Empat

99 7 8
                                    

Terik mentari menemani Alhena saat ini. Ia tak hentinya menempelkan ponsel pipihnya ke telinganya, berharap sang supir mengangkatnya.

"Huft... Mana sih Pak Egi? Kok belum jemput jemput, gak diangkat juga telfonnya." ucap Alhena

Ia pun memasukan ponselnya pada saku roknya. Dan memutuskan untuk menunggu dengan sabar.

10 menit

20 menit

25 menit

Alhena mengerucutkan bibirnya, tubuhnya sudah benar benar lelah. Ia ingin beristirahat. Namun Ia juga tak bisa marah, bisa jadi Pak Egi memang berhalangan menjemputnya dan tak bisa hanya untuk sekedar mengabarinya.

Cewek itu memutuskan menghubungi sang Ayah. Berharap pria paruh baya yang menjadi lelaki favorit Alhena itu, bisa menjemputnya.

Tak lama panggilannya pun langsung diangkat oleh sang Ayah.

"Halo Pa, Pak Egi gak bisa jemput Alhena yaa?" tanya Alhena

"Aduh sayang maaf, tadi Pak Egi Papa suruh buat nganter Mama Kamu ke rumah Oma. Terus Papa bilang buat nanti Papa aja yang jemput."

"Yah, Papa. Sekarang Papa jemput Alhena dong?"

"Maaf sayang, tapi Papa terlanjur adain jadwal meeting setelah ini. Papa lupa soalnya. Nanti Mbak Naya Papa suruh jemput Kamu aja yaa?"

Alhena mencebik kesal, bisa bisa Papanya lupa. Ia ingin mengiyai ucapan sang Ayah namun, Naya sang sekretaris Papanya itu pasti cukup sibuk. Jika Ia menjemput dirinya pastilah akan semakin merepotkan.

"Halo sayang, gimana?"

"Eum... Nggak usah deh Pa, Alhena naik taxi aja deh. Kasian Mbak Nayanya."

"Ya sudah, maafin Papa ya sayang. Hari ini bener bener sibuk banget soalnya Papa, jadi pikiran Papa cuma ke kerjaan. Kamu hati hati yaa?"

"Iyaa Pa gapapa, Alhena paham kok." ucap Alhena seraya tersenyum, walau tau jika Papanya tak mungkin melihat senyum cantiknya.

"Yaudah ya sayang, meetingnya mau dimulai. Nanti kalau udah di rumah cepet istirahat terus minum obatnya."

"Iya Pa."

Tut

Alhena menghela nafas. Menjadi Anak seorang Haris William memanglah seperti ini. Ia harus rela berbagi waktu dan perhatian dengan setumpuk berkas perusahaan. Dari dirinya kecil Papanya memang sangat sibuk. Namun tetap meluangkan waktu semampu untuk putri kesayangannya.

Sebenarnya Haris bukanlah type workaholic namun Ia sadar jika sebagai pemilik perusahaan, tak seharusnya Ia bersantai santai. Karena banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan miliknya. Jika sampai dirinya lengah, maka tak hanya hidupnya yang jatuh. Namun hidup banyak pegawai juga mengalami hal yang sama.

Alhena melihat jam tangan berwarna peachnya. Ternyata sudah hampir jam 5, apakah masih ada taxi yang lewat? Mengingat jika jam jam biasa saja cukup sulit.

"Apa order ojek online aja yaa?" gumam Alhena

Ia membuka aplikasi penyedia jasa online tersebut dan mulai memesannya. Ia harus menunggu lagi untuk mendapatkan driver.

Di tengah masa penungguannya, Alhena mendengar deru motor mendekat. Alhena mendongakan kepalanya dan mendapati seorang cowok yang entah siapa karena Ia memakai helm fullface.

Jantung Alhena berderu kencang kala cowok tersebut menghentikan motornya tepat di depannya. Tanpa disadari Alhena menggenggam erat ponselnya dan bersiap untuk pergi dari sana.

Mein SternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang