Pagi di Kyoto City memang sangat dingin di bulan Januari. Suasana dingin itu membuat Kaito mau tak mau merapatkan syalnya hingga ke sebagian wajahnya tertutup oleh syal biru tua yang ia kenakan. 'Haduh, kalau saja Izumi-chan tidak lupa membeli bahan makanan kemarin malam, aku pasti tidak harus keluar dan membelinya,' rutuknya kesal seraya memasukkan tangannya ke saku jaket."Hoi! Kau yang disana! Cepat berhenti!" seru sebuah suara dari arah belakang Kaito, membuat pemuda berambut mirip lidah buaya berwarna putih itu berhenti dan menoleh. Di belakang sana, beberapa anak berandalan tampak sedang berjalan mendekati Kaito sambil merokok. Melihat itu menyebabkan Kaito melontarkan serentetan sumpah serapah dengan indahnya kepada seorang perempuan berambut hitam sebahu yang sedang minum teh dan menonton tv di sebuah apartemen kecil.
Para berandalan itu sedikit terkejut saat Kaito malah menyumpah serapah dengan heboh kearah mereka. Beruntung jalanan sedang sepi karena kebanyakan penduduk malas keluar rumah dalam keadaan yang dingin di musim salju ini. Mereka lalu menyeret Kaito ke sebuah gang gelap dan melemparkan tubuh pemuda itu ke ujung gang buntu itu.
Kaito yang dilemparkan oleh para berandalan itu hanya menumpukan tangannya ke tanah dan bersalto mundur sekali. Saat Kaito berhasil menyeimbangkan diri, ia pun bertanya dengan datar kearah para berandalan itu. "Apa yang kalian inginkan dariku? Kalian tahu, aku sekarang sedang terburu-buru karena seseorang akan mencincang *sensor* ku kalau aku tidak membeli bahan makanan."
"'Hahahaha-'" para berandalan itu tertawa mengejek kearah Kaito. Kemudian, salah satu dari keenam berandalan itu berteriak kearah Kaito seraya mengeluarkan pisau lipat. "Oi, Nii-chan yang disana, serahkan uangmu kalau kau tidak mau kami menghajarmu. Jangan coba coba untuk melawan, karena itu akan sia-sia saja!"
Sebuah decihan lolos dari mulut Kaito. Untuknya yang setiap hari tinggal dengan monster berwujud manusia yang tidak bisa mati, dihajar para berandalan ini tidaklah membuatnya takut. Kaito lalu memasang kuda-kuda bertarung ala Tiongkok dimana kedua kakinya ditekuk sedikit dengan posisi kaki kanan di depan, dan kedua tangannya berada di depan dada dengan posisi terbuka seperti pisau. Kuda-kuda dasar Wing Chun yang dipelajarinya selama 5 tahun akhirnya dikeluarkan untuk menghadapi para berandalan di depannya.
"Majulah, aku tidak takut," ucap pemuda itu tenang, seolah memprovokasi para berandalan itu untuk maju dan menyerangnya.
Salah satu berandalan itu maju dan mencoba memukul wajah Kaito, yang akhirnya ditahan dengan tangkisan cepat oleh Kaito, diikuti sebuah tendangan keras di dada si berandalan itu. Kaito lalu membuat pose seperti Shifu-nya, Ip Jin, dengan mengusap hidungnya dengan jempol.
Melihat hal itu, dua berandalan maju dan menyerang Kaito secara bersamaan. Berandalan botak mencoba meninju dada Kaito, tapi ditepis hingga mengenai wajah temannya yang berambut gondrong seperti banci. "Seiya!! Seiya!!" seru Kaito saat dirinya memberi serentetan pukulan cepat khas seni beladiri Wing Chun ke kepala dan dada si botak.
Si gondrong tiba-tiba menendang pinggang Kaito saat pemuda itu berhasil menjatuhkan si botak. Kaito merasakan pinggangnya sedikit ngilu, lalu memukul pinggangnya sendiri dan menendang belakang lutut si gondrong dengan cepat. Si gondrong langsung saja terjatuh berlutut, lalu mendapat 3 tendangan cepat Kaito di bagian selangkangan, dada, dan pipinya.
Merasa geram karena si pemuda jabrik ubanan berhasil menjatuhkan ketiga rekannya, sepasang berandalan perempuan kembar maju kearah Kaito dengan pipa besi di tangan mereka. "Kau akan membayar untuk itu, uban keparat!!" teriak kembar yang lebih muda, Ayumi, seraya mengayunkan pipa besi itu ke lengan kiri Kaito. Ayaka, si kembar yang lebih tua, mengayunkan pipa besi di tangannya ke dada Kaito saat si pemuda berkelit dari hantaman pipa besi Ayumi. "Seiya!!" seru Kaito saat menahan pipa besi Ayaka dengan tangannya, lalu merebutnya dalam satu gerakan. "Kurang ajar!!" jerit Ayaka tatkala Kaito menahan hantaman Ayumi dan mematahkan kedua pipa itu dengan satu ayunan keras yang mengenai bagian tengah kedua pipa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
OOO : The King of Animals
Mistério / SuspenseShiba Kaito adalah generasi terakhir dari keturunan sang raja hutan, Kamen Rider OOO. Cerita ini merupakan kumpulan Oneshoot yang menceritakan kehidupan Kaito dan perubahan OOO, dimulai dari Form TaToBa hingga Tajador