Part 2

16.7K 738 48
                                    

Kehadiran Hella merubah sedikit demi sedikit kehidupan pria bermarga Jeon itu. Jika biasanya ia akan bangun teramat pagi guna menyiapkan sarapan untuknya dan Sean, serta menyiapkan baju kerja yang akan ia kenakan. Kini netra itu mengatup lebih lama, sebab seluruh pekerja dengan hebat dihandle oleh Hella.

Ketukkan pintu mengusik rungu Jungkook, bukannya bangun ia justru semakin mengeratkan pelukkannya pada guling. Sementara diluar sana Hella tengah menunggu Jungkook, ia naik ke lantai atas sebab ia telah selesai membuat sarapan bahkan Sean sudah siap duduk dikursi makan. Tak kunjung mendapat jawaban dari Jungkook serta jam yang terus berjalan ke arah kanan membuat Hella kembali ke dapur, ia tersenyum manis manakala mendapati Sean yang tengah duduk terdiam dengan posisi sangat menggemaskan.

Bocah kecil itu terlihat sangat lucu dan manis, seluruh wajah Jungkook tercopy dengan sempurna pada iras tampannya. Hidungnya pun memiliki bentuk yang sama, serta bibir tipis dan tak lupa mole kecil dibawah bibirnya sungguh semakin menambah manis buntalan semata wayang pria Jeon itu.

"Daddy belum bangun, Sean sarapan sendiri ya. Bibi akan menyuapimu, bagaimana?" Tawarnya halus namun mendapat penolakkan dari Sean, pun Hella menghembuskan nafasnya kasar. Mengusap lembut kedua pipi buntalan menggemaskan itu.

"Sean tidak pernah sarapan sendiri, daddy selalu menemani Sean sarapan. Apakah bibi Hella bersedia menggantikan daddy pagi ini atau pagi yang akan datang jika daddy masih terlelap? Sean tidak dapat makan sendirian bi, Sean tidak suka makan sendirian." Suaranya sangat manis dan menggemaskan, bibirnya mengerucut kedepan membuat Hella gemas bukan main. Pun ia mengangguk, menyempatkan untuk mengusap pucuk kepala bocah kecil itu sebelum mendudukkan diri.

Hal manis terjadi untuk kali pertama, dimana Hella sarapan bersama dengan Sean. Keduanya terlihat sangat menikmati sarapan mereka. Sementara Jeon Jungkook sebenarnya sudah bangun, ia memperhatikan dari lantai atas.

Tersenyum konyol kala dengan kurang ajar membayangkan Hella adalah ibu kandung Sean. Terkikik pelan sebelum kembali melangkah kakinya ke lantai atas, masuk dalam kamar tanpa mengunci pintu sebab ia tahu Hella akan kembali ke atas untuk membangunkannya.

**

Hella menggenggam erat jemari mungil Sean kala mengantarkannya ke sekolah. Tak lupa menitipkan pada guru disana. Salah seorang guru dengan name tag bernama Hyera, ia nampak memperhatikan Hella dengan seksama kala meminta tolong untuk menjaga Sean.

"Apakah anda istri Jeon Jungkook? Ibu kandung Sean?"

Netra Hella melebar sempurna, ia berniat menggeleng guna menanggapi pertanyaan Hyera. Namun Sean berpamitan serta mencium lembut punggung tangan Hella, pun atensinya teralih pada Sean. Ia berjongkok berlalu memeluk erat tubuh mungil itu, mengusap sayang surai Sean yang sudah tersisir rapi.

"Sean tidak boleh nakal, harus mendengarkan apa kata ibu guru. Jangan lupa menunggu jika daddy belum datang ya, jangan kemana-mana sebelum daddy datang."

Pun bocah kecil itu mengangguk, berlalu Hella melambaikan tangan masih dengan atensi tertuju penuh pada Sean yang kini sudah masuk ke dalam kelas. Hella menghembuskan nafasnya tenang, setidaknya tugasnya sudah berkurang satu persatu.

"Permisi nona?" Suara Hyera mengalihkan pandangan Hella, pun ia berbalik tersenyum kaku seraya mengerlingkan irasnya. "Anda istri Jeon Jungkook?" Lagi pertanyaan sialan itu membekukan otak Hella, ia memilih menggeleng sebab memang kenyataannya ia bukanlah istri Jeon Jungkook.

"Selama Sean bersekolah disini, kami belum pernah sekali pun bertemu dengan ibu kandungnya. Sementara data sekolah hanya mencatat nama Jungkook sendiri. Oh iya, aku teman sma Jungkook. Tapi yah, aku sulit sekali mengetahui kenapa mantan teman sebangku-ku itu. Dia sangat amat menyembunyikan ibu kandung Sean. Aku hanya sedikit khawatir, mengenai Sean. Semoga dia bukanlah anak yang lahir tanpa ibu." Ocehan Hyera membuat iris Hella melebar sempurna, bagaimana bisa seorang guru dapat berbicara seperti itu pikirnya. Namun Hella memilih tak mengambil pusing, ia segera berpamitan.

DODGY (M) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang