Prolog

12 2 3
                                    

Sakitnya harga diri yang telah diinjak-injak, membuat Jesslyn hampir putus asa. Hidup di perkotaan yang jauh dari kampung halamannya membuatnya semakin antisosial dan introvert. Jesslyn terus berharap pada Tuhan agar diturunkan malaikat yang bisa menerima dirinya apa adanya.

Jesslyn teringat Mama dan adiknya di kampung halamannya, ia terus berandai. Andaikan Papanya masih ada, mungkin Mama dan adiknya tidak akan terlantar. Jesslyn heran, mengapa Mamanya tetap tegar dan tidak pernah menyalahkan takdir? Padahal ia pun tahu, diam-diam Mamanya menangis di kamar saat dia dan adiknya berangkat sekolah dan kembali ceria ketika sore hari.

Mama yang tetap ke gereja setiap hari Minggu, Mama yang tetap ta'at pada agamanya, Mama yang tak pernah berhenti mendo'akan anak anaknya. Sedangkan ia bahkan pernah hampir tidak beragama karena saking putus asa nya sebab jalur hidupnya yang terkesan selalu rumit dan pahit.

"TUHAN! Kenapa hidupku serumit ini?! Dosa apa yang diturunkan nenek moyangku, sehingga keluargaku mendapat ujian demi ujian??? Jika Kau memang ada, berilah aku seorang malaikat penopang keputusasaan ku.. Kumohon Tuhan,," rintihnya setiap kali hatinya terombang-ambing kegelisahan yang seakan tak berbatas.

Jesslyn sebenarnya tak pernah membenci Tuhan, namun kepergian Papanya tanpa jejak dan tak pernah kembali membuat nuraninya luluh lantak dipenuhi rasa kecewa yang mendalam terhadap takdir Tuhan.

***
Next??

Indahnya Restu MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang