Jesslyn Amoura

10 1 1
                                    

Aku terlahir sebagai anak pertama, umurku 16 tahun dan kini aku menginjakkan kaki di kelas XI IPA 3. Aku bersekolah di salah satu SMA elit di Medan, bukan karena aku anak orang kaya yaa.. melainkan karena beasiswa yang ku dapat dua tahun lalu sejak SMP. Aku bukan gadis cantik yang perfect dalam segala hal, bukan casanova sekolah apalagi murid teladan.

Jesslyn Amoura, adalah nama yang diberikan Papaku semenjak masih di kandungan Mama. Aku adalah orang aneh, itu kata mereka. Orang aneh dengan keluarga bercabang agama.. Papa adalah seorang muslim, namun Mama adalah kristiani. Aku?? Tentu saja mengikuti Mama, karena sosok Papa yang menghilang tanpa pernah ku tatap sosoknya. Jujur aku rindu Papa, aku ingin seperti teman sebayaku, memiliki keluarga harmonis dan selalu ada.

Aku memang mencintai agamaku, namun bukan berarti ketika tiada sosok Papa membuatku ikut membenci agama Papa. Jujur aku tulus mencintai kepercayaan Mama dan Papa, bahkan aku sangat mencintai Tuhan kami.

Aku yang selalu tertarik mendengar cerita cinta Mama dan Papa 21 tahun silam. Tentang perbedaan bukanlah akhir dari suatu kebajikan, meski untuk melakukannya perlu berkorban, mengorbankan banyak hal bahkan keluarga.

Aku tak punya kelebihan apapun selain suka membaca dan memiliki otak yang lumayan pandai (jangan dibully yaa✌). Aku bukan orang yang memiliki kepribadian ganda, namun terkadang dikalkulasi terkesan introvert sekaligus ekstrovert dalam satu waktu.

Untuk lebih mengenalku, panggil aku Jessy. Aku tak mempunyai sahabat, dimanapun itu. Hanya ada beberapa teman yang mau duduk bersamaku. Ada Tasyira Istara, teman sekelasku yang notabene sekretaris OSIS dan ada Reina Abkhary, anak bahasa yang kebetulan anggota rohis. Perbedaan agama tak membuat kami merasa asing, mereka menganggapku tak hanya sekedar sahabat.. namun kami adalah keluarga. Namun entah kenapa betapa sulitnya aku mengakui mereka adalah sahabatku.

Kesakitan hidup sejak aku mengenal lingkungan ku, menyebabkan aku begitu malas untuk berinteraksi dengan orang lain. Aku yang sejak kecil dianggap 'anak pembawa sial' yang menyebabkan Mama kehilangan papa demi merawatku. Meski Mama berulang kali berkata bahwa aku adalah hadiah terindah dari Tuhan untuk Papa dan Mama, bagi Papa aku adalah malaikat kecil pelengkap bahtera pernikahannya dengan Mama. Tetap saja, aku masih merasa putus asa ketika cuitan tetangga terus terdengar bahwa aku adalah 'pembawa sial'.

***
Maaf perkenalannya pendek. Next??

Indahnya Restu MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang