rasa; 5

64 4 2
                                    

.

.

.

.

hari ini, waktu terasa cepat sekali berlalu. tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 4 sore yang berarti waktu untuk semua murid kembali kerumah masing-masing.

saat ini, tania dan alpin berjalan beriringan menuju perpustakaan. mata disekitarnya seakan menatap seraya bergunjing entah apa. mungkin karna yang berada disebelahnya itu termasuk lelaki yang cukup populer karna kepintaran dan juga ketampanannya. namun, tania tak mempusingkan hal itu. karna ada hal besar yang butuh ia fokuskan, yaitu olimpiadenya.

sesampainya diruang yang penuh oleh buku itu, hanya ada beberapa murid yang sedang mengerjakan tugas ataupun sekadar membaca buku. dan juga seorang wanita yang masih cukup muda dengan tugasnya menjadi penjaga perpustakaan.

"tan, tunggu disini sebentar gakpapa, kan? gue disuruh jemput bu rina dikantor" ucap alpin.

tania mengangguk. "oh, iya gakpapa kok"

setelah alpin meninggalkannya, tania pun meraih sebuah buku tebal yang berisi kumpulan rumus-rumus. ia fokus membaca dan memahaminya.
























tok! tok!


























seorang cowok mengetuk pintu dan memasuki perpustakaan. mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ia tuju. setelah mendapatkan dimana prang itu berada, ia pun berjalan sangat perlahan sampai tak ada suara langkah kaki.

ia menyentuh bahu cewek yang sedang fokus dengan bukunya itu dengan pelan.

"loh, cepet banget jemput——"

ucapannya terhenti ketika melihat siapa yang sedang berdiri dibelakang tubuhnya saat ini. matanya terbelalak seakan tak percaya.

"k-kak rangga?!" kaget tania. rangga reflek membekap mulut tania. ia menempelkan telunjuknya didepan mulut.

"sst, jangan berisik!" ucap rangga pelan.

tania mengernyitkan dahinya. "ngapain kesini?!"

rangga mengangkat plastik yang ia bawa. lalu, ia letakkan dimeja. "itu, gue beliin cemilan buat lo. biar otak lo lancar belajarnya" ucap rangga.

degup jantung tania kini tak beraturan. mendapat perlakuan semanis itu dari orang yang ia sukai. rasanya seperti mimpi namun ini benar-benar nyata sekali.

tania membuka plastik yang diberikan rangga padanya. "ih, kenapa banyak banget?!"

rangga kembali membekap mulut tania. "dibilang jangan berisik! suara lo pelanin!"

dibandingkan menggubris apa yang diucapkan rangga padanya. tania malah terfokus dengan aroma wangi tangan rangga pada saat membekap mulutnya. wanginya begitu menenangkan untuknya. ia suka, sangat menyukainya.

"gue tunggu lo diwarung samping sekolah, oke?" ucap rangga. lalu, dijawab dengan anggukan oleh tania.

"gue cabut ya. hati-hati lo diapa-apain sama alpin" ucap rangga. lalu, berlalu pergi meninggalkan ruangan.

wajah tania memerah. senyum yang sejak tadi ia tahan kini dapat ia ekspresikan dengan bebas. ia terus menggigit bibir bawahnya. bahagia yang teramat sangat baginya walaupun hal sekecil itu yang dilakukan rangga padanya.

"argh! seneng banget!" ucapnya pelan.

tak lama, alpin dan bu rina pun datang. dengan alpin membawa beberapa buku ditangannya.

after rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang