"Cantik"
***
"Ibu, Nay pergi dulu ya," izin Nayra yang telah siap dengan biola kesangannya di tangan kanannya.
Ibu Dina menghampiri putri bungsunya yang telah berdiri di depan pintu rumah "Hati-hati ya. Jangan pulang ke sorean," ucapnya sembari menyalami Nayra.
Nayra tersenyum mendengar nasihat sang Ibu, setiap hari Ibunya akan mengatakan hal yang sama dan Dia tidak pernah bosan mendengarkan-nya "Iya, Bu"
***
Gadis ini berjalan perlahan menuju tempat duduk yang biasa didudukinya bersama sang Kakak. Entah bagaimana bisa, tempat duduk itu selalu kosong. Seolah memang semua orang di taman ini tahu siapa yang akan menempatinya.
Setelah sampai di bangku yang ditujunya, gadis ini membuka tas biolanya. Dia mulai memainkan nada-nada indah itu, alunan biola yang dapat membuat siapa saja menjadi tenang dan damai.
Suara tepuk tangan itu terdengar semakin mendekat ketika alunan biola itu sudah berhenti. Gadis manis ini menoleh ke belakang, dimana suara tepuk tangan itu berasal.
"Permainan yang bagus" ucap seseorang itu, dan itu adalah suara laki-laki kemarin sore.
"Dan, memang selalu bagus" lanjutnya lagi setelah berdiri di depan gadis ini.
Gadis ini tersenyum singkat "Terimakasih" ucapnya.
"Ternyata benara ya, kamu yang selalu duduk di bangku itu," lanjut Nayra menoleh ke arah bangku yang berada di bawah pohon rindang dan tidak jauh dari bangku yang didudukinya.
Lagi-lagi pemuda ini dibuat bingung oleh gadis dihadapannya ini 'Bagaimana Dia tahu?' itu adalah pertanyaan yang kembali berputar dalam otak pemuda ini.
Gadis ini kembali tersenyum "Aku suka ngerasain kalau ada orang yang selalu perhatiin Aku dari sana," lanjutnya.
Pemuda itu tetap tidak mengerti dengan ucapan gadis manis di hadapannya ini, dan memasang wajah yang sulit untuk diartikan.
"Nayra Ardhita Putri"
Laki-laki ini menatap Nayra dengan wajah bingungnya, pertanyaan 'Bagaimana' masih memenuhi fikirannya.
Nayra kembali tersenyum "Sepertinya kamu ingin menjadi teman ku," ucapnya sedikit percaya diri.
Pemuda ini menggaruk pipinya dan tersenyum kaku "Iqbaal Dhiafakhri" ucapnya.
Nayra mengangguk kecil dengan senyum yang masih menghiasi wajah cantiknya "Kamu gak perlu duduk di sana lagi, kamu boleh duduk di sini," ucap Nayra sembari mendudukkan dirinya dibangku tersebut.
Iqbaal ikut duduk di sebelah gadis luar biasa ini, Dia bingung harus memulai percakapan darimana. Ya, meskipun sudah lama diri-nya ingin menyapa gadis ini, namun lidahnya menjadi kelu ketika berada dekat dengan gadis bernama Nayra ini.
"Kamu suka senja?" tanya Nayra menatap lurus ke depan sana.
Iqbaal mengangguk ragu Dia sendiri tidak yakin jika Dia menyukai senja "Ehm, gak terlalu" ucapnya.
"Buat orang yang tidak terlalu suka senja, setiap hari menikmatinya terasa agak aneh"
"Aku suka kamu" kata yang keluar dari mulut Iqbaal membuat gadis ini menoleh ke arahnya "Ehm, ma-maksudnya suka masa permainan biola kamu. I-iya itu" ralat Iqbaal, percayalah laki-laki jangkung ini sedang mengumpati dirinya saat ini.
Nayra tersenyum kecil dan kembali menatap lurus ke depan sana "Terimakasih" ucapnya.
"Ehm, lima hari yang lalu kamu kemana?" Pertanyaan itu berhasil keluar dari bibir Iqbaal.
Gadis ini masih menatap lurus kedepan sana "Aku ngantar Kakak ke bandara," jawabnya.
Iqbaal mengangguk "Mau kemana? Kamu gak ikut?" tanya Iqbaal lagi.
*kepoyakamu,untungsayang:'vNayra menggeleng pelan "Kakak mau kuliah, dan Aku harus sekolah" jawabnya.
Iqbaal kembali menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah bertanda faham 'ternyata Dia sekolah juga'.
Nayra mulai merapikan biolanya "Udah sore, Aku harus pulang" ucapnya setelah merapikan biolanya.
Iqbaal mengangguk dan menyusul Nayra berdiri "Mau Aku antar?" tawar Iqbaal.
Gadis ini menggeleng dan tersenyum singkat "Gak usah, makasih" jawabnya sambil berlalu dari hadapan Iqbaal.
***
"Hi, Kak chin" sapa gadis ini semangat ketika sambungan video call itu sudah terhubung.
'Hi, princess Kakak' jawab gadis di seberang sana tak kalah antusiasnya.
'Hari ini ke taman?' sambungnya.
Terlihat (namakamu) mengangguk sebagai jawaban. Dan percakapan antara keluarga ini pun berlajut cukup lama.
***
2 Bulan kemudian...Pemuda ini mengembangkan senyumnya, melihat ke-dua ice cream digenggamannya ini. Gadis itu pasti menyukainya, gadis yang sedang ditunggu kedatangannya.
Ya, setelah hari perkenalan itu. Iqbaal menjadi lebih banyak mengetahui tentang Nayra, Nayra yang suka ice cream, Nayra yang suka musik, Nayra yang memiliki kakak perempuan, Nayra yang akan lulus sekolah pada tahun ini, Nayra yang berusia 16 tahun, Nayra yang mempunyai Ibu bernama Dina, Nayra yang sudah tidak memiliki Ayah dan Nayra yang tidak dapat melihatnya.
*
Sepanjang perjalanan gadis ini tak hentinya tersenyum, sekarang Dia tidak sendiri lagi menikmati senja, sekarang Dia telah mempunyai teman baru. Laki-laki yang menyukai permainan biolanya, laki-laki yang suka menceritakan hal konyol padanya, laki-laki yang selama ini diam-diam memperhatikannya, laki-laki yang akan lulus SMA tahun ini, laki-laki yang memiliki Kakak perempuan yang telah menikah, laki-laki yang takut dengan kucing, laki-laki yang terlahir dari rahim seorang wanita bernama Rike dan dibesarkan oleh Ayah yang bernama Hery. Laki-laki yang mengubah harinya, Dia adalah Iqbaal, laki-laki yang dapat mengubah hari-harinya menjadi lebih berwarna.
Senyum Iqbaal terbit ketika melihat gadis yang ditunggunya, gadis dengan dres biru selurutnya, rambut yang digerainya dan bandana cantik yang bertengger di kepalanya. Gadis dengan lesungpipi yang menggemaskan, jangan lupakan apa yang dibawa gadis itu sekarang. Dia membawa peralatan lukisnya, hari ini gadis itu akan melukis wajah teman barunya ini -Iqbaal.
"Udah lama?" tanyanya pada Iqbaal.
Iqbaal menggeleng pelan "Belum," jawabnya pelan "Ohiya, ini" sambung Iqbaal menyodorkan ice cream coklat yang telah dibuka tersebut ke tangan gadis cantik ini.
"Ice cream" ucap gadis ini girang.
Iqbaal ikut tersenyum melihat gadis di sebelahnya ini tersenyum. Ini yang Dia suka, senyum manis gadis ini.
"Yah, nyesel deh Aku beli es-nya" ucap Iqbaal kecewa.
Nayra menolek ke kanan dimana Iqbaal duduk "Loh? Kok gitu? Gak enak?" tanyanya.
Iqbaal menggeleng pelan "Kalah manis sama senyum kamu," jawabnya masih dengan nada kecewa.
Nayra menyenggol lengan Iqbaal pelan "Apaan sih," jujur saja perut gadis ini seperti digelitik ribuan kupu-kupu saat ini.
"Lagian kamu sih, senyum itu ya biasa aja. Gak usah dimanis-manisin, kan curang" ucap Iqbaal lagi.
"Lah emang ada gitu? Curang darimana?"
"Masa cuma Aku yang makin jatuh cinta setiap liat senyum kamu"
Nayra mengalihkan pandanganya ke depan. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Dia ingin tertawa dan melompat-lompat saat ini juga.
Iqbaal yang melihat gadis manis di sebelahnya ini menjadi salah tingkah seperti itu, membuatnya terkekeh kecil 'lucu'.
.
.
.
.
.Bersambung...
Vote dan comment sangat membantu author ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Strong
RomanceHidup dengan normal dan tanpa kekurangan merupakan keinginan setiap orang. Namun, kita tidak dapat menentukan takdir. Terkadang yang perlu kita lakukan adalah bersyukur dan menerima apa yang telah kita terima. Takdir, satu kata yang dapat mengubah s...