———3 years ago.
.
.
.
"a-argh! lo bisa ngobatin gak sih?!" kesal rangga. saat luka yang sedang diberikan obat terasa begitu perih.
"a-ah, iya maaf kak. ini aku obatin pelan-pelan kok" ucap tania. dengan sedikit gemetar setelah mendapat bentakan dari kakak seniornya yang terkenal galak itu.
"yaudah cepetan! obatin yang bener!" ucap rangga dengan nada tinggi.
tania mengangguk. "iya kak.." sahut tania pelan.
dirga memukul kepala rangga. "heh! sama cewek aja galak begitu lo!"
rangga merintih kesakitan. "salah dia lah! ngobatin luka kayak gini aja gak becus" omel rangga.
"jangan begitu juga lah gila, ya lo?! kasian tuh ketakutan sama lo!"
rangga menepuk pundak tania. "lo takut sama gue?" tanya rangga.
tania mendangak ke atas menatap wajah kakak kelasnya itu. lalu, menggelengkan kepalanya. "enggak" jawab tania singkat.
rangga tersenyum kearah dirga. "lihatkan? dia gak takut tuh sama gue" ucap rangga.
dirga menjitak dahi rangga. "heh bego! mana ada yang mau ngomong jujur gitu aja!" kesal dirga.
"dek, lo jujur aja deh. lo takutkan sama dia?" tanya dirga pada tania. dengan telunjuknya mengarah pada rangga.
tania hanya diam tidak menjawab dan tetap fokus mengobati luka dikaki rangga. tania sebenarnya malas sekali saat dipanggil oleh teman anggota eskul PMRnya untuk mengobati rangga. karna, selain tania tidak ada yang berani untuk berhadapan dengan rangga. walau sekadar mengobati lukanya saja.
"eh dek, jawab dong. lo takutkan sama rangga?" tanya dirga lagi.
tania hanya menggelengkan kepalanya.
dirga mengernyitkan dahinya. "serius lo gak takut?"
tania hanya menganggukkan kepala.
"kok lo gak takut sih? barusan abis dibentak, lo tetep gak takut juga?"
"ah, bacot banget sih lo! udah sono ah keluar aja!" kesal rangga.
"ah, nanti dulu! eh, dek jawab dong!" ucap dirga.
"dia pasti takut sama gue. mana ada yang gak takut sama seorang rangga!" ucap rangga membanggakan dirinya.
tania pun bangkit dan menatap rangga. "aku gak takut sama kak rangga" ucap tania dengan lantang dan jelas.
"kalau aku takut, luka kakak gak akan aku obatin. soal dibentak tadi? aku udah sering dibentak jadi itu hal biasa buat aku" tambah tania.
tania pun meninggalkan rangga dan dirga yang masih terdiam kaget.
"wah, dia anak kelas 10 tapi berani sama lo! salut gue!" ucap dirga.
rangga masih terdiam. matanya terus memperhatikan tania yang saat ini sedang sibuk merapikan kembali obat yang tadi ia gunakan untuk mengobati luka rangga.
"woi, rang!" teriak dirga.
"ah, apaan sih?!" kesal rangga.
"ngeliatinnya gak usah sampe segitunya kali. inget, udah punya aurel!" ucap dirga.
"udah sono lo duluan ke kelas!" omel rangga.
"bareng lah ayo!" sahut dirga.
"gak! lo duluan aja. gue masih mau ngadem disini" kata rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
after rain
Teen Fiction[18+] 𝐝𝐢𝐚 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚.