Summer: Chapter 6

561 34 5
                                    


"Sial! Kenapa harus di saat seperti ini, sih?!" Axel berteriak kesal, ban belakang motornya menjadi sasaran tendangan serta umpatannya menumpahkan kemarahan. Summer hanya bisa melongo, memperhatikan tingkah Axel dengan ekspresi bingung yang membuatnya sekilas nampak seperti orang idiot.

"Semua orang memperhatikanmu," ujar Summer. Pandangan aneh dari orang-orang sekitar yang lalu lalang di dekat mereka, berhasil mengembalikannya pada dunia. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Summer, bola matanya bergerak mengikuti pergerakan Axel yang kini mondar-mandir sambil mengutak-atik handphone-nya. Pria itu sudah menghentikan aksi anarkisnya menendangi ban motornya sendiri.

"Aku akan menghubungi temanku. Dia pemilik bengkel langgananku," jawab Axel, sembari menggigiti kuku jemari kanannya.Handphone-nya sudah menempel di telinga kirinya yang dipasangi anting paku berwarna hitam."Hallo. Seth, I need your help."

Summer tidak bisa menyembunyikan senyumnya, saat melihat perubahan ekspresi Axel yang tersenyum lega setelah sebelumnya menekuk wajahnya. Sekilas wajah panik dan kesal yang ditunjukkan Axel membuatnya tampak seperti anak 5 tahun yang kebingungan saat balonnya terlepas dari pegangan tangan dan terbang."Bagaimana?"Summer bertanya tepat setelah Axel memutuskan panggilan teleponnya.

"Bengkelnya sedang banyak pelanggan.Paling tidak kita harus menunggu kurang lebih 2 sampai 3 jam," jawab Axel.

"Apa?! Kalau begitu telepon bengkel yang lain!"

"Tidak. Aku hanya mempercayakan motorku pada bengkel milik temanku itu." Timpalan Axel membungkam rapat bibir Summer. Membuatnya kehilangan kata-kata untuk mengubah pikiran Axel.Summer paham betul segala hal yang berhubungan dengan kepercayaan sukar untuk disanggah. Phoebe pun melakukan hal yang sama, seperti apa yang Axel putuskan barusan.

"Jadi, bagaimana nasib kita sekarang?"Summer melanjutkan percakapan yang sempat tertunda beberapa detik itu dengan satu pertanyaan. Alasan Axel rela mengantarkannya menemui Phoebe adalah agar Summer tetap menghadiri kelas fisika. Sekarang pada akhirnya, mereka berdua tidak menghadiri kelas fisika karena Axel bilang dia akan membalas kebaikan Summer, entah apa yang akan ia lakukan. Sampai sekarang Summer tidak bisa mengenyahkan bayangan Mrs. Darcy dari kepalanya. Ia tidak berani berspekulasi apakah Mrs. Darcy berbaik hati memberikan mereka berdua kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di lain waktu.

Summer mundur beberapa langkah sampai kakinya menyenggol pinggir trotoar, kemudian ia duduk sambil memeluk tasnya sendiri di depan dada. Axel bersandar pada motornya, "Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain motorku sekarang," jawab Axel, dengan sedikit penekanan pada kata 'motorku'.

Grruk. Summer berusaha menyembunyikan ekspresi malunya saat perutnya berbunyi sedemikian keras dan terdengar oleh Axel, "Maaf," ujar Summer, tanpa berani menatap Axel. Ia terlalu malu untuk bisa melihat ke arah pria itu. Bisa-bisanya di saat seperti ini, perutnya melakukan aksi memalukan untuk seorang gadis tanpa melihat waktu dan situasi.

"Lima blok dari sini, ada café langgananku. Kalau kau tidak keberatan jalan kaki...."

"Aku sama sekali tidak keberatan."-Summer berdiri lalu lekas menyandingkan tas punggungnya-"Arah mana?" tanyanya, kemudian pandangannya mengikuti arah yang ditunjukkan Axel. Tepat sebelum Summer berniat melangkahkan kakinya lebih jauh, Axel menarik tas punggungnya hingga ia hampir terjengkang ke belakang.

"Aw!" pekik Summer, antara terkejut dan kesal. "Apalagi?"

"Aku tidak akan meninggalkan motorku di sini.Bawa ini." Axel melemparkan helmnya dan helm kuning yang Summer pakai selama dibonceng.

"Kau tidak berencana untuk menuntun motormu sampai café, kan?"

***

Summer menghembuskan napas lega saat pantatnya mendarat sempurna di atas sofa empuk café langganan Axel. Bukan hanya lima blok, tapi nyaris tujuh blok jauhnya. Pria-yang sedari tadi mencuri perhatian kaum hawa selama berjalan menuju café ini dengan tidak mengendarai motornya melainkan dituntun-itu salah mengingat jarak pasti antara trotoar tempatnya duduk tadi menuju café ini. Tunggu..café? Daripada café tempat ini lebih pantas disebut....

Summer I'm In LoveWhere stories live. Discover now