4

12 5 0
                                    

**Saat sudah sampai sekolah.

Juli menjadi pusat perhatian saat menyusuri koridor karena penampilannya yang terlihat seperti penjahat. Ia tak suka, jadi ia mempercepat langkahnya, dan brak. Dirinya menabrak seseorang.

Ia tak mendongakan kepalanya, hanya berkata lirih "Sorry" lalu Juli melanjutkan langkahnya, tetapi tangannya tercekal. Ia pun menepis kasar. Orang itu membuka hoodie yang menutupi setengah wajah Juli "Gue kira siapa, kalo bukan lo tadinya udah gue gibeng" kekeh Juno, ya orang yang tadi bertabrakan dengannya adalah Juno.

Gadis itu tetap memasang wajah datarnya lalu kembali menutup kepalanya. "Dingin banget lo" kata Juno santai.

"..."

"Ngomong kek, berasa ngomong sama tembok nih" candanya.

"..."

Juli menatapnya tajam.

"Rese" batin Juli.

"Udah dingin, galak pula. Yuk gue anterin ke kelas lo" tawar Juno.

"Ga perlu" ketus Juli lalu meninggalkan Juno. Lelaki itu pun mengejar nya, "Ngomong yang panjang dong gue pengen denger suara lo!" pinta Juno.

Namun Juli hanya menaikan bahu acuh, setelah sampai depan kelasnya gadis itu pun masuk begitu saja tanpa mempedulikan Juno yang memanggil manggil namanya.

                                      •••

**Saat istirahat.

"Lo abis dari kutub utara?" tanya Elya yang membuat Juli mengusap wajahnya menahan tawa.

"Lah ga dijawab! Pea!" gerutu Elya.

"Untung aja gue bisa nahan tawa" batin Juli.

"Kantin yuk!" ajak Elya. Juli pun hanya diam. "Diem berarti iya!" ujar Elya. kemudian Elya menarik tangan Juli dan sang empu hanya diam —tetap—dengan—wajah—datar—dan irit bicara.

**Sesampainya di kantin.

"Pesen apa?" tanya Elya.

"Ga" singkat Juli. "Makan dong, nanti lo sakit Jul" perhatian Elya.

"Lo aja" tegas Juli yang diangguki Elya.

"Hai dingin" sapa Juno yang kini sudah duduk di depan Juli.

"Dia lagi dia lagi" batin Juli.

Melihat hanya Elya yang makan, dan Juli memainkan handphone, membuat kekepoan Juno muncul.

"Kagak makan? Puasa lo?" tanya Juno, "Gue pesenin ya?"

"Heh berisik lo biji kecambah! Temen gue jangan di ganggu odeng!" semprot Elya garang.

"Apaan sih lo bayi nyi roro. Nyamber aja" balas Juno tak kalah sewot.

"Lo tuh yang nyamber, dateng kesini tanpa di undang! Upil anoa!" ejek Elya.

"Heh makan makan aja, keselek baru tau rasa!" gas Juno.

"Berisik!" ucap Juli lalu memasangkan headset pada telinga nya dan mengatur volume nya full.

"Liat tuh gara gara lo temen gue jadi keganggu kan?!" sentak Elya.

"Bacot lo!" ketus Juno.

Juno pun mencabut headset yang terpasang di telinga sebelah kanan Juli, "Sorry ya, gue ga niat ganggu lo" ujarnya lembut. Juli pun memandangnya datar.

"Hm"

"Tiga kata gue denger dari mulut lo hari ini 'Ga perlu', 'Berisik', dan 'Hm'. Yang panjang dong kayak bayi anoa ini nih temen lo nyerocos kagak jelas. Kalo dengernya dari suara lo sih, ga masalah gue" kekeh Juno, dan Elya yang merasa tersindir hanya mendelik tajam.

"Basi" balas Juli.

"Cowok manisnya pas pdktan doang, permen karet juga bisa kalo manisnya cuma diawal doang mah" batin Juli melanjuti.

                                      •••

"Julienne Laranjeiras!" lantang Regan tegas di depan kelas.

Regan sudah memanggil nama nya lebih dari tiga kali namun tak kunjung mendapat sahutan, hingga akhirnya ketua kelas dingin itu memilih memanggil nama lengkap Juli dengan tegas dan keras. Entah apa yang dipikirkannya, yang jelas Regan melihat ada masalah dalam diri gadis itu karena terlihat dari wajahnya. Begitu menurut Regan.

Juli yang dipanggil seperti itu kaget, tapi ia berusaha menetralkan mimik wajahnya dan beranjak dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Regan.

**Saat sudah di hadapan Regan.

Gadis itu hanya menaikan satu alisnya. "Ikut gue" ujar Regan dan langsung menarik tangan Juli menuju Perpus.

Juli pun menepis tangan Regan kasar. "Ada apa sih?" kesalnya.

"Mulai hari ini dan kedepannya, lo jadi wakil gue. So, buat kedepannya kalo ada apa apa dan ga ada gue, gue serahin semuanya ke lo. Lo yang atur baik buruknya" ucap Regan.

"Kenapa harus gue?" tanya Juli.

"Ya karena kata hati gue" jawabnya datar.

"Ga jelas!" cibir Juli.

"Ngapain kesini?" tanya Juli lagi.

"Bantuin gue bawa buku paket buat bagiin ke anak anak di kelas. Satu lagi, mulai sekarang lo harus ikutin apa kata gue!" ucap Regan penuh penekanan.

Juli hanya menaikan bahu acuh.

                                      •••

Saat bel pulang sudah berbunyi, di sinilah Juli. Di gerbang untuk menunggu kakak nya, Gen menjemput. Cukup lama ia berdiri disini. Ia terus melirik arloji nya tak sabar.

"Ayo!" suara Gen muncul. Juli memajukan bibirnya kesal, "Lama banget sih! Gatau apa orang nunggu!" omel nya.

Gen terkekeh, "Ya sorry, tadi sempet mogok ni motor". Juli mendengus, kemudian naik motor tinggi itu.

"Payah! Motor bagus mogok" ejek nya. "Yee, gini gini juga bawaan luar keren kali!" bela Gen tak terima.

"Berisik, udah cepet jalan!" titah Juli. Gen hanya menuruti apa kata adik nya.

Give Me Happiness!Where stories live. Discover now