Happy reading 📖
***Langit siang ini begitu mendung, sepertinya akan turun hujan. Gadis dengan rambut hitam panjangnya itu masih setia duduk dengan nyaman di atas kursi taman.
"Aku cariin kemana-mana, eh ternyata malah di sini. Padahal tadi aku cari sampai ke kolong kasur, lho," ujar Damar tiba-tiba.
"Siapa?"
"Ya kamu, lah, cantik," jawab Damar.
"Yang nanya, hahaha," ucap Zemi tertawa.
"Huh! Ngeselin banget sih," sungut Damar.
"Hehe, canda-canda. Lo ngapain cariin gue?" tanya Zemi.
"Gak apa-apa, sih, cuma kangen aja. Pulang, yuk! Mendung tuh. Nanti kalau hujan, terus kamu kehujanan, demam. Nanti siapa yang susah?"
"Engga, ah, entar aja, mager. Lagian mendung juga belum tentu hujan," tolak Zemi.
"Dan sayang belum tentu jadian," timpal Damar.
"Jadi, kalau jatuh cinta jangan sembarangan! Entar masuk jurang," balas Zemi asal.
Damar POV
"Jadi, kalau jatuh cinta jangan sembarangan entar masuk jurang," balas Zemira asal.
Eh, kok aku kesindir, ya? Zemi kalau ngomong bisa aja. Bisa pas gitu. Andai kamu peka sama apa yang aku rasain. Kapan sih kamu bisa move on sama mantan kamu itu? Hadeh, susah emang, ya, saingan sama orang mati.
"Mar, gue kok kangen dia, ya? Kapan, sih, dia pulang? Padahal dia, kan, udah janji sama gue bakal pulang secepatnya," lirih Zemi tiba -tiba.
Tuh, kan! Tuh, kan! Baru aja aku batin.
"Zem, kamu harus ikhlas. Kamu harus bisa terima kenyataan. Dia udah pergi, udah bahagia di sana. Tapi, dia bakal sedih kalau lihat kamu sedih kayak gini. Kamu ikhlasin dia, ya. Kalau kamu kangen kamu doain aja dia."
"Gak, Mar. Dia belum pergi. Dia emang belum pulang, tapi dia gak mungkin tinggalin gue. Kita masih punya banyak impian yang belum tercapai. Dan dia udah janji bakal ngewujudinnya bareng- bareng sama gue," bantah Zemi, lalu terisak.
Duh, kok nangis sih? Kan aku jadi gak tega. Tapi, mau gimana lagi? Aku harus sadarin Zemi biar dia gak berlarut-larut dalam kesedihan terus-menerus.
"Sadar, Zemi! Dia udah pergi. Dia udah meninggal. Kamu harus ikhlasin kepergian dia!" kataku akhirnya.
"Dia belum pergi, Mar!"
"Dia udah pergi, Zemi! Kamu harus sadar!"
"Belum, Mar. Dia belum pergi. Dia akan kembali demi gue. Iya! Demi gue. Gue yakin dia bakal kembali!"
"Ra... kamu harus sadar, dia udah gak ada, dia udah pergi. Kamu harus ikhlasin dia. Kamu gak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kamu harus bangkit dan terima kenyataan. Kamu harus lupakan dia dan buka hati buat yang lain."
"Ternyata lo sama kayak yang lain, ya? Gue kecewa sama lo!" marah Zemira, lalu pergi.
Duh, salah ngomong lagi. Dia jadi marah, kan. Ditinggalin lagi aku.
"Eh, Zem, maksud aku gak gitu. Zem! Zem! Jangan pergi dulu!" teriak Damar, lalu berlari mengejar Zemi.
***
Halo-halo readers. Gimana part kali ini? Mon maaf ya.. kalau ada salah kata maupun penulisan, harap maklum🙏
Jangan lupa VOTE! COMENT!and SHARE ke teman-teman kalian semua ya...
Thanks for reading and see you👋Sabtu, 11 Januari 2020
-salam pena-

KAMU SEDANG MEMBACA
Juli
Teen Fiction"Ternyata senja sama fajar punya persamaan dan kelebihan masing-masing. Kalau senja pergi tinggalkan kegelapan maka fajar pergi tinggalkan cahaya terang. Kalau senja cenderung temaram maka fajar cenderung benderang. Tapi mereka memiliki keindahan y...