Pilihan

9 1 0
                                    

Suasana sore yang begitu cerah dengan langit orange sebagai hiasan, udara yang sejuk dan air danau yang tenang membuat taman ini menjadi pilihan ketika ingin melepas penat. Dapat dilihat banyak sekali manusia yang sedang menanti senja disini, alunan biola yang mengema merdu dan menyentuh hati juga membuat jiwa-jiwa yang mendengarnya menjadi tenang.

"Ini, minum dulu" suara itu berhasil membuat alunan biola itu berhenti seketika.

"Sini Kakak bantu" lanjut gadis ini membukankan tutup botol minuman itu dan memberikannya ke tangan sang Adik.

Mereka adalah Kakak beradik yang sangat suka menikmati senja di taman ini. Sindy dan Nayra, hampir setiap hari mereka menikmati sisa hari di taman ini.

Nayra mengembangkan senyumnya "Makasih, Kak" balasnya.

Sindy ikut tersenyum dan mengangguk. Lalu Dia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya "Udah jam 5, Ayo" ajaknya pada sang Adik.

Kemudian Sindy membantu Nayra mengemasi barang mereka dan menggandeng tangan Nayra untuk menuntun arah.

Sepanjang perjalanan mereka saling melempar candaan, sehingga kedua-nya tertawa. Begitulah hubungan Kakak - Adik harmonis ini.

***

Sampai akhirnya, langkah kedua gadis ini berhenti di depan sebuah rumah minimalis bewarna putih dan berpagar hitam. Memang tak butuh waktu lama untuk ke rumah mereka, hanya butuh waktu 10 menit dengan berjalan kaki.

"Assalamu'alaikum" seru kedua-nya setelah membuka pintu putih tersebut.

Terlihat wanita paruh baya menghampiri kedua-nya "Wa'alaikumusalam" jawab wanita paruh baya tersebut, setelah menyalami kedua putri-nya.

"Buruan siap-siap sebentar lagi magrib" lanjut Ibu Dina yang dibalas anggukan oleh kedua putri-nya.

Setelah membersihkan badan dan berwudhu Sindy dan Nayra menyusul Ibu-nya untuk melaksanakan ibadah sholat magrib yang diimami oleh sang Ibu.

Memang imam dan tulang punggung keluarga ini telah beralih kepada sang Ibu setelah kejadian na'as yang menimpa keluarga kecil ini 9 tahun yang lalu. Kecelakaan yang merenggut imam dan tulang punggung keluarga ini dan merenggut dunia Nayra.

Setelah menyelesaikan ibadah sholat magrib, mereka melanjutkan makan malam bersama.

Ibu Dina menatap putri sulungnya "Jadi gimana, Kak?" tanya-nya disela makan.

Sindy refleks menatap Ibu-nya, seolah meminta untuk tidak melanjutkan ucapannya.

Nayra menoleh ke samping kanan dimana Kakak-nya duduk "Apa, Bu?" ucapnya beralih menatap ke depan.

Ibu Dina melirik Sindy, seolah menyuruh Sindy untuk menjelaskannya.

Sindy menghembuskan nafasnya pelan dan menelak makanan di mulutnya "Kakak dapat beasiswa ke Australia," ucapnya menunduk, Dia tak ingin melihat wajah kecewa sang Adik.

Nayra menarik kedua sudut bibirnya, mendengar ucapan sang Kakak "Bagus dong Kak, kan itu salah satu keinginan Kakak," ucapnya girang.

Sindy mendongak dan mendapati Adiknya tersenyum bahagia, senyum yang dapat menyalurkan semangat dan dapat membuat siapa saja luluh ketika melihatnya.

"Terima aja Kak, kesempatan belum tentu datang untuk yang ke-dua kalinya. Pasti di luar sana banyak yang ingin kayak Kakak"

Sindy memeluk Adik kesayangan-nya itu, Dia tidak ingin membuat Adik-nya kesepian.

Nayra melepaskan pelukkannya dan memegang pipi sang Kakak "Kakak harus bikin Ibu bangga" ucapnya lagi.

Ibu Dina yang melihat itu hanya mampu tersenyum haru, Dia sangat beruntung diberi dua putri yang sangat baik dan harmonis.

"Lagi pula disana enak, ada salju" ucapan Nayra membuat Sindy dan Ibu Dina tertawa.

*

Sindy menatap lamat wajah pulas Adik-nya itu. Dia, sangat menyayangi Nayra Dia tidak ingin Adiknya ini kesepian. Kemungkinan-kemungkinan buruk selalu terlintas dalam fikirannya, jika Dia pergi meninggalkan Adiknya ini.

***

"Pagi, Ibu" sapa Sindy dan mengecup sekilas pipi sang Ibu.

"Nay belum siap?"

"Belum, Masih siap-siap Bu"

Ibu Dina melirik Sindy yang tengah duduk di meja makan "Jadi gimana?" tanyanya.

Sindy menatap Ibu-nya yang bisuk menata makanan "Kalau Aku pergi, Nay gimana, Bu?"

"Kan ada Ibu. Adik kamu pasti senang dengan pilihan kamu, kamu gak ingat semalam dia yang paling antusian pas tahu kamu akan kuliah ke luar Negri?"

"Nanti Dia ke taman sama siapa?"

"Kamu gak usah pikirin macem-macem. Ini kan juga keinginan kamu, ingat kesempatan belum tentu datang untuk yang kedua kalinya"

"Nanti Ibu yang bakal antarin, Nay ke taman"

Sindy mengangguk pelan "Sindy udah tetapkan pilihan kok Bu" ucapnya.

"Semoga pilihan kamu terbaik untuk kamu" ucap Ibu Dina tersenyum kepada putri sulungnya ini.

.
.
.
.

Bersambung...

Vote dan comment sangat membantu author ❤

Nayra Ardhita Putri :
Adik dari Sindy Ardhita Putri
Kelas X, di sekolah khusu (seni)
Periang, gak pintar bohong, penyayang dan penyabar
Jago main biola.

Sindy Ardhita Putri :
Kakak dari Nayra Ardhita Putri
Kelas XII, jurusan IPA
Rajin, penyayang, dan pintar
Jago fisika.

Andina (Dina) :
Ibu dari Sindy AP dan Nayra AP
Punya usaha butik kecil-kecilan
Penyabar dan penyayang.

Be StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang