Mulailah meraih, ingat kegagalan adalah awal dari keberhasilan
-Hana afraletta sabrina-
Gadis berambut coklat bergelombang itu kini menjadi pusat perhatian. Jarang-jarang Hana berada dikantin sekalinya ke kantin tidak akan lama.
Ia berjalan ke penjual minuman disana. Percayalah cowok yang sedang mengantri langsung memberikan jalan untuk Hana seperti diistimewakan oleh para kaum adam membuat Hana tidak disukai banyak siswi disini
"Pak es jeruknya empat yaa" kata Hana pak penjual minuman sebut saja pak bandi.
"Siap neng Hana" ucap pak bandi semangat membuat yang mengantri terkekeh melihatnya.
"Nih neng, semua jadi delapan ribu" ucap pak bandi seraya memberikan pesanan Hana.
"Nih pak makasih yaa" kata Hana lalu pergi dari stan minuman menuju lapangan basket.
Langkahnya yang tergesa-gesa membuat beberapa sebagian orang melihatnya binggung. Bagaimana tidak binggung Hana berjalan cepat dengan keadaan menunduk membuat sebagian kaum adam terkekeh melihatnya.
Bruk..
"Akhhh!" Pekik Hana.
Semua orang yang melewati lorong gedung C hampir memperhatikan dua insan yang kini sama-sama terjatuh. Lebih tragis lagi Hana terkena minumannya sendiri hingga seragamnya berwarna kuning akibat es jeruk yang ia bawa.
Cowok yang terjatuh bersamaan dengannya menatap Hana dengan sengit. Ia segera bangkit dan memungut susu kaleng miliknya.
"Shit up!" Ucapnya penuh penekanan.
Hana mendongkak ke atas dilihat cowok bermata coklat itu menatap dirinya bak seorang mangsa yang siap diterkam membuat Hana ketakutan bukan main.
"Ma-maaf aku gak sengaja" ucap Hana terbata-bata.
"Lo punya mata dipake!" Bentaknya keras.
Semua orang yang mendengarnya tersentak kaget mereka memang tak asing dengan kemarahan seorang Theo rajendra reviel. Ia tidak akan memandang bulu untuk membentak orang sekalipun itu guru.
Hana gadis itu sudah terisak sedari tadi. Kumpulan orang mulai menggerumuninya dan juga Theo bahkan Aiko ikut melihat kejadian tersebut.
"Hana Hana gue nyuruh lo buat beli minum bukan buat keributan, dasar gak guna!" Bentak Aiko.
Kerumunan itu menarik perhatian seorang yang tengah memegangi bola basket ditangan kanan nya. Ia sedikit melirik gadis yang terduduk dibawah tanpa ada satu pun orang yang membantu nya.
Cklek
Byurr...
Susu coklat yang digengam oleh Theo ia tumpahkan tepat dirambut Hana yang sedang menunduk. Semua orang menganga sambil menutup mulutnya masing-masing, Theo ini benar-benar tidak pandang bulu meskipun itu gadis yang lugu.
"Ini akibat nya lo berurusan sama gue" ucap theo setelah itu pergi meniggalkan Hana yang semakin terisak tangisan nya.
Semua yang berada disana menyoraki Hana setelah itu ikut bubar meninggalkan Hana sendirian. Tapi kali ini tidak dengan cowok yang memegangi bola basket tersebut ia menghampiri Hana dengan wajah datarnya.
"Sadar lo itu bodoh, jangan tambah bodoh dengan cara mereka memperlakukan lo" ucap nya.
Hana mengenali suara itu. Dia Devano cowok yang sudah beberapa hari terakhir ini ada dipikiran bahkan nyata didepan matanya. Gadis itu segera bangkit dan berusaha menjauhi Devano sebelum semakin lama semakin jauh harapan nya.
"Mau kemana huh!?" Tanya Devano dengan nada tinggi sambil mencengkram erat lengan Hana.
"Ma-maaf lepasin Hana" ujar Hana dengan tetesan air mata yang terus mengalir.
Devano menaiki satu alisnya mencoba membaca name tag yang berada diseragam gadis dihadapan nya ini.
"Hana afraletta sabrina?" Ujarnya sambil membaca name tag tersebut.
Hana semakin menunduk ia tak kuasa menahan sakit hati untuk hari ini. Tuhan-- kapan kau datangkan kebahagian untuk ku ujian mu begitu sulit untuk ku Batin Hana.
"Ck, pulang" titah Devano pada Hana yang terdiam sambil menunduk.
Hari ini benar-benar membuat Hana hancur. Ia tidak menyangka jika akan menabrak seseorang itu bahkan melibatkan banyak orang yang malah membela lelaki itu, sungguh tidak adil.
Devano geram sedari tadi didiamkan oleh gadis bodoh dihadapannya ini. Dengan segera ia meraih tangan nya dan bergegas membawa nya menunju parkiran.
"H-hana gak mau pulang" ucap Hana takut-takut.
"Liat kondisi lo sekarang, bodoh!" Kesal devano sambil menghempaskan tangan nya.
Dengan keberani yang sejak tadi Hana kumpulkan sekarang ia ingin mengucapkan nya "u-untuk apa kamu peduliin Hana?"
Pertanyaan Hana membuat Devano diam. Benar juga untuk apa dirinya disini tanpa membuang waktu lagi ia segera melenggang pergi meninggalkan Hana yang masih tertunduk sambil menangis.
"Hana ya ampun!! Kamu kenapa lagi?" Suara itu milik Adelia.
Hana sedikit tersenyum setidaknya ia masih punya Adelia yang masih mau berteman dan membantunya. Ia tidak tahan ingin rasanya menghambur pelukan pada Adelia namun seragamnya yang kotor pasti akan membuat seragam Adelia ikut kotor maka dari itu ia memilih menunduk saja.
"Hana dibully lagi?" Tanya Adelia panik.
Hana menggeleng pelan. Ini kesalahannya bukan pembullyan meskipun benar tapi Hana ikut ambil salah dikejadian ini jadi tidak sepenuhnya ia korban bully kali ini.
"Hana gak sengaja nabrak orang tadi" ucap Hana.
"Yaudah gpp, kita ke loker Adelia yaa disana ada baju salin" ucap Adelia membuat Hana mendongkak menatapnya.
"Ma-makasih"
"Diantara persahabatan tidak ada kata terima kasih dan maaf" nasehat Adelia pada Hana yang kembali tertunduk.
"Pliss deh, Hana gak boleh nunduk terus mangkanya mereka ngincer kamu jadi bahan bullyan mereka" ucap Adelia.
"Ma-"
"Gak ada kata maaf Hana"
"Yaudah kita langsung ke loker aja"
□▪■¤■▪□
Btw greget gak sih? Ko aku yang nulis greget yaa sama mereka heuheuh...
Jangan lupa vote dan sarannya😉❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea
Roman pour AdolescentsKetika kau pergi Luka atas diri ku Akan hilang selembut azalea Meskipun aku mati,aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata mu jatuh. "Aletta? Gue suka nama lo." Kalimat itu mampu membuat seorang gadis diam mematung. Tentu saja hanya dia lah oran...