"Tersenyumlah semua akan baik-baik saja,percaya pada ku"
-hana afraletta sabrina-
Jalan menuju pulang terasa sangat sepi. Jarak menunju rumah hana cukuplah jauh meskipun sudah ditawarkan oleh adelia hana menolaknya dengan alasan 'adel sudah banyak membantu'.
Ia tidak ingin terus menerus menyusahkan adelia. Toh adelia hanya menganggapnya sahabat meskipun beberapa kali adelia selalu bicara jika hana adalah adiknya.
Dengan langkah lemas hana memasuki rumah yang sangat sederhana. Pintu coklat itu terbuka membuat jatung hana berdebar tidak karuan.
"Heh kamu sini!". Bentak anna mamah hana.
"A-ada apa mah". Tanya hana takut-takut.
"Mah mah enak aja kamu,jangan panggil mamah panggil tante aja". Ucap anna kesal.
Hana memandang sebentar ibunya. Selalu saja seperti ini rasanya tidak ada sosok ibu yang hana jumpai jika bertemu dengan bunda nya adelia.
"I-ya ada apa tante?". Tanya hana lagi.
"Jagain rumah saya mau keluar sebentar". Setelah menyelesaikan kalimatnya anna melesat pergi meninggalkan hana dirumah kecil yang menjijikan menurutnya.
"Salah hana apa ya tuhan". Hana memasuki rumah dengan lemah.
Ia berjalan menuju kamarnya yang sempit dan kumuh. Seperti biasa ia akan membersihkan dirinya setelah itu akan mencari makanan didapur jika tidak ada ia akan memilih tidur agar menghilangkan rasa laparnya.
Setelah selesai ia keluar kamar dengan memakai kaos putih dan celana trening hitam. Hana tersenyum ternyata masih ada telur dadar dan setengah nasi yang tersedia dipiring.
"Bismillah"
Acara makan pun telah selesai hana kembali ke dalam kamarnya. Meskipun hana tipikal orang yang jarang bergaul tapi ia masih memiliki ponsel yaa walaupun dari kelas sembilan smp.
Bahkan ponsel itu saja hadiah pertama dalam hidupnya. Saat itu anna tidak langsung memberikannya ia menaruh kotak pink soft diatas meja belajar hana.
Tidak disangka hana sangat menyukainya. Ia merawat ponsel tersebut untuk jaga-jaga jika ada tugas online dari guru atau sekedar mendengarkan music favorite nya.
"Baru jam setengah lima,hana keluar sebentar deh"
Dengan langkah mungilnya ia keluar dari rumah bernuasa coklat tersebut. Dilahat banyak ibu-ibu yang nampaknya sedang bercanda ria.
"Eh neng hana,mau kemana neng?" Tanya bu sulis.
Hana tersenyum hangat ke arah mereka membuat mereka tersenyum ketar ketir membayangkan jika hana menjadi menantunya.
"Cari angin aja bu,hana bosen didalem hehe"
"Yasudah hati-hati ya neng"
"Iyaa bu"
Hana memasangkan kedua earphone ke telinganya sesekali bersenandung mengikuti alunan musik yang sedang diputar. Ketika sampai ditaman komplek senyum hana mengembang melihat banyak bunga yang sedang bermekaran hari ini.
Dengan langkah kecilnya ia berjalan menghampiri bunga mawar yang sedang tumbuh sempurna. Jangan ditanya seberapa senangnya ia sekarang hana adalah orang yang sangat menyukai berbagai bunga termasuk azalea salah satu bunga favoritenya.
Mungkin karna sedikit lalai duri pada batangnya mengenai ibu jari Hana mambuat sang empu sedikit meringis.
"Shh bisa gini sih" gerutu Hana
Setelah itu ia bangkit setelah mengumpulkan beberapa tangkai bunga digenggamannya. Baru beberapa langkah tetesan hujan mulai terasa oleh Hana dengan cepat ia berjalan agar sampai rumah tidak terlalu kebasahan namun takdir berkata lain hujan semakin besar membuat Hana harus berteduh disebuah toko yang sudah tak terpakai.
Hana Pov.
Ku pandang orang-orang yang melintasi jalan perlahan memelankan laju kedaraannya. Sampai satu motor sport hitam berhenti tepat didepan toko yang ku pakai untuk berteduh.
Aku memperhatikannya sampai ia membuka helm fullsett yang ia kenakan. Jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya oh tunggu Dia-- sangat tampan tapi Aku merasa tak asing dengannya.
Ia berjalan mendekati ku tidak tidak melainkan ikut berteduh, Aku sendiri tidak bisa menormalkan detakan jatung ku terasa sakit namun ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini.
Aku tidak bisa berlama-lama disuasana akward dan orang asing disamping ku. Aku takut jika tiba-tiba ia menculik ku atau bahkan membunuh ku. Aku menggeleng pelan tidak mungkin pria sepertinya penculik atau pembunuh.
Aku melangkah pergi namun sebuah tangan menghentikan langkah ku membuat pikiran aneh tadi kembali memenuhi perasaan ku. Aku menoleh gugup sambil menunduk tak berani menatapnya.
"A-ada apa?" Tanya ku takut-takut.
"Hujan" katanya terkesan dingin dan menuntun.
Hujan? Tentu saja hujan maka dari itu aku ingin pergi tak ingin berlama-lama dengan suasana seperti ini.
"Ta-tapi aku ingin pulang" sahut ku.
"Ck" ia berdecak dan melepaskan genggaman tangannya dari ku.
Aku menatapnya sebentar dan tak lama tersadar jika seragam yang ia kenakan sama seperti punya ku. Itu tandanya kita satu sekolah disaka ada sedikit rasa senang dihati ku namun ku buang rasa itu jauh-jauh nampaknya ia sangat acuh dan dingin terlihat dari cara berbicaranya.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu meskipun banyak tanda tanya yang memenuhi benak ku. Setelah sampai aku bergegas mandi agar tidak terkena sakit saat ku melihat jam dinding ternyata sudah hampir magrib.
Setelah mandi aku mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat magrib ku. Ada rasa yang teramat lega setelah menjalankan sholat magrib tak lupa selalu memanjatkan do'a yang selalu ku harapkan datang pada ku.
Aku pun melepas mukenah yang ku pakai dan berjalan menuju meja belajar yang terlihat rapuh. Meskipun begitu tak membuat semangat belajar ku hilang, aku langsung mengambil buku pembahasan sosial dan terfokus pada buku tersebut
🌥
Maaf jika ada typo bertebaran:)
Don't forget vote and coment❤@Sania Amellya
Hayooo ini visual cowoknya😄
Awas kejang" pas dipart selanjutnya huhu😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea
Teen FictionKetika kau pergi Luka atas diri ku Akan hilang selembut azalea Meskipun aku mati,aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata mu jatuh. "Aletta? Gue suka nama lo." Kalimat itu mampu membuat seorang gadis diam mematung. Tentu saja hanya dia lah oran...