Summer: Chapter 3

232 24 1
                                    


"Aku sekelompok dengannya?" Summer tampak tidak percaya dengan ucapan Helena.

Helena menganggukkan kepalanya, pandangannya tidak lepas dari catatan jadwal kuliah, mencari dimana kelas selanjutnya "Yes, Dear...Mrs. Darcy menentukan undiannya sendiri saat kau sedang ke toilet tadi." Ia menambahkan sedikit penjelasan.

Summer tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya yang dengan cepat berubah menjadi ekspresi heran, "Tapi, dia tidak mengatakan apapun padaku."

"Maksudmu Axel?" Helena berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Summer. Ia sempat tertinggal cukup jauh karena fokus melihat catatan jadwal kuliah.

"Ya, dia tidak mengatakan apapun." Summer menunduk, mengamati pergerakan kedua langkah kakinya yang mengenakan sepasang nike pink.

"Kalau begitu tanyakan saja padanya." Helena menunjuk satu arah.

Summer mengikuti arah pandang Helena, lalumenghentikan langkahnya tiba-tiba hingga orang yang berjalan di belakangnya menubruk dirinya. Ia tidak peduli bagaimana makian yang ditujukan untuknya. Perhatiannya tertuju pada sosok Axel yang sedang duduk santai di bawah lembayung pohon besar di tengah-tengah taman utara kampus.

Dengan penuh semangat, Summer berjalan menuju Axel. Dalam pandangannya, keadaan sekitar mereka berdua menjadi kabur karena sinar matahari yang masuk melalui sela-sela dedaunan. Semilir angin mulai mempermainkan rambutnya. Tatapan Summer berbinar melihat sang pujaan hati yang semakin terlihat tampan dalam pandangan matanya. Ya, Summer saat ini tidak ubahnya seperti berada di dongeng-dongeng fiksi tersebut.

"Hei." Itu sapaan pertama. Axel hanya melirik sebentar padanya, lalu kembali sibuk dengan handphonenya.

Summer hendak berbicara lagi. Baru saja ia membuka mulutnya, Axel mendahului dengan berkata, "Kalau kau ingin bertanya kenapa aku tidak memberitahumu tentang tugas kelompok dari Mrs. Darcy, jawabannya sudah jelas..."

Kemudian Axel berdiri. Berhadapan seperti ini menunjukkan perbedaan tinggi badan mereka yang terpaut jauh. Summer bahkan harus mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap mata laki-laki berambut coklat kopi itu. "Aku tidak berminat dengan tugas-tugas itu. Kalau kau ingin mengerjakannya, kerjakanlah sendiri." Axel menjinjing tas punggungnya di lengan kanan. "Sekarang, minggir Nona Menyebalkan, aku ada janji kencan dengan dua wanita cantik malam ini."

Usai mengatakan itu, Axel pergi begitu saja tanpa mempedulikan Summer yang masih terpaku berdiri di tempat yang sama. Tak lama setelahnya, Helena menghampiri Summer, menanyakan apa yang terjadi tapi tidak ada jawaban. Ya... Sepertinya Summer sedang mengalami shock theraphy.

Setelah kejadian itu, jam-jam terakhir di kampus bahkan sampai perkuliahan usai, dilewati Summer dengan berbagai spekulasi yang muncul di otaknya. Tapi semua spekulasi itu disebabkan oleh satu kalimat : Axel kencan dengan dua wanita cantik malam ini.

Ia kencan dengan dua wanita sekaligus? Ah, jangan-jangan itu hanya akal-akalannya saja untuk menjauhkanku darinya. Tapi untuk apa dia harus menjauhiku? Apa dia sudah tau perasaanku dan dia menganggap itu sebuah gangguan? Tidak. Tidak mungkin. Ia tidak tahu apa-apa. Tapi kalau itu bukan alasan kosong berarti dia memang akan kencan dengan kedua wanita itu. Apa dia memang playboy? Ah, tapi...

Lamunan Summer terusik dengan bunyi klakson mobil milik Phoebe yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya, "Kenapa kau menjemputku? Bukankah kau ada rapat..."

"Rapatnya ditunda sampai lusa," jawab Phoebe, ia berteriak dari dalam mobil.

Summer terdiam. Ia bingung, ia baru saja memesan taksi dan sekarang Phoebe malah menjemputnya. Bertambah satu agen taksi yang memasukkan namanya di daftar hitam pelanggan taksi. Sekarang dia harus mencari langganan taksi lain.

Summer I'm In LoveWhere stories live. Discover now