Tertawa

0 0 0
                                    

Laki-laki remaja ini sedari tadi tersenyum sendiri di atas kasurnya. Dia masih membayangkan saat gadis yang akhir-akhir ini mengganggu firikannya itu melukis wajahnya.

Kalian pasti tahu siapa Dia! Yup, Iqbaal Dhiafakhri.

"Ih, lucu banget sih Kamu" ucapnya sambil mencubiti gulingnya.

Kemudian Dia memeluk guling itu erat seolah tak ingin dipisahkan "Paginya lama amat dah. Gak sabaaar" teriaknya.

Iqbaal kembali tersenyum sendiri, ketika mengingat gadis itu menyentuh wajahnya pelan "Aaaaaargh apa-apaan kamu ini, bikin orang kangen teroos" teriaknya lagi.

Bukan seperti orang yang sedang jatuh cinta, malah Iqbaal lebih mirip dengan orang yang kehilangan akal. Sedari tadi Dia uring-uringan tidak jelas ketika mengingat kejadian kemarin sore. Memang Iqbaal jatuh cinta?

**

Gadis ini mulai menyentuh wajah laki-laki di depannya ini "Maaf ya" ucapnya.

Laki-laki ini hanya mengangguk patuh. Gadis ini kembali melakukan aktifitasnya, menyentuh wajah laki-laki ini dan mencoret kertas ditangannya.

"Kamu tampan" ucapnya tersenyum manis.

Laki-laki ini menatap kagum wajah gadis dengan senyum manis itu 'Jantung, bersabarlah' teriak batinnya.

**

Iqbaal tertawa sendiri dan mencium bantal guling yang dipeluk eratnya.
*maujadigulingnyadong:')

Bruk

Iqbaal tersentak ketika bantal itu mendarat tepat di wajah tampannya.

"Apaan sih Teh?" tanyanya kesal.

Wanita dengan jilbab cream itu berkacak pinggang "Apaan-apaan, Kamu itu yang apaan. Ketawa-ketawa gak jelas," ucap wanita itu tak kalah sewot.

Iqbaal menatap sinis Kakak perempuannya itu -Fildza.

"Lagian dari tadi dipanggilin bukannya disahutin, malah ketawa sendiri. Udah kelamaan jomblo mah gini ya!"

Iqbaal berdecak malas dan kembali merebahkan badannya "Mau gila lagi?" tanya Fildza lagi.

Iqbaal kembali duduk dan menatap malas Kakak perempuannya yang mengganggu pagi minggu yang berharganya ini.

"Dipanggil Bunda!" lanjut wanita berhijab ini dan berlalu.

Iqbaal hendak merebahkan tubuhnya kembali "Jangan tidur lagi!" teriakan itu berhasil membatalkan niat Iqbaal tersebut.

"Ck, ganggu aja"

Iqbaal mulai menuruni anak tangga rumahnya dengan langkah gontai dan sesekali menguap.

"Lama bangat, kayak perawan" celoteh wanita paruh baya ini saat Iqbaal telah sampai di sisinya.

Iqbaal hanya acuh dengan ucapan sang Bunda dan hanya menggaruk kepalanya. Dia tidak ingin membuat kasurnya menunggu lama, Dia yakin kasurnya sangat ingin bermanja-manjaan dengannya di hari libur ini.

Bunda Rike melirik Iqbaal sekilas "Bunda sama Teteh, mau pergi sebentar" ucapnya lagi sembari sibuk memasukkan beberapa keperluan ke dalam tasnya.

"Jadi, jagain Manda"

Iqbaal mengangguk dengan wajah mengantuknya sebelum akhirnya "Ah?" Dia tersadar.

"Bawa aja kali Bun, Iqbaal gak bisa aah" rengeknya.

"Mau ke kondangan ini loh Bal, gimana mau bawa Manda" timpal Kakak perempuannya.

Laki-laki ini bedecak sebal "Iqbaal gak bisa ah" bantahnya lagi.

"Manda nya tidur kok, susu sama popok nya juga udah Teteh siapin"

"Ya tetap ajalah Teh, nanti kalau Dia nya nangis gimana?" ucap Iqbaal menjelaskan dengan nada frustasi.

"Tinggal kasih susu atuh, Bal" jawab Bunda Rike.

"Jagain Manda ya. Bunda gak lama kok"

"Tap... "

"Assalamu'alaikum" pamit kedua wanita itu dan pergi begitu saja tanpa mendengarkan keluhan Iqbaal lebih banyak lagi.

Iqbaal mengcak rambutnya frustasi setelah kepergian Kakak dan Bunda-nya "Aaargh, hari libur guee" teriaknya.

***

Gadis ini sedari tadi tertawa terbahak-bahak mendengar cerita laki-laki di sampingnya ini.

Iqbaal menceritakan bagaimana penderitaannya menjaga Manda. Amanda yang tiba-tiba terbangun dan menangis dan berujung pipis di gendongan Iqbaal, saat laki-laki remaja ini ingin menenangkannya.

Laki-laki ini mendengus dan menatap kesal gadis yang tak hentinya tertawa ini "Ketawa aja terus" ucapnya.

Gadis ini meredakan tawanya "Ehm, Maaf" ucapnya dengan sisa tawanya.

"Lagian mana bisa Aku jagain bocah" ucap Iqbaal.

Nayra tersenyum menahan tawanya "Itu udah bisa kok. Yaa, walaupun dipipisin" Ucap nya kembali tertawa.

Iqbaal kembali menghelana nafasnya "Udah ah, ketawa mulu. Gak asik" ucapnya sebal.

"Iya, maaf. Habis lucu sih"

Iqbaal menatap lama gadis di sebelahnya ini, melihat senyum itu membuatnya juga ikut tersenyum. Jujur, Dia tidak benar-benar kesal kepada Nayra. Mana mungkin Dia kesal pada gadis yang selalu membuatnya rindu.

Iqbaal mendehem pelan "Jadi lukisan kemarin benaran gak boleh buat Aku ni?" tanyanya.

"Nggak. Biar Aku simpan" jawab Nayra yang masih menatap ke depan sana.

"Lah? imbalan buat Aku apa dong? Udah minjamin muka loh ini"

Gadis ini kembali terkekeh pelan "Imbalannya Aku akan ingat kamu".

Iqbaal mengangguk pelan "Berarti kamu harus jaga baik-baik lukisannya. Wajah orang ganteng loh itu" ucapnya dengan percaya diri.

Nayra mengacungkan ibu jarinya dan terkekeh pelan. Langit jingga itu kembali menjadi saksi kebahagiaan kedua insan ini.

'Berjanjilah seperti senja. Yang selalu menepati janji-nya untuk datang menemui-ku walau sebentar saja'
~Iqbaal

.
.
.
.

Bersambung...

Rike :
Ibunda dari Fildza dan Iqbaal
Wanita paruh baya berhijab ini sangat penyayang kepada anak-anaknya.

Fildza :
Kakak perempuan dari Iqbaal dan Ibu dari Amanda, wanita berhijab yang berusia 28 tahun ini sangat patuh kepada suaminya Andrean.

Amanda Adreena Aqifa :
Bocah berusia 1,5 tahun ini merupakan keponakan pertama dari Iqbaal, anak pertama dari Fildza dan Andrean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang