reda; 2

104 6 3
                                    

air mata tania semakin deras mengalir. sesampainya dirumah setelah menemui rangga, ia mengunci dirinya didalam kamar. meluapkan kesedihan yang ia rasakan setelah mendapat perlakuan yang begitu mengecewakan dari lelaki yang sudah ia sukai sejak lama itu.

"kenapa sih rang, lo gak pernah sadar kalo gue ngelakuin semua ini karna sayang sama lo! gue cinta sama lo, rang!" teriaknya sambil terisak.

"mungkin cuma gue.."

"cuma gue yang ada perasaan sebesar ini sama lo.."

"tapi, lo gak pernah ada perasaan apapun sama gue.."

tania membekap wajahnya dengan bantal supaya suara tangisnya tidak terdengar oleh ayah dan bundanya ataupun bi ayum.

































tok! tok!







































"sayang, itu diluar ada rangga" teriak mesya—bunda tania.

"tania, kamu lagi apa didalam? itu ada rangga diluar nunggu kamu"

"tania, sayang.."
























tok! tok!

































"tania, buka pintunya nak" ucap mesya. berusaha memanggil putri sematawayangnya agar membukakan pintu kamar.

"tania, itu kasian loh rangga nungguin kamu"

"kamu denger suara bunda, kan?"

"denger bunda. bilang aja tania lagi gak enak badan" sahut tania.

"kamu ada apa sama rangga? boleh bunda masuk?"

"tania mau sendiri dulu bunda.."

"sayang, cerita sama bunda. dipendam sendiri gak akan buat kamu bisa lega"

"ayo, buka pintunya sayang"

akhirnya, tania pun luluh oleh ucapan sang bunda. ia pun membukakan pintu untuk bundanya masuk ke dalam kamar.

mesya terkejut melihat wajah putrinya yang sangat kacau. "yaampun sayang, kamu kenapa? kok sampai sedih begini sih?"

tania memeluk bundanya sangat erat. air matanya pun kembali menetes begitu deras. "tania yang salah bunda. tania yang salah.."

mesya mengajak tania untuk duduk diatas kasur. mengelus lembut rambut putrinya untuk berusaha menenangkannya.  "coba ceritain pelan-pelan ke bunda, nak. tapi, jangan pakai air mata lagi" mesya mengusap air mata dipelupuk mata dan pipi tania.

tania menarik nafas panjang. menghembuskannya secara perlahan. "tania gak suka sama hal-hal buruk yang sering rangga lakuin. tania marah besar ke rangga. tania cuma gak mau rangga kenapa-napa, bunda" jelas tania. dengan berusaha menahan air matanya.

mesya tersenyum. mencium pucuk kepala tania. "kamu gak salah kok sayang. wajar kalo tania khawatir karna rangga sahabat tania. tapi, tania harus tau. memang semua hal yang dilakukan oleh oranglain gak bisa semuanya bisa kita terima. karna pandangan setiap orang sangat berbeda-beda. bisa jadi hal yang dilakukan rangga itu memang suatu hal yang rangga butuhkan tapi tidak buat tania. dan begitu juga sebaliknya. tania boleh mengingatkan rangga tapi tidak untuk memaksa"

"marah bukan jalan terbaik untuk membujuk seseorang. ingatkan dia kalau masih banyak hal yang lebih baik selain yang dilakukan sekarang ini. ajak dia untuk melakukan kegiatan yang lebih positif. kalau tania cuma marah-marah aja, itu gak akan bisa ngerubah rangga menjadi lebih baik" jelas mesya.

after rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang