Satu tiupan di lilin ulang tahun kita dapat mengabulkan apapun yang kita inginkan, bahkan hal tersulit sekalipun. Hal yang paling mustahil untuk dapat terkabul.
Choi Sulli sekarang hanya bisa berharap apa yang ia yakini itu akan menjadi kenyataan. Sekarang dia menunggu waktu yang tepat untuk meniup lilin yang ada di hadapannya. Tidak ada kue ulang tahun, hanya sebuah lilin yang ia nyalakan. Tepat jam dua belas malam, dia sudah bertambah usia dan saat itulah dia akan meniup lilin tersebut guna memohon satu permohonan yang saat ini sangat ingin ia utarakan pada Tuhan.
Jam tua itu akhirnya berdenting sebanyak dua belas kali dan itu tandanya Sulli bisa meniup lilin yang ada di hadapannya.
Tuhan, aku hanya ingin kehadirannya selama satu hari saja. Aku ingin menghabiskan hari ku bersama dengannya, di hari spesial ku ini.¬ Tolong biarkan dia kembali pada ku sehari saja Tuhan!
Sulli meniup lilin setelah ia mengucapkan permohonannya dan suasana menjadi gelap. Air mata menetes dari kedua kelopak matanya dan terus membasahi pipi putihnya. Dia tidak sadarkan diri setelahnya.
Choi Sulli yang meringkuk seorang diri di atas karpet bulu di ruang tamu tidak sadar bahwa ada seseorang yang mengangkat tubuhnya. Orang itu menatap kearah lilin yang sudah mati dengan tatapan nanar. Dia langsung membaringkan tubuh Sulli kembali ke atas tempat tidur, tempat yang seharusnya memang ditempati oleh yeoja itu.
“Kenapa kamu menjadi seperti ini? Relakanlah dia pergi, aku mohon!” Pintanya dengan suara parau.
Dia sudah tidak tahan melihat Sulli terus menahan sakit seorang diri, dia tahu bahwa berat menjadi seorang Choi Sulli. Dia memang merasa kehilangan, namun Sulli pasti lebih merasa kehilangan dibandingkan dengan dirinya, karena yang pergi adalah separuh nyawanya. Jiwa yang lama menjadi satu dengannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mentari pagi menyinari bumi dan itu berhasil mengusik seseorang yang lelap dalam tidurnya. Dia menggeliat saat dia merasakan kecupan bertubi-tubi menyerang pipinya. Sulli yeoja itu bangun dan mendapati seorang namja kecil menindih tubuhnya dengan senyuman lebarnya saat mendapati mata ibunya terbuka.
“Jiho ah?”
“Eomma, hari ini appa sedang tidak sibuk. Appa sudah pulang dan berjanji akan mengajak kita jalan-jalan.” Ucap namja yang dipanggil Jiho itu.
Sulli bangun dari posisi tidurnya dan masih menatap ke depan dengan tatapan tidak percaya, hingga sebuah suara pintu dibuka menyadarkannya. Pintu kayu kamarnya terbuka lebar dan menampakkan seorang namja tampan sedang mengenakan apron dan memegang spatula di tangannya.
“Apakah eomma sudah bangun sayang?” Tanya namja itu.
“Ne appa, eomma sudah bangun.”
Namja yang bernama Choi Minho itu berjalan mendekati tempat tidur dan dia menatap Sulli dengan tatapan penuh cintanya. Dia mendekatkan wajah tampannya itu dan mencium kening Sulli. Jiho yang melihat kemesraan kedua orang tuanya itu hanya bisa tersenyum geli.
“Eomma aku!” Rengek Jiho.
Sulli tersenyum dan dia beralih memperhatikan anaknya itu, dia mendekatkan wajahnya dan mencium kening anaknya. Namun tidak hanya berhenti di situ saja, Sulli juga mencium kedua pipi Jiho berkali-kali dan membuat Jiho kegelian.
“Kalian berdua turunlah! Makanan sudah siap.”
“Oppa yang memasak?” Tanya Sulli heran.
“Tentu saja sayang, hari ini aku dan Jiho akan memanjakan mu dan apapun yang kamu inginkan katakanlah pada oppa! Kemanapun kamu ingin pergi katakanlah, maka kita akan pergi bersama ke tempat yang kamu inginkan itu.”
Sulli tersenyum bahagia, jdi permohonannya dikabulkan? Jadi tidak sia-sia dia menahan kantuknya hanya untuk meniup lilin dan mengucapkan permohonan yang terbilang sangat mustahil itu. Sulli sangat bahagia karenanya. Dia akan menghabiskan waktunya bersama dengan separuh dari jiwanya.
Tanpa menunggu perintah dari sang suami, Sulli langsung menarik anaknya dan mengajaknya masuk ke dalam kamar mandi dan itu membuat Minho menggelengkan kepalanya heran dengan tingka istrinya yang sangat ajaib itu. Untuk pertama kalinya Minho melihat istrinya itu bersikap seperti anak kecil.
Suara gemericik terdengar dan itu tandanya Sulli dan Jiho sedang mandi, sesekali Minho bisa mendengar gelak tawa Sulli yang tedengar sangat merdu di telinganya. Tawa seperti anak kecil yang bisa membuat orang lain yang mendengarnya ikut tertawa.
Minho memutuskan untuk keluar dari dalam kamar mereka, dia memberikan kesempatan pada Sulli untuk berdua dengan anak mereka dan dia meneruskan kegiatannya di dapur. Minho bersenandung ketika ia menyajikan makanan hasil karyanya ke atas meja. Hingga ia tidak menyadari kedatangan dua orang yang sangat ia sayangi.
Sulli dan Jiho seperti sengaja untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun, meraka menikmati suara Minho yang tidak biasanya menyenandungkan sebuah lagu. Sulli merasa heran dengan suaminya yang biasanya sangat enggan jika ia memintanya untuk bernyanyi, padahal setelah dia mendengar suara suaminya dia tahu bahwa suaminya itu memiliki suara yang tidak buruk.
Minho terkejut ketika ia berbalik, ia melihat anak dan istrinya yang menatapnya dengan tatapan heran. Minho hanya menunjukkan cengiran tidak berdosanya dan setelahnya dia menarik tangan anak dan istrinya, ia membawa kedua orang itu agar duduk di tempat mereka.
“Silahkan makan! Ini semua adalah makanan wajib saat ulang tahun. Selamat ulang tahun sayang!” Tanpa ragu Minho mencium bibir istrinya, walaupun itu di depan anak laki-lakinya.
Setelah Minho melepaskan tautan bibir mereka, kini Jiholah yang mendekati Sulli dan mencium bibir Sulli, sama seperti apa yang dilakukan oleh Minho tadi. “Selamat ulang tahun eomma!” Ucap Jiho setelah ia melepas ciumannya pada Sulli.
“Terimakasih sayang, kalian adalah kado terindah untukku.” Ucap Sulli penuh haru. Dia menatap Minho dengan tatapan penuh cinta, tatapan yang sudah beberapa waktu yang lalu redup karena digantikan dengan tatapan kosong penuh kesedihan.
“Makanlah, kita akan ke tempat yang kau inginkan setelah makanan ini habis!” Perintah Minho.
Dengan senang hati Sulli memakan masakan yang sudah disiapkan oleh suaminya. Dia sangat bersemangat karena kehadiran separuh jiwanya itu. Sulli bersyukur karena doanya telah dikabulkan, Tuhan telah mengembalikan separuh jiwanya itu. Namun Sulli ingat bahwa itu hanya berlaku di hari ulang tahunnya saja, hanya satu hari.
“Oppa setelah ini kita akan pergi ke taman bermain!” Ucap Sulli yakin.
“Iya sayang, kita akan ke sana.”
Sulli tersenyum bahagia, Minho benar-benar menepati kata-katanya. Mereka akan pergi kemanapun Sulli ingin pergi dan dia sudah memutuskan untuk pergi ke taman bermain, dia ingin menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang di taman bermain. Dia ingin agar mereka bisa mengukir kenangan indah dengan penuh canda tawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONE-SHOT (SULLI)
FanfictionIni isinya ff Sulli baik yang udah pernah dipost di blog ataupun yang baru. Aku berharap dengan adanya ff ini bisa ngobatin kangennya kita sama Sulli. Aku gak akan berhenti nulis ff tentang Sulli.