Tujuh

56 4 3
                                    

      Seluruh pasang mata Orion Highschool menatap siswa baru yang tengah berjalan dengan santai. Bisik bisik riuh terdengar dari kaum hawa tentang ketampanannya. Membuat siswa tersebut mendengar semua pujian yang keluar dari mulut mereka, Ia hanya tersenyum lalu melanjutkan langkah.

Matanya menjelajahi hamburan siswa Orion Highschool. Mencari seseorang yang Ia cari, seseorang yang menjadi alasan kepindahannya kesini. Ia ingin bertanya kepada salah satu siswa namun rasanya dirinya masih ingin berusaha sendiri.

Hingga netranya menatap seorang gadis yang memakai ransel peach, ransel yang merupakan hadiah darinya tahun lalu saat gadis itu berulang tahun. Langkahnya Ia percepat saat gadis itu mulai berjalan menjauh.

"ALHENA!"

Kolidor mendadak senyap, sang Ratu pembicaraan hari ini namanya disebut oleh di cowok baru yang menjadi idaman baru setelah Angkasa. Zean Ailesh.

Alhena yang merasa namanya dipanggil, sontak berbalik. Dan alangkah terkejutnya kala mengetahui sosok Zean berjalan menuju arahnya, senyum lebar Alhena tak dapat tertahan. Ia berlari menju Zean lalu memeluk cowok itu.

Beberapa siswa terpekik melihat hal itu, sungguh beruntungnya menjadi Alhena telah mendapatkan dua sosok idaman Orion Highschool.

"Zean, Aku kangen banget sama Kamu. Kamu ngapain disini?" tanya Alhena yang sekarang melepas pelukan Zean.

"Aku kangen juga. Coba tebak dong, ngapain Aku disini?" tanya Zean

"Ih! Aku gak suka tebak tebakan! Cepet bilang!" rengek Alhena

"Aku pindah ke sini, biar bisa habisin waktu sama Kamu." ucap Zean

"Serius?! Yeay, kenapa gak dari dulu aja?! Alhena seneng ada Zean disini!" ucap Alhena

Zean tersenyum lalu mengacak poni Alhena, yang dibalas senyuman juga oleh Alhena. Semua orang yang ada menjadi baper sendiri dibuatnya, namun berbeda dengan pemuda yang tengah menatap mereka lurus dan tajam. Angkasa Werner.

Ia melangkah pelan namun tegas dengan sorot mata penuh emosi melihat kedekatan Alhena dengan murid baru itu. Semua siswa perlahan teralihkan pandangnya ke arah Angkasa, dimana pujaan Orion Highschool tengah berjalan menuju Alhena dan Zean.

Mereka mulai merapalkan do'a agar tidak ada insiden mengerikan saat ini. 3 tahun bersama Angkasa, membuat mereka tahu bagaimana Angkasa walau belum tentu Angkasa tahu tentang mereka.

Sosok yang setenang arus sungai tersebut dapat berubah menjadi gelombang pasang mengerikan kala amarah menguasai. Seperti tahun lalu kala kelasnya dituduh berbuat curang dan menyabotase permainan dalam class meet, Angkasa maju terdepan untuk membela. Karena Angkasa tahu kelas mereka tak pernah berbuat curang atau hal menjijikan semacam itu.

"Al." panggil Angkasa ketika sudah di dekat Alhena dan juga Zean.

Alhena sedikit memiringkan kepalanya untuk dapat melihat Angkasa karena posisinya sedikit terhalang oleh Zean. Setelah melihat Angkasa, senyum hangat nan manis Alhena terbit.

"Angkasa! Sini kenalin, ini Ze--"

"Gak perlu, udah tau." potong Angkasa cepat.

"Kok bi--"

"Sekelas." potongnya lagi

"Ih! Jangan dipotong potong mulu!" gerutu Alhena

"Ayo pulang!" ajak Angkasa seraya menggandeng tangan Alhena.

"Al, Kamu gamau jalan dulu sama Aku? Biar nanti Aku ijin ke Om, toh Papa Kamu pasti ngizinin." ucap Zean.

Angkasa menggeram dan tanpa sengaja mengeratkan genggamannya pada Alhena, membuat gadis itu terkejut.

"Alhena berangkat sama Gue, pulang juga sama Gue." ucap Angkasa penuh penekanan di kalimat terakhir.

Jujur saja, semua siswa mulai was was. Mengingat Angkasa tipikal orang yang selalu santai menghadapi segela sesuatu bahkan mendekati tidak peduli, namun jika sesuatu tentangnya diusik, jangan salahkan Angkasa jika Ia bertindak lebih.

"Yaudah, kalau gitu besok bareng Gue ya Al?" ucap Zean yang semakin memancing amarah Angkasa.

"Lo masih Anak baru, jangan buat umur Lo pendek di sini." ucap Angkasa dengan nada rendahnya namun dapat membuat semua orang gemetar.

Setelah mengucapkan hal tersebut, Angkasa segera pergi dari sana membuat Alhena yang sedari tadi tangannya Ia genggam mengikutinya. Alhena hanya tersenyum kepada Zean, Ia takut jika Angkasa semakin marah .Zean membalas senyuman Alhena seraya melambaikan tangan kecil.

Semua orang membuang nafas lega. Tak ada hal buruk yang terjadi di antara mereka berdua. Zean pun tadinya sedikit merasa takut, melihat bagaimana sorot mata tajam Angkasa menatapnya. Serta aura kemarahan yang kuat dimilikinya membuat nyali Zean sedikit menciut.

"Lo hati hati, jangan cari masalah sama Angkasa." ucap Martin yang tiba tiba datang, membuat Zean sedikit kaget.

"Apa maksud Lo? Lo salah satu geng Dia?" tanya Zean.

"Lo paham maksud Gue. Dan Gue bukan anggota geng, Angkasa juga. Kalau Lo pikir Dia bakal main kroyok, Lo salah. Bahkan Angkasa bisa habisin basis yang ada di Orion highschool sendirian." ucap Martin lalu pergi.

Basis Orion Highschool memang terkenal jago di jalan ketika bertarung, atau lebih tepatnya ketika tawuran. Zean sungguh ngeri membayangkan dirinya berhadapan dengan Angkasa.

'Doa aja, minta sama Yang Kuasa biar memperpanjang masa aktif Lo di dunia.' batin Zean lalu pergi dari sana.

Sedangkan di parkiran, Angkasa masih berdiam diri dengan tangan yang masih menggenggam Alhena. Si gadis pun hanya bisa diam, membiarkan kemarahan Angkasa yang entah karena apa agar surut.

"Dia siapa?" tanya Angkasa pada akhirnya.

"Zean." ucap Alhena

Angkasa menghela nafas, semarah apapun dirinya Ia tak boleh melampiaskannya pada seseorang yang tak bersalah. Terutama itu adalah orang yang Ia sayangi.

"Maksud Gue, Dia siapa Lo?" tanya Angkasa

"Temen Alhena dari kecil." ucap Alhena lirih.

Angkasa tersentak, jadi sosok sahabat yang dikatakan Mbok Darsih dan Alhena adalah Zean? Urung sudah niat Angkasa yang ingin meminta bantuan kepada sahabat Alhena. Jika Ia tahu sahabatnya adalah Zean, Angkasa tak sudi berharap bantuan darinya.

"Angkasa, pulang yuk!" ucap Alhena.

Angkasa hanya mengangguk singkat lalu menaiki motor dan menyalakan kuda besinya. Setelah itu mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu naik. Motor Angkasa pun meninggalkan kawasan Orion Higschool.

Selama perjalanan, keduanya saling terdiam. Tak seperti biasanya dimana Alhena menceritakan apa yang Ia alami. Walau baru beberapa hari dekat dan kenal dengan Angkasa, Alhena tak sungkan untuk berbagi cerita dengannya.

Sesampainya di rumah Alhena, gadis itu segera turun dan menatap Angkasa yang masih menutup kaca helm miliknya. Alhena mencebik kesal.

"Angkasa kenapa sih?! Diem aja!" ucap Alhena, jujur Ia tak suka didiamkan Angkasa. Karena walau Angkasa pendiam, Ia tak pernah seperti ini kepada Alhena

"Gapapa." balas Angkasa

"Buka helmnya! Gak sopan tau." ucap Alhena setengah merengek.

"Gak usah."

"Kenapa?"

"Gue gak mau Lo liat wajah cemburu Gue."

Tbc.

Hueee, kok ngerasa garing yaaa:v bodo dah:v

Jadi, gimana tentang si Zean nii? Bakal gimana yaaa ke depannya emm

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAAAA! Kan itu gratis eheee:"

See you next part<3

Mein SternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang