03. Sakit

1 1 0
                                    

Jika hadirku tak pernah di anggap lalu untuk apa aku masih bertahan hidup.

Clarisa Azelia Danilova

****

Di hari senin ini ku sempatkan waktu buat sarapan di bawah.


"Angga sayangggg sini jangan lari lari bunda capek nih!" terdengar jeritan bahagia dari bawah

Clarisa bangun dan segera sarapan lalu pergi ke sekolah.

Aku makan sanwidch dengan perasaan campur aduk antara sedih atau bahagia. Aku bimbang dengan semua ini kenapa Angga selalu di sayang dan di manja, apakah aku anak yang tak di inginkan.

"Heh kamu antar Angga sampai sekolahnya jangan sampai ada lecet sedikit pun di badannya" ucap Eva dengan nada penekanan

"Memangnya saya pembantu kamu?" ucap Clarisa santay

"Kamu berani bantah saya ya, dasar gak punya sopan santun!" jawab Eva sinis

"Oh tentu, orang tua saya memang tak mengajarkan saya sopan santun" elak Clarisa

"Bunda ayok keburu Angga telat" rengek Rangga namun segera Eva berlari kecil Rangga hanya melongo

"Kakak anterin Angga ya" Angga memohon agar dia dapat pergi ke sekolah

"Masuk mobil" ucap Clarisa dingin

Di perjalanan Clarisa hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong

"Kakak siapanya bunda?" tanya Rangga polos

"Bukan siapa siapa nya"

"Kenapa bunda marahin kakak" tanya Rangga lagi

"Keluar" ucap Clarisa

"Makasih ya kak udah anterin Angga sampe sekolah" Rangga berterima kasih damun hanya di jawab Clarisa dengan deheman sebelum dia keluar dia bicara "Rangga tau kalo kakak pasti sedih pas di marahin bunda" batin Rangga lalu keluar dari mobil Clarisa

(namanya Rangga tapi di panggil Angga)

Clarisa dengan cepat mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata rata.

Kini dia sedang menangis sambil mengendarai mobil dengan kecepatan 420.

"Sebenarnya aku ini siapa? Aku tak pernah di anggap di keluarga itu, kenapa kalian slalu membeda bedakan aku dengan orang lain hah, aku benci semua ini!!" ucap Clarisa

"AAAAAAAAA" Clarisa berteriak lalu 'Brakkk' bunyi kecelakaan mobil terdengar sangat nyaring di jalanan itu itu

Sementara di sisi lain ayah Clarisa bingung karena tidak biasanya dia belum pulang sampai selarut ini

Suara telepon bergetar sejak 2 menit yang lalu, Daniel bingung ketika dalam kondisi seperti ini ada yang nelfon pikirnya

"Apa!! Baik saya segera kesana sekarang" ucap Daniel setelah itu memanggil semuanya untuk pergi ke rumah sakit

"Ada apa sih ayah kok ngebut banget bawa mobilnya, buru buru amat lagi" tanya Eva dengan sedikit ketakutan

"Clarisa kecelakaan dan dia kritis" ucap Daniel sambil fokus menyetir

"Bagus kalau gitu, kenapa gak sekalian mati saja anak itu" ucap Eva lalu melipatkan tangannya di depan dada

Setelah sampai di rumah sakit Daniel begitu ngos ngosan mencari ruangannya, bisa gawat jika neneknya tau bahwa Clarisa kecelakaan

"Dok bagaimana kedaan putri saya" tanya Daniel kepada dokter itu

"Dia kritis dan banyak luka memar di tubuh nya" ucap dokter itu memberi penjelasan

"Boleh saya kedalam" tanya daniel lalu hanya di beri anggukan saja

"Menyusahkan saja" cibir Eva yang sudah melihat kondisi Clarisa saat ini juga

"Jangan sampai ibu tau kedaan anak ini, bisa bisa perusahaan di ambil alih" gumam Daniel yang sudah was was

"Udahlah pah, yuk kita pulang angga udah nunggu di mobil" ucap Eva lalu pergi pergi meninggalkan kamar itu

Sekarang hanya ada Clarisa disitu, deru nafas nya teratur seperti putri salju yang sedang tidur.

Di lain sisi Devano sudah gusar bolak balik karena dia sangat khawatir terhadap Clarisa, ntahlah dia mencintai atau tidak tapi yang jelas saat ini fikirannya hanya tertuju kepada gadis mungil itu.

"Vano kenapa sih mondar mandir gak jelas kamu" tanya Dave ayah Devano

"Pah perasaan aku gak enak aja dari tadi"

"Mikirin siapa sih kamu" tanya Dave lagi

"Cewek yang ada di kelas Vano pah" ucap Devano

"Udah kayak jaman papa dulu, suka banget mikirin mama kamu"

Tiba tiba Dinda ibu devano datang "Masa sih papa dulu mikirin mama" goda Dinda

"Tau ah Vano mau pergi"

"Ye ngambek tu anak" ejek Dave

*****
Sekarang Devano sudah berada di kafe tempat biasanya dia melamun, sekarang dia sedang melihat ke arah jendela sambil mengaduk makanannya.

"Kok gw malah mikirin Clarisa ya, aneh" batin Devano

"Hai bro apa kabar"sapa Galang

"Gw baik

"Lo udah tau belum berita ada yg kecelakaan kemarin di jalan" ucap Galang dengan heboh yang membuat pelanggan kafe melihat ke meja Galang dan Devano

"Kecilin suara lo, emang siapa sih yang kecelakaan" tanya Devano

"Warna mobilnya Merah"

"Kok sama kayak mobil Clarisa" gumam Devano

"Trus ciri ciri nya gimana lagi" tanya Devano

"Mobilnya mobil sport dan cewek itu rambutnya panjang terurai" ucap Galang lagi

"Dia di rawat di rumah sakit mana?" tanya Devano

"Rs.Harapan Kasih"

"Kalo gitu gw pergi dulu ada urusan" ucap Devano menyerahkan duit seratus kepada Galang lalu bergegas pergi

"Hati hati" teriak Galang dari kejauhan

..........

Sekarang devano sudah berada di rumah sakit dan segera ke administrasi untuk menanyakan.

"Mba apakah ada pasien yang bernama 'Clarisa Azelia" tanya Devano kepada mba kasir itu

"Tidak ada mas adanya pasien yang bernama 'Clarisa Azelia Danilova'

"Yaudah tunjukan ruangannya"

"Mas tinggal lurus lalu belok kanan dan di atas nya ada nomor 40 ruangan VIP"

"Terima kasih mba"

Devano menelusuri lorong rumah sakit dengan rasa khawatir

'Nah ini dia kamarnya' gumam devano

"Per-"
"Clarisa kenapa kamu bisa begini" ucap Devano begitu khawatir

"Maaf pak Clarisa jangan terlalu di ganggu karena sekarang pasien sedang kritis" ucap suster itu

Ntah kenapa hatinya sesak melihat kondisi Clarisa yang berbagai macam infus ada di tangannya dan ada peralatan di dadanya untuk menormalkan detak jantungnya

Selanjutnya ada di chapter berikutnya ya oke :)

26 januari 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

°CLARISA°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang