. Setelah mengecek keadaan Karina, dokter Rafin mengajak Karina bicara.
"Kar, gimana? Apa yang kamu rasain sekarang?"
"Lebih baik Dok, tadi mendadak kepala aku sakit. Ehh Dokter kenal aku?"
"Hm, yaa. Aku tau mungkin kamu juga lupa sama aku. Jangan panggil dokter, panggil aku Rafin aja. Aku kenal kamu Kar, karena aku temen baiknya Andrew."
"Oh gitu ya. Maaf Dok, eh maksudnya Rafin, aku sama sekali gak inget."
"Gapapa kok. Gak usah terlalu dipaksain buat inget semuanya. Nanti juga pasti bakal inget dengan sendirinya kok."
"Rafin, kamu bilang kamu temen baik Andrew kan?"
"Ya. Emang kenapa?"
"Aku boleh tanya sesuatu gak? Soalnya ada yang ganggu pikiran aku."
"Apa kamu inget sesuatu?"
"Iyaa. Ehm, aku--"
"Apa Kar? Bilang aja!"
"Aku kayak ngerasa gak asing di rumah sakit ini. Kayak udah sering banget ke sini. Hm, apa aku pertama kali ketemu sama Andrew di rumah sakit ini ya? Tapi, apa sebelumnya hubungan aku sama Andrew itu kurang baik?"
"Kenapa bilang gitu?"
"Soalnya aku inget, aku pernah bersikap kurang baik ke Andrew di rumah sakit. Aku kayak gak suka gitu sama dia, bahkan selalu pengin ngejauh dari dia. Apa waktu itu aku sama Andrew belum punya hubungan ini? Aku bener-bener gak ngerti."
"Ehh Andrew gak cerita apa pun soal pertemuan awal kalian?"
Karina menggeleng, "Makanya aku tanya ke Dokter Rafin, mungkin Dokter Rafin tau."
Dokter Rafin tampak gelisah, ia tak mengerti harus menceritakan seperti apa pada Karina. Apa dokter Rafin harus jujur pada Karina kali ini?
"Karina, sebenernya---"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE FOR KARINA
Romance[ SUDAH TERBIT ] Bagaimana cara Karina bertemu dengan pangerannya? *** Entah kutukan atau anugerah. Bagi seorang Karina Melody Putri Wijaya, kisah cintanya layaknya drama yang makin didramatisasi. Setiap Karina bertemu dan mengenal dekat seorang pri...