1

20 5 1
                                    

Juli, sedang memainkan handphone nya di meja makan seraya sarapan pagi karena akan berangkat ke sekolah barunya.

"Ayo Juli, cepetan makan nya nanti telat kamu sendiri yang marah marah!" Laran, ayahnya membuka suara.

"Iya Ayah". Juli pun langsung memasukan handphone nya ke saku rok seragam barunya itu dan kembali makan.

"Bareng kakak atau sama pak Didi?" tanya Gen, Didi itu adalah supir pribadi keluarga mereka sekaligus orang kepercayaan Laran.

"Kakak aja" balas Juli singkat.

"Yaudah cepetan makan nya."

"Ayah duluan ya Gen, Jul. Hati hati kalian, Gen jagain adikmu!" tegas Laran.

"Siap ayah" sahut Gen, sedangkan Juli hanya mengangguk. Lalu mereka pun beranjak dari duduknya dan menyalami ayahnya kemudian mengantarkan hingga depan rumah. Rumah yang menjulang tinggi terdiri dari 2 lantai dan agak megah, cat rumahnya berwarna putih dan pagar nya berwarna hitam.

Sampai ayahnya hilang dari pandangan mereka, mereka pun kembali memasuki rumah untuk mengambil tas masing masing. "Bi, kita pergi ya!" teriak Gen dari ruang tengah ke arah dapur. "Hati hati!" sahut asisten rumah yang seperti nya sedang beres beres di dalam sana.

Dua kakak beradik itu kembali berjalan ke arah luar. "Pake helm de!" perintah Gen pada Juli seraya menyodorkan helm yang memang milik gadis itu. "Haduh kak, engga ah, kakak kan tau sendiri ntar rambut aku jadi—"

"Jadi bau, ketombe an, ga badai lagi. Kamu tuh ya, kalo ga pake helm malah pas sampe sekolah itu rambutnya jadi kusut!" potong Gen kesal.

Juli hanya menggembungkan pipi nya yang chubby. "Udah chubby, tambah chubby. Buru naik!" titah sang kakak yang sudah lebih dulu menaiki motornya. "Iya" balas Juli, lalu memakai helm nya, karena daripada kena semprot sang kakak. Begitu pikirnya.

                                     •••

SMA MERCURY. Sekolah baru, (swasta) untuk Juli yang dipilihkan oleh ayahnya. Dilihat dari segi bangunan, sekolahnya cukup bagus. Ada 6 lantai, warna cat sekolah ini putih abu, mungkin karena warna khas seragam SMA. Begitu pikir Juli. "Heh turun! Kok malah ngelamun sih?" kata Gen menyadarkan adiknya dari lamunan.

Juli hanya nyengir kuda, turun dari motor, lalu melepas helm nya dan diberikan pada kakaknya. "Ayah udah bilang belum lo kelas 11 paan?". Juli menggeleng. "Lo kelas 11 Ipa 1, mau kakak anter cari kelasnya?".

"Eh ga usah kak gapapa makasi, Juli cari sendiri aja."

"Lo ati ati, jaga diri dan mata. Kalo ada apa apa kabarin kakak, dan waktunya istirahat ke kantin makan, jangan kebiasaan suka nahan laper tar lo sakit ribet" ceriwis Gen yang hanya dibalas dengan anggukan kecil dari adiknya.

"Gih masuk! Kakak juga mau langsung ke sekolah."

"Kenapa kita ga bareng aja sih kak sekolahnya?"

"Tanya sama ayah bukan sama kakak" balas Gen tersenyum melihat ekspresi adiknya lalu mengelus puncak kepala nya. "Yaudah, dah!" ujar Gen lagi seraya melambaikan tangan lalu melesat pergi dengan motor ninja nya.

Gadis itu pun berjalan menuju gerbang masuk sekolah barunya, sangat luas. Sampai ia bingung kelasnya berada di sebelah mana? Hingga tiba tiba matanya berbinar melihat kelasnya di seberang sana, tetapi tetap harus berjalan sekitar sepuluh hingga dua puluh langkah.

Saat ia berjalan dengan santai, ia merasa banyak pasang mata mengarah padanya. Tapi ia tidak peduli. Ia pun kembali berjalan dan tiba tiba ada yang menghentikan langkahnya karena mencekal tangan mungil miliknya. Gadis itu pun membalikan badan, lalu melepas tangan yang mencekal tangannya dan mengangkat sebelah alisnya sebagai pertanyaan 'apa?'.

Give Me Happiness!Where stories live. Discover now