part 2

9 0 0
                                    

Pagi ini, entah kenapa matahari rasanya enggan untuk menampakan diri sehingga tak ada sedikitpun cahaya matahari yang berhasil menerobos ruangan yang bernuansa kream dan putih itu.
"Adhara, bangun dong. Bunda nungguin tu, kan mau sekolah." Terdengar satu teriakan begitu keras sehingga membuat tidur Adhara terganggu.
"Brisik bocah." Bales Adhara dari dalam kamar.
"Kakak, ayo bangun nanti kalo lu kesiangan gua juga ke siangan Adhara Clemira Afsheen." Adiknya yang hanya berbeda satu tahun terus saja mengetuk pintu, tapi lebih tepat disebut menggedor daripada mengetuk.
"Iyaiya, anak kecil ga bisa bawa mobil gini ni. Udah iya, gua bangun tapi gua mandi bentar." Akhirnya Adhara terpaksa untuk bangun dan menyumpahi adiknya dengan sumpah serapahnya.
Adhara pun keluar dari kamar mandi dan sudah siap untuk berangkat sekolah, lalu ia turun ke ruang makan.
"Pagi bun, pagi yah." Sapa Adhara hangat, namun tidak ada jawaban apapun, haruskah Adhara mendapatkan hal ini di pagi hari Adhara ya tuhan itu yang ia ucapkan dalam hatinya. Adhara berusaha untuk tak mempermasalahkan itu apalagi sampai meneteskan air mata.
"Raya, ayo sayang sarapan." Melihat Adhara sudah ada di tempat duduknya bunda nya yang bernama Kyra Pratibha Melanie ini pun memanggil anak kesayangannya.
"Dasar anak kesayangan." Adhara menggerutu pelan, sayangnya hampir terdengar oleh ayahnya Aldebran Fakhir Raffael kerap di panggil Raffael.
"Apa kamu bilang?" Dengan nada menyentak, lagi lagi air mata Adhara berhasil lolos terjun melewati wajahnya yang sangat cantik.
Adhara tak menjawab pertanyaan ayahnya melainkan kembali fokus kepada roti yang ia makan. Adhara menyelesaikan sarapan secepat mungkin.
"Dhara udah selesai, dhara berangkat." Adhara langsung mengambil tas nya kemudian pergi tanpa salam.
"Dhara adik mu belum selesai sarapan, masa kamu tinggalkan." Terika Kyra bundanya dari meja makan.
Adhara pun kembali namun hanya melihat orang tuanya beserta satu adik manjanya dari jauh.
"Berangkat sendiri aja, udah gede kan. Tuh kunci motor kakak digantung diatas meja belajar kalo gengsi pake motor sendiri." Jawab Adhara ketus lalu kembali berjalan menuju mobilnya.
"Adhara, ayah tak pernah mengajarkan ini." Ayahnya berteriak marah namun Adhara tak memperdulikan nya.
Adhara pun masuk ke dalam mobil.
"Okey, girl. Keluarga mu memang tak menyayangi mu tapi bukan jadi alasan kamu untuk putus semangat. Semangat Adhara Clemira Afsheen, hari yang indah menuggu mu." Adhara bermonolog sebelum ia mengeluarkan mobil yang ia kendarai dari garasi.
Setelah adhara berkendara selama 30 menit, akhirnya ia sampai di sekolahnya yaitu SMA pelita harapan bangsa. Dimana di sana hanya anak anak yang memiliki tingkat kecerdasan sangat tinggi dan juga orang orang yang menengah keatas yang bisa masuk ke sana. Adhara sendiri tak menyangka bisa bersekolah disana.
"Okey Adhara, ini hari pertama di semester terakhir mu. Harus semangat." Adhara lagi lagi bermonolog ketika iya akan berjalan menuju kelasnya.
Seperti biasa, Adhara yang merukapan siswi cantik dan elegan ini selalu menarik perhatian siswa dan siswi SMA pelita bangsa.
"Woy, lemes banget lu." Ujar seorang laki laki yang tiba tiba datang menghampiri nya.
"Hah? Ga kok gua ga lemes." Bantah Adhara
"Boong banget alah, udah ah gua duluan." Laki laki itu pun meninggalkan adhara seorang diri. Adhara menembuskan nafas kasar kenapa selalu ada aja tu orang ya, padahal gua kenal juga kagak itulah yang ada di benak Adhara.
Adhara terus melanjutkan jalan menuju kelas nya. Memang seharusnya Adhara sudah merasa tidak aneh dengan siswa ataupun siswi yang bertingkah seolah olah ia sangat akrab dengan dirinya tapi bagi Adhara ini semua tetap saja hal baru. Sampai ketika ia akan masuk ke dalam kelas,

"ADHARA CLEMIRA AFSHEEN."

.....
Thanks for reading, tunggu kelanjutannya ya;b

Harus Aku!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang